Mohon tunggu...
Hisyammahribi DipatiasPranata
Hisyammahribi DipatiasPranata Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

alam raya sekolahku dan semua orang guruku

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mayoran: Banyak Tangan Seribu Kenangan

18 Januari 2021   15:47 Diperbarui: 18 Januari 2021   15:52 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mayoran sebuah kata yang tidak asing dikalangan santri, yaa sebutan tersebut merupakan istilah dari satu kegiatan makan bersama-sama yang menggunakan wadah besar sehingga satu dari sekian banyak santri ikut dan menempati setiap bagian-bagian diluar wadah tersebut. Wadah besar yang digunakan biasanya menggunakan nampan/baki, daun pisang, kertas minyak atau sebagainya guna mewadahi banyaknya nasi dan segala lauk pauknya. 

Dalam bentuknya pun beragam pada nampan/baki tersebut bulat maupun persegi, dalam posisinya menempatkan bagian-bagian untuk makan, santri biasanya menggunakan teknik yang sudah di ajarkan dalam kitab kuning, dengan telapak kaki bagian mana saja sebagi tumpuan untuk duduk dan kaki bagian satunya menempel pada bagian engsel tangan guna perut menampung sepertiga makanan dan sepertiga minuman.

Pada dasarnya mayoran merupakan rasa syukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada kita dari sebuah usaha atau pemberian lebih rezeki yang kita miliki atas nikmat Tuhan yang tak pernah terputus. Bagi santi mayoran adalah momen spesial yang sengaja diadakan pada setelah khatamnya Al-Quran, Kitab kuning atau setelah menempuh pendidikan jenjang lanjutan atau sekedar untuk berkumpul dengan sahabat atas nikmat tuhan yang telah memberikan kepada kita lebih, yang dalam istilah santri dan umumnya jawa kami kenal dengan Bancakan. 

Namun, di dalam budaya pesantren kegiatan Roan ( kerja bakti ) adalah kegiatan yang di tunggu-tunggu kehadirannya, karena setelah roan ada kalanya untuk mayoran. Untuk soal masakan dan apa saja yang ada dalam mayoran tersebut yang terpenting dalam keadaan hangat di siram dengan kuah-kuah tongseng atau sejenisnya, lalapan dan yang terpenting sambal pedasnya yang menggugah selera.

Tradisi mayoran tidak hanya dikalang pesantren pada masyarakat tradisional pun mereka sering kali mengadakan acara mayoran, biasanya acara mayoran setelah diadakanya kegiatan agung seperti halnya Maulidan atau Rejeban. Karena konsep mayoran atau makan bersama-sama sudah ada pada zamanya Kanjeng Nabi Muhammad Saw atau dikalangan masyarakat arab, namun dalam tradisi masyarakat arab dalam hal mayoran mereka menggunakan Nasi Kebuli.

Mayoran / makan bersama-sama atau satu nampan banyak tangan merupakan pelajaran berharga yang harus dilestarikan dan dijaga nilai-nilai tradisinya. 

Mayoran mengjarkan sikap tepa selira dimana rasa senasib sepenanggungan, duduk sama rata berdiri tanpa raja sangat melekat pada mayoran tersebut, baik sang pemilik harta lebih, yang menanak nasi maupun yang menyipkan hidangan besar mereka sangat sabar dan senang dikala dalam waktu dan ruang yang sama apa yang dikerjakan oleh mereka habis bersih untuk bersama-sama, Tidak ada yang dirugikan maupun di untungkan, satu kenyang semua kenyang. Mayoran juga mengajarkan untuk menghindari sifat kikil dan bakhil juga sifat egois, karena dalam majlis mayoran tersebut adalah milik bersama-sama.

Dalam majlis Mayoran bukan lain dan juga bukan hanya karena untuk meningkatkan rasa kepedulian antar sesama serta menjaga dan menjalin Ukhwah Basyhariah guna dikala satu dari sekian banyak santri akan saling tolong menolong, karena setiap yang ada lingkungan pesantren bukan santri yang bersal dari daerah yang sesama akan tetapi dan dari sabang sampai merauke pun mereka berkumpul dalam satu naungan pesantren yang akan kaya dengan tradisi-tradisi yang selalu menerapkan arti kebahgian, kebersamaan untuk sesame walaupun itu dalam lingkup yang kecil, sebagai gambaran dalam satu kamar pun mereka juga selalu dengan mayoran yang sama. 

Mungkin mayoran merupakan hal yang tabu dalam kalangan masyarkat umum atau jarang mendengar apa itu mayoran dan mengapa hal itu selalu ada dalam tradisi pesantren. Seperti apa yang sudah saya tulis diatas, mayoran hal yang kecil nan penuh makna, mungkin saat tua nanti hal ini yang paling dirindukan dikala santri sudah menempatkan daerah asalnya atau sudah menginjak usia lanjut. 

Hal yang selalu dikenang dimasa nyantri dulu dan akan selalu mengulangnya dikala ketemu atau antara satu santri dengan lainnya ketemu atau membicarakan hal ketika maereka mayoran dulu yang selalu ada canda dan tawa dikala mayoran atau mengenang siapa yang masak dan siapa yang selalu mengadakan majlis mayoran ini. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun