Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Posisi Tradisi Dalam Agama Buddha

22 Oktober 2022   05:30 Diperbarui: 22 Oktober 2022   06:57 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Posisi Tradisi Dalam Agama Buddha (gambar: hinduwebsite.com, diolah pribadi)

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan "tradisi" sebagai adat kebiasaan turun-temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan dalam masyarakat.

Hal-hal yang menjadi tradisi, awalnya mungkin dilakukan berdasarkan alasan-alasan tertentu yang seringkali masuk akal di waktu itu. Dengan berjalannya waktu, hanya tata cara pelaksanaan tradisi yang diturunkan atau dilanjutkan ke generasi-generasi berikutnya. Ada pun alasan yang mendasari tradisi itu dilakukan, sudah tidak disampaikan atau dijelaskan lagi. Jadilah tradisi yang berlanjut itu dilakukan tanpa makna alias kosong arti. Generasi selanjutnya, yang hanya melakukan saja tanpa mengerti kenapa harus melakukannya, lama-kelamaan akan meninggalkan atau membuang tradisi tersebut.

Ada kemungkinan lain yang dapat terjadi berkaitan dengan tradisi. Meskipun tata cara tradisi dan alasan awal yang mendasarinya diturunkan atau diteruskan ke generasi-generasi berikutnya, dikarenakan situasi dan kondisinya sudah berbeda, sangat mungkin sudah tidak relevan lagi di saat tradisi itu akan terus dilakukan. Alhasil, tradisi itu pun perlahan akan ditinggalkan alias dibuang dan tidak akan dilakukan lagi.

Kalama Sutta, atau sering dikatakan juga Kesamutti Sutta, merupakan satu khotbah Buddha yang ada di dalam Anguttara Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka (kitab suci Agama Buddha). Isinya adalah semacam instruksi atau panduan yang diberikan Buddha kepada suku Kalama. Sutta ini kemudian menjadi semacam "piagam kebebasan" untuk menyelidik, yang diberikan oleh Buddha. Sutta ini berisi ajaran Buddha yang terbebas dari dogmatisme, keyakinan membuta, fanatisme, dan intoleransi.

Selain itu, Kalama Sutta atau Kesamutti Sutta mengandung prinsip "ehipassiko" yang menjadi landasan penting bagi para penganut ajaran Buddha. Ehipassiko adalah kebebasan yang diberikan oleh Buddha kepada setiap orang untuk tidak langsung percaya atas apa yang dikatakan oleh Buddha. Setiap orang boleh "datang dan membuktikan", alias boleh belajar ajaran Buddha dan lalu membuktikan kebenaran dari ajaran yang Buddha berikan, sebelum menerima ajaran tersebut.

Di dalam Kalama Sutta atau Kesamutti Sutta, salah satunya Buddha mengatakan agar jangan percaya begitu saja meskipun sesuatu sudah merupakan tradisi. Alasan yang melatarbelakangi ini kemungkinan karena dasar suatu tradisi dilakukan belum tentu benar dan atau tradisi tersebut sudah tidak relevan lagi dengan situasi dan kondisi yang ada.

Lebih lanjut dalam Kalama Sutta atau Kesamutti Sutta, Buddha memberikan panduan bagaimana cara memperlakukan berbagai hal yang tidak boleh dipercaya begitu saja, termasuk tradisi. Buddha menyarankan suku Kalama untuk melakukan penyelidikan sendiri. Jika setelah diselidiki sendiri, temuannya adalah hal tersebut tidak berguna atau tidak baik, atau hal tersebut tercela, atau hal tersebut tidak dibenarkan oleh para Bijaksana, dan hal tersebut jika terus dilakukan dapat menyebabkan kerugian dan penderitaan, sudah sepatutnya hal tersebut ditolak oleh suku Kalama.

Sebaliknya, jika setelah diselidiki sendiri, temuannya adalah hal tersebut berguna atau baik, atau hal tersebut tidak tercela, atau hal tersebut dibenarkan oleh para Bijaksana, dan hal tersebut jika terus dilakukan dapat menghasilkan keberuntungan dan kebahagiaan, sudah sepatutnya hal tersebut diterima oleh suku Kalama.

Hal ini sejalan dengan pesan atau amanat yang diberikan oleh Buddha kepada 60 Arahat awal penyebar ajaran Buddha. Sebelum melepas para siswa-Nya tersebut, Buddha mengatakan, "Oh bhikkhu, kamu harus mengembara guna kesejahteraan dan keselamatan orang banyak. Janganlah pergi berduaan ke tempat yang sama. Khotbahkanlah Dhamma yang mulia pada awalnya, mulia pada pertengahannya, dan mulia pada akhirnya."

Buddha menginginkan ajaran-Nya disampaikan kepada orang banyak dengan tujuan demi pencapaian kesejahteraan dan keselamatan mereka. Tujuan ini tentu saja konsisten saat Buddha memberikan petunjuk kepada suku Kalama, termasuk untuk tidak percaya begitu saja kepada tradisi. Suatu tradisi yang dipercaya dan dilakukan oleh suku Kalama, seharusnya mampu membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun