Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kisah Senyap Bidadari Tanpa Sayap

18 Oktober 2022   05:30 Diperbarui: 18 Oktober 2022   05:34 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah dalam Senyap Bidadari Tanpa Sayap (gambar: aleteia.org, diolah pribadi)

Pada tulisan saya sebelumnya di Kompasiana Mettasik, saya bercerita tentang diri saya sebagai penyintas kanker di Rahim, paru-paru dan tulang belakang. Kesempatan kali ini saya ingin bercerita tentang salah satu sahabat yang sangat berperan hingga kondisi kesehatan saya menjadi seperti sekarang ini.

Saat saya awal terdiagnosis kanker, saya bertemu dengan seseorang yang sangat baik dan perhatian, sebut saja namanya ibu Angel (dalam bahasa Inggris berarti Bidadari), karena sifat beliau yang memang seperti bidadari. Beliau ini penyintas kanker paru-paru dan otak stadium 4. Tetapi walau beliau dalam kondisi sakit, perhatian beliau ke orang-orang sekitar begitu besar.

Sekitar akhir tahun 2016, saya pernah menjalankan radiasi 10 kali di tulang belakang. Saya memang tidak pernah dikemoterapi tetapi dokter pernah menyarankan untuk dilakukan radiasi pada kanker di tulang belakang. Selama radiasi, saya sulit sekali untuk makan. Jangankan makan, minum 1 sendok makan saja sudah langsung keluar lagi.

Sulit makan selama menjalankan terapi memang kerap dialami oleh kami para penyintas kanker. Suatu hari di sela-sela saya menjalankan tindakan radiasi, ibu Angel mengirimkan salad buah dengan harapan supaya memancing nafsu makan saya.

Karena rumah beliau dekat dengan lokasi rumah sakit dimana saya menjalankan radiasi, maka salad buah dikirimkan ke rumah sakit. Singkat cerita, saya menerima satu kotak salad buah yang siap dimakan. Pada saat saya terima salad buah tersebut, saya sedang duduk menunggu antrian untuk diradiasi bersama beberapa pasien lainnya.

Sambil menunggu kami saling bercerita tentang apa yang dialami selama menjalankan radiasi, ternyata banyak juga yang tidak nafsu makan. Begitu saya menerima kotak salad buah dari ibu Angel, saya berinisiatif untuk membuka kotak yang lumayan besar berisi salad buah untuk dimakan bersama.

Kebetulan di rumah sakit menyediakan gelas-gelas kecil dan sendok di samping dispenser. Kami menggunakan gelas-gelas kecil itu sebagai wadah memakan salad buah.

Ternyata para pasien sangat menyukai salad buah buatan ibu Angel, dan membuat perut mereka menjadi tidak mual. Hari itu kami makan salad buah bersama dengan penuh haru. Sepulangnya dari rumah sakit, saya meminta maaf kepada ibu Angel kalau salad buah yang diberikan untuk saya malah saya bagikan lagi ke orang lain.

Apa reaksi ibu Angel? Ibu Angel bahagia karena salad buah buatannya bisa membuat para pasien kanker menjadi nyaman dan bisa makan. Kemudian ibu Angel bertanya ke saya kapan saya akan ke rumah sakit lagi karena beliau akan membuatkan salad buah lagi untuk dibagikan ke pasien. Saya sampai tidak bisa berkata-kata.

Ibu Angel juga memberikan saya sebuah alat rajut terbuat dari plastik berbentuk bulat untuk membuat topi. Ketika itu saya menjadi rajin membuat topi yang kemudian saya jual. Hasil dari penjualan topi itu saya buatkan topi untuk dibagikan kepada penyintas kanker yang rambutnya rontok hingga mengalami kebotakan akibat menjalankan terapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun