Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Perubahan dan Kebajikan Bertahan Bersama, Apa Bisa?

14 Agustus 2022   03:46 Diperbarui: 14 Agustus 2022   06:27 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perubahan dan Kebajikan Bertahan Bersama, Apa Bisa? (gambar: edu.rsc.og, diolah pribadi)

Muridnya dari berbagai kalangan, bahkan sudah ada yang bisnisnya lebih maju dibandingkan bisnis yang dijalankannya. Sebagai informasi, kawan ini memiliki bisnis kuliner, namun ia menyadari jika perkembangan bisnisnya kurang.

Sang kawan mengakui, salah dua yang dirasakan sebagai penyebabnya adalah karena pola pikirnya yang selalu dan terlalu sosial, dan juga kemauannya untuk tidak berani megambil resiko.

Berperilaku sosial adalah baik bila dilakukan dalam kadar bisa membedakannya dengan bisnis. Dalam berbisnis juga harus perlu menyadari selalu ada resiko yang menyertainya, sepanjang resiko terukur dan atau bisa tercover tentunya bisa menjadi pertimbangan untuk diambil.

Berbincang cukup panjang dengan kawan ini akhirnya ia mau melakukan perubahan. Sang kawan menyadari jika hal yang dilakukan tidak sepenuhnya bear. Dan dia mau melakukan perubahan atas apa yang sudah menjadi kebiasaannya berpikir dan bertindak.

Melakukan perubahan terhadap pola pikir dan pola bertindak ia tempuh dengan cara bisa membedakan kapan bersikap sosial dan kapan bersikap bisnis. Singkatnya adalah "Jalan Tengah."

Si Kawan tidak harus meninggalkan giat sosial untuk berbuat kebajikan yang dilakukannya. Namun saat berbisnis dia bisa menyadari sepenuhnya esensi dari bisnis itu sendiri -- mendulang cuan, dan tentunya cuan yang penuh berkah.

Merubah kebiasaan bukanlah hal yang mudah, perubahan yang dimaksud perlu diawali dengan penyadaran pentingnya perubahan yang dilakukan. Dan yang lebih penting lagi adalah mengeksekusi penyadaran tersebut dalam tindakan nyata.

Sang kawan diingatkan akan proses: bisa menjadi biasa, biasa menjadi perilaku, dan perilaku menjadi budaya dalam kehidupan. Hal yang sama untuk kehidupan bisnisnya ini.

Resiko pada prinsipnya dapat dikategorikan menjadi resiko yang tidak terukur, dan resiko yang terukur. Contoh resiko tidak terukur adalah bila berjudi, yang tentunya wajib dihindari.

Contoh resiko terukur adalah bila kita melakukan bisnis kuliner dan ada kemungkinan tidak laku. Perlu cari tahu sampai tingkat berapa besar ketidak-lakuan itu bisa ditolerir dan diterima.

Langkah selanjutnya adalah menemukan solusi bagaimana menangani resiko yang muncul. bisa dengan mempelajari pengolahan kuliner yang baik, namun bisa membuat kuliner bisa bertahan lebih lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun