Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Saya Kira, Saya Akan Bahagia!

25 Juli 2022   05:05 Diperbarui: 25 Juli 2022   05:16 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Saya Kira, Saya Akan Bahagia! (bbc.com, diolah pribadi)

"Orang yang bodoh dan berpikiran dangkal terlena dalam kelengahan, sedangkan orang yang bijak menjaga kewaspadaannya sebagai harta yang paling berharga."

Meski Buddha mengucapkan syair itu dalam konteks pelatihan spiritual, tetapi kenyataannya syair ini juga sangat related dengan kehidupan duniawi sehari-hari. Bila lalai dan tidak waspada, maka masalah akan mengintai kita; oleh sebab itu saya perlu menjaga kewaspadaan... daripada kehilangan harta (hehehe...)

Kesulitan kedua muncul ketika saya menyadari bahwa beberapa hari saja rumah itu ditinggal, kotornya sudah minta ampun! Saya pernah selama dua minggu tinggal di rumah orang tua saya dan tidak pernah mengunjungi rumah itu sama sekali, dan ketika saya datang mengunjungi rumah saya.

Kondisinya sudah tidak menyenangkan: serangga hidup di mana-mana, jasad serangga berordo hemimetabola muncul di beberapa titik, sarang laba-laba hinggap di langit-langit rumah, belum lagi debu mengisi seluruh ruangan. Walhasil saya menyapu, mengepel, dan membersihkan seisi rumah dalam beberapa jam. Lagi-lagi ini di luar ekspektasi saya.

Kesulitan ketiga muncul lagi, ketika saya baru menyadari bahwa banyak iuran warga yang harus dikeluarkan. Misal ketika para warga sepakat untuk membetulkan pagar komplek perumahan, saya harus ikut membayar iuran dalam jumlah yang lumayan besar, atau ada kenaikan iuran bulanan yang tidak saya prediksi.

Sebenarnya saya pada akhirnya tidak terlalu mempermasalahkan hal ini, toh iuran ini demi keamanan dan kebersihan lingkungan saya juga. Tetapi ini juga berada di luar ekspektasi saya dan membuat saya harus memiliki anggaran khusus untuk iuran ini.

Belum lagi tetangga yang parkir sembarangan di carport saya sendiri, mengira rumah saya kosong karena tidak pernah saya kunjungi selama dua minggu. Belum lagi tetangga yang tiba-tiba melapor bahwa atap depan rumah saya bocor dan harus saya benahi, dan lain-lainnya.

Kepemilikan baru, tanggung jawab baru

Di sini saya baru mulai menyadari bahwa saya bertahun-tahun bekerja keras, mengumpulkan uang dan memutarnya untuk memiliki rumah sendiri, menganggap saya akan benar-benar bahagia setelah memilikinya. Akan tetapi, apa yang saya kira akan membuat saya bahagia ternyata tidak benar-benar membuat saya bahagia.

Betul, saya tetap mensyukuri bisa memiliki rumah sendiri terlepas dari segala suka dukanya; tetapi saya perlu menyadari bahwa memiliki rumah ternyata bukanlah definisi dari kebahagiaan. Memiliki rumah sesungguhnya menambah tanggung jawab baru dalam hidup kita, dan mau tidak mau itu harus saya terima dengan hati lapang.

Sebab bila tidak ingin menambah tanggung jawab itu, lebih baik tidak memiliki rumah; tetapi kalau tinggal di rumah orang tua pun ada tanggung jawab lain yang harus dipenuhi, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun