Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Nasehat Seorang Peramal yang Menuai Penyesalan

23 Juni 2022   05:46 Diperbarui: 23 Juni 2022   06:00 907
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasehat Seorang Peramal Kondang yang Menuai Penyesalan (gambar: freepik.com, diolah pribadi)

Zaman dahulu hiduplah seorang peramal yang sangat tersohor di suatu negeri. Setiap orang yang ingin diramal akan berbondong-bondong menunggu antrean. Antrean akan dimulai dini hari sampai sore hari.

Para pengunjung akan dipersilahkan masuk dan menerima lamaran tentang apa saja yang ditanyakan. Hasil ramalannya selalu jitu melesat tepat sasaran.

Orang-orang yang sudah diramal dan merasakan kebenaran hasil tersebut akan bergembira dan puas. Mereka akan menyampaikan berita tersebut kepada saudara dan teman mereka. Alhasil, si peramal menjadi sibuk dan menuai banyak uang sebagai bayaran pelayanan jasanya.

Rerata para pengunjung umumnya bertanya tentang jaminan usia tua, kesehatan, batas usia, kepemilikan harta dan orang yang disayangi dan bagaimana mereka akan lahir di kehidupan berikutnya. Ini menjadi suatu dilema bagi mereka. Semua yang datang adalah mereka yang berusia 50 tahun keatas.

Mereka sudah tidak muda lagi dan telah menghabiskan dua masa dalam satu kehidupan. Inilah saatnya bagi mereka untuk datang kepada peramal kondang tersebut.

Tidak ada pikiran bagi mereka untuk datang ke peramal pada saat mereka masih muda. Saat diberkati oleh usia yang matang, kuat, sehat, rupawan, energetik dan memiliki indra yang tajam.

Mereka berpikir bahwa mereka akan hidup sampai tua dan menikmati semua kenikmatan indra selagi masih muda. Makanya ketika mereka memasuki tahap ketiga usia kehidupan, mereka menjadi gelisah.

Ketika mereka masih muda, mereka umumnya bangga terhadap fisik mereka. Mereka menjadi melekat akan kesehatan mereka yang prima. Tidak pernah terbesit dalam pikiran bahwa mereka akan mengalami sakit yang parah. Mereka menjadi lalai dalam perbuatan baik dan lengah pada perbuatan buruk.

Ketika masih muda, mereka tidak pernah berpikir akan mengalami usia tua atau tidak akan segera menjadi tua dan lemah. Karena mabuk akan kemudaan mereka, mereka menjadi lalai dalam perbuatan baik dan banyak melakukan perbuatan buruk.

Belum lagi mereka tidak pernah berpikir bahwa mereka akan mengalami kematian. Kematian seolah-olah masih jauh di hadapan mereka. Selagi masih muda, mereka mabuk akan kehidupan. Menjadi lalai dalam perbuatan baik dan lengah pada perbuatan buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun