Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Uang Tidak Lagi Berharga

9 Mei 2022   05:22 Diperbarui: 9 Mei 2022   06:27 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika Uang Tidak Lagi Berharga (gambar: pexels.com, diolah pribadi)

Peristiwa ini terjadi ketika meeting dengan bos di tempat saya bekerja. Seperti biasa awal meeting kami membahas hal-hal apa yang diperlukan untuk meningkatkan penjualan dan solusi permasalahan atau kendala di lapangan. Di sela-sela perbincangan bos kami bertanya; "kamu kalau dapat proyek nilainya 1 milyar senang nggak?"

Secepat kilat saya langsung jawab,  "pasti senang banget Pak." Bos saya hanya bereaksi datar mendengar jawaban saya. Dalam hati saya berkata, bos saya luar biasa, bijaksana sekali sudah tidak menginginkan uang banyak, atau pikiran lain muncul, apa karena memang nilai 1 milyar dirasa sangat sedikit?

Pertanyaan dalam pikiran saya atas reaksi datar bos saya terjawab beberapa hari kemudian. Manager saya memberi tahu bahwa si bos lagi berusaha keras untuk memperoleh buah hati.

Oh ternyata bos saya tidak tertarik dengan proyek nilai 1 milyar bukan karena sudah tidak menginginkan uang, tetapi karena pada saat itu keinginannya adalah memiliki buah hati. Dengan kata lain, ia memiliki prioritas yang berbeda.

Selang beberapa tahun kemudian pada saat ngobrol santai, bos mengungkapkan bahwa hidup ini atau kehidupan ini sebenarnya nggak enak-enak banget ya. Dalam hati saya Kembali terkagum-kagum, bos saya kok bisa memahami kehidupan sebagaimana adanya.

Bos saya menceritakan anaknya menjadi uring-uringan karena pengasuh anaknya sedang pulang kampung. Berbagai cara dilakukan untuk meredakan sang anak. Meskipun bos saya mampu membelikan mainan yang mahal, tetapi tetap tidak bisa menggantikan keinginan anaknya yang kehilangan pengasuhnya.

Sepertinya kejadian serupa ini banyak terjadi dalam kehidupan kita semua. Meskipun kebanyakan orang sangat memerlukan uang, dan segala sesuatu memerlukan uang, namun ada kalanya uang menjadi tidak berharga.

Mengutip ceramah Bhante Sri Pannavaro Mahathera, "orang kaya tidak identik dengan orang bahagia."

Banyak orang kaya yang tidak bahagia karena ingin hartanya bertambah terus menerus, hingga menjadi tamak dan menimbulkan keserakahan. Ketika hartanya berkurang, menjadi marah menimbulkan kebencian, dan melekat pada delusi ini "hartaku" sehingga menjadi kebodohan batin.

Mulailah dari sekarang menjadi orang kaya juga orang yang bahagia, dengan cara perenungan ke dalam diri melalui praktik meditasi yang bertujuan mengurangi keserakahan, kebencian dan delusi/kebodohan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun