Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Anakku, Kamu Tidak Akan Pernah Sendirian

29 April 2022   06:19 Diperbarui: 29 April 2022   06:38 792
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anakku, Kamu Tidak Akan Pernah Sendirian (gambar: bbc.dom, diolah pribadi)

Kepada anakku pun, saya memberikan saran untuk bisa pulang ke rumah kami yang cukup sederhana ini, di setiap akhir pekan atau akhir bulan.

Saya tidak memaksakan kehendak agar anakku pulang ke rumah, namun saya menekankan akan arti sebuah keluarga bagi dirinya. Ia hanya memiliki seorang ayah yang merangkap sebagai ibu buat dirinya yang tunggal.

Saya tidak pernah bosan menyampaikan, bahwa masih ada orang yang menunggunya di rumah, bahwa masih ada orang yang menyayangi, dan mencintainya tanpa syarat, yakni ayahnya sendiri.

Saya serahkan kepadanya untuk mengatur jadwal kepulangan ke rumah. Tentunya ia juga harus menyesuaikan dengan jadwal kesibukannya sebagai mahasiswa baru.

Kepadanya saya berkata: "Nak, cukup sudah kamu mengalami kepahitan hidup, bangkitlah!"

Jalan hidupmu masih panjang, kamu juga berhak meraih kebahagiaanmu lagi, kumpulkanlah teman-teman yang baik, sahabat-sahabat sejatimu yang bisa kamu dapatkan, baik dari masa kecilmu hingga nanti kamu bekerja dan berkeluarga.

Dari kepahitan hidup yang telah kita lalui bersama ini, kamu bisa lebih selektif memilih teman dan sahabat sejatimu. Kamu bisa memulai dari diri ayahmu ini, yang juga berperan sebagai ibumu.

Bila kamu sudah bisa merasakan hal itu, kamu bisa kembangkan hal yang sama kepada isteri dan anak-anakmu, seandainya kamu berniat untuk berumah tangga.

Kamu bisa membangun persahabatan sejati dengan istrimu, dengan mertuamu, dengan iparmu bila ada. Yang bisa kamu lanjutkan dengan anak-anakmu bila kamu dikaruniai anak nanti.

Anakku ini mengalami kepahitan hidupnya saat dia masih berusia 9 tahun. Dia kehilangan orang-orang yang mencintai dan dicintai dirinya.

Seolah dirinya tidak berhak mendapatkan kebahagiaan lagi. Baginya kebahagiaan itu sudah berakhir sejak ia masih kecil. Ia tinggal dengan kesendiriannya, kesialannya dan penderitaannya semata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun