Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Monolog: Panna, Antara Kebijaksanaan dan Pengetahuan

15 April 2022   04:29 Diperbarui: 15 April 2022   04:32 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Monolog: Panna, Antara Kebijaksanaan dan Pengetahuan (gambar: news.cgtn.com, diolah pribadi)

Kata "Panna" dalam bahasa Pali bila diterjemahkan bisa memiliki dua arti: kebijaksanaan dan pengetahuan. Memiliki pengetahuan berarti memiliki kebijaksanaan, dan Dia yang pengetahu semesta berarti tanpa tanding dalam hal kebijaksanaan.

Ketika dulu membaca tentang pencerahan Buddha yang menyebutkan 3 pengetahuan yang Beliau raih dan salah satunya adalah pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan lampau Beliau (dan juga makhluk-makhluk lain) tanpa batas, aku agak heran mengapa pengetahuan seperti ini tampaknya penting sebagai salah satu tolok ukur pencerahan seorang Buddha?

Barulah belakangan aku paham apa arti penting pengetahuan tentang kehidupan-kehidupan lampau yang tanpa batas itu. Dari pengetahuan ini, kemampuan untuk melihat timbul tenggelam lahir mati dan perputaran siklus kehidupan dunia di rentang tanpa batas ini,

Buddha melihat langsung bekerjanya hukum karma dan sebab musabab yang saling ketergantungan. Beliau mampu memahami mengapa makhluk-makhluk tertentu berperilaku seperti ini itu, berkecenderungan seperti ini itu, menjalani kehidupan dengan cara begini begitu, dan seterursnya.

Buddha memahami sebab-sebabnya, Beliau juga mengetahui apa akibat-akibatnya, dan pada giliran berikut menjadi rantai aksi-reaksi yang pada ujungnya menjadikan Beliau tahu segala solusi berikut mana yang mungkin dan mana yang tak mungkin. Pengetahuan yang paripurna berarti kebijaksanaan yang paripurna juga.

Aku mengenal tuturan tentang perbedaan orang pintar dengan orang bijaksana. Katanya, orang pintar adalah mereka yang belajar dari pengalamannya sendiri, sedangkan orang bijaksana adalah mereka yang belajar dari pengalaman orang lain.

Dengan kemampuan-Nya melihat kehidupan lampau tanpa batas dari diri maupun makhluk lainnya, Buddha bukan sekadar "belajar" dari pengalaman-Nya sendiri (melihat kehidupan lampau-Nya) melainkan juga bisa membandingkan dan melihat pengalaman-pengalaman makhluk lain.

Ini menjadikan kebijaksanaan Buddha melampaui jenis kebijaksanaan biasa yang parsial. Dan dari kebijaksanaan paripurna ini, yang utuh tanpa terhalangi tirai ilusi, Buddha mampu menunjukkan jalan terang dan jelas menuju ke pembebasan sejati.

Aku yakin kita semua para Buddhis akan sepakat, pasti bukanlah perbuatan bijaksana bila menyia-nyiakan petunjuk dari Guru yang kebijaksanaan paripurna seperti Buddha, ya kan?

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun