Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mahluk Melengking Itu (Telah) Pergi dengan Perasaan Bahagia

26 Maret 2022   07:11 Diperbarui: 26 Maret 2022   07:17 3001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahluk Melengking Itu (Telah) Pergi Dengan Perasaan Bahagia (gambar: metropolitan.id, diolah pribadi)

Ruangan ini gelap, bau lembab, cat di dinding banyak yang terkelupas. Ada sebuah pintu besi berkarat yang menghubungkannya dengan ruangan lain. Tak ada siapapun.

Barang-barang berserakan tertutup debu tebal dan tiba-tiba wussshhhhh!!!.... Ada hawa dingin datang. Seketika aku menggigil bukan karena dingin. Jantung berdetak kencang, bulu kuduk tanpa di ijinkan pun ikut menegakkan diri.... Sudah beberapa kali aku berada di tempat ini, namun selalu merasa seperti ini.

Tiba-tiba terdengar lengking suara tawa. Persis seperti di film-film horror. Dada sesak, napas terengah-engah. Jantung rasanya lepas dari tempatnya menempel, lalu terjatuh ke jurang karena rasa takut yang teramat sangat. "Dia muncul lagi!!!...."

Wanita berambut panjang menutupi seluruh wajahnya. Berpakaian putih menjuntai. Bergerak ke kiri dan ke kanan mengikuti, seakan bisa membaca pikiranku.

"Tidak...tidak aku tak mau lihat. Arrrgggghhhhhhhh !!!", aku berteriak dalam hati sambil menutupi wajah rapat-rapat. Tiba-tiba aku terbangun besama genderang di dada yang masih berdentum.

Ah, mimpi itu lagi!! Sudah beberapa kali dia mengunjungi mimpiku.  Dan tiap kali rasa cemas, takut menyertai.... Kalau-kalau benar dia ada di samping.

Kuberanikan diri menoleh ke samping, "Fiuuhhh!!!" Lega, ternyata seorang laki-laki berambut gundul yang sedang tertidur pulas di sana. Dan dia suamiku!

Dengan susah payah memperhatikan napas yang untungnya tidak ikut hilang bersama si mimpi, akhirnya kembali kutertidur.

Waktu berlalu. Kala itu, saya mengikuti retreat meditasi yang kesekian kalinya di sebuah center. Guru mengulang sebuah syair cinta kasih. Meski sudah beberapa kali ku dengar namun entah mengapa saat itu jadi lebih mendalam.  

"Apapun yang muncul di pikiran, berikanlah kasih sayang kita. Pancarkan cinta kasih kita, dengan harapan Semoga Semua Hidup Berbahagia...," ucap Beliau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun