Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Kebajikan: Hasil Senantiasa Setia pada Tuannya

11 Januari 2022   05:51 Diperbarui: 11 Januari 2022   05:58 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
fenomena kebajikan (nanotempertech.com)

Netizen dikejutkan oleh viralnya kebakaran besar terjadi pada Desember 2021 di pasar Kroya, Cilacap, Jawa Tengah. Kurang lebih 500 kios habis terbakar. Namun ada kejadian aneh yang mencuri perhatian.

Sebuah kios ramai dibicarakan dan menjadi kehebohan. Lantaran tidak terjamah oleh kobaran si jago merah yang melalap semua bangunan di pasar tersebut.

Kios terletak di lantai dua ini menjual aneka minuman saset instan dan daging olahan beku.  Penampakan tidak lazim diantara reruntuhan kios-kios hangus berwarna abu-abu.

Ketika dibuka, netizen tercengang dan merinding dibuatnya. Semua dagangan tampak utuh layaknya kondisi normal. Penganan seperti sosis, ham, dan lainnya masih tetap dalam kondisi membeku. Kopi dan cemilan saset tak ada yang menghitam. Takjub. Ajaib.

Ternyata, menurut warga net, pemilik kios adalah orang yang rajin melakukan kebajikan alias memberi kepada yang membutuhkannya. (baca: berdana).

Lalu, apa korelasinya? Bagaimana hipotesisnya?

Sebagaimana tetesan air yang terus menerus ditampung pada sebuah tempayan kosong. Tak ayal menjadi penuh bahkan melembak tidak tertampung.

Teringat kata bijak:

Jika kita berbuat baik, walaupun rejeki belum datang tetapi malapetaka sudah menjauh.

Jika kita berbuat jahat, walaupun malapetaka belum datang, namun rejeki sudah menjauh.

Kebajikan berdana akan memberikan kebahagiaan. Di saat memberi ataupun di masa mendatang ketika kita menyadari kebaikan yang sudah kita lakukan. Nyaman. Tenteram rasanya hati ini.

Tak peduli apakah kita sadar akan kenyataan ini atau tidak. Terlebih, jika niat itu dibarengi dengan pemahaman. Tentu kita dapat dengan cepat meningkatkan proses kematangan jasa kebajikan yang diperoleh lewat pemberian kita.

Nah, ada tiga faktor penentu besarnya jasa kebajikan sesuai tingkatannya.

Pertama; motif atau tujuan si pemberi kebajikan.

Kedua; bagaimana moral dan akhlak si penerima dana (baca: kebaikan).

Ketiga; bentuk dan jenis dana yang pas dan tepat bagi mereka yang membutuhkan.

Hukum sebab akibat adalah hukum alam yang berlaku bagi siapa saja atau hukum karma (ajaran Buddhisme). Apa yang ditabur, itulah yang akan dituai.

Perbuatan baik berbuah manis. Perbuatan jahat menciptakan akibat buruk. Karena kita sendiri yang akan mengalaminya. Pastinya kita berusaha mendesain karma baik sebanyaknya. Wajar kan?

Kembali kepada ketiga faktor yang sudah dikemukakan sebelumnya. Penulis fokus pada niat dan motif si pelaku (pemberi).

Niat -- Kehendak

Saat niat berbuat baik muncul. Usahakan agar kondisi itu terjaga. Sehingga ketulusan terbentuk.

Berikutnya adalah tepat sasaran dan sesuai kebutuhan. Alhasil, penerima bersukacita dan puas karena pendana memberikan sesuatu yang bermanfaat dan dibutuhkan olehnya. Right person in the right place.

Namun seringnya pikiran tidak terkontrol, namanya juga manusia. Ada kalanya setelah berbuat baik. Terus timbul sesal, kenapa kasihnya kebanyakan? Kenapa enggak yang ini saja yang dikasih? Atau kenapa bukan kasih ke orang itu ya? Dan masih banyak kenapa, kenapa dan kenapa lainnya berkecamuk dalam pikiran.

Dalam ajaran Buddhis terdapat perbedaan mendasar antara tindakan berdana yang kurang bijaksana dan tindakan berdana yang didasari kebijaksanaan. Bobot yang kedua itu lebih tinggi daripada yang pertama.

Contoh tindakan berdana sederhana. Ketika anak memberi sedekah karena disuruh ibunya, tetapi dia tidak mengetahui makna tindakannya. Lain ceritanya bila ia paham tujuan dari sedekah yang dilakukannya. So pasti, buah yang dipetik tentu lain pula rasanya.

Baca juga artikel

Hipotesis keterkaitan kedermawanan dan kebijaksanaan pada saat sebelum, selagi dan sesudah berdana.

1) Berdana dengan pemahaman. Sebab-akibat memainkan peranan. Berdana dengan tulus dan iklas pasti memberikan output di kemudian hari;

2) Berdana dengan kesadaran. Segala sesuatu yang terlibat tidak ada yang kekal dan pasti;

3) Berdana dengan tujuan meningkatkan usaha agar menjadi tercerahkan.

Sebaliknya:

Jika berdana tanpa menyadari bahwa ia akan mengalami dan terlibat sebagai akibat dari perbuatannya. Maka berdana itu minim potensinya dalam memberikan jasa.

Jika hanya berencana tetapi tidak terwujud, jasa yang diperoleh amatlah kecil. Jadi, segera lakukan niat baik itu.

Jika penyesalan muncul selesai memberi. Alhasil sebagian besar jasa kebajikan dari tindakan itu akan hilang.

Semoga kita selalu diberikan kesehatan prima untuk mewujudkan kebajikan sebanyak yang ingin kita tuai.

**

Jakarta 11 Januari 2022

Penulis: Iing Felicia untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi
dokumen pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun