Hanya karena anjing sedang ngetren, tak perlulah kau belajar menggonggong jika kau itu seekor kucing, itu kata Pidi Baiq…
Tapi, jika kau adalah seekor kucing dan kebetulan lalu nasib membawamu untuk berada di lingkungan anjing yang hanya mengerti bahasa menggonggong, what should you do?
Yah, mungkin kau akan menjawab: tetaplah jadi kucing, kucing yang bisa bersahabat dengan anjing, dan kalau ternyata anjing itu begitu jahat, ya sudahlah pergi saja kau dari situ, bukankah dunia ini menyediakan tempat yang begitu luas, pasti akan ada tempat untukmu…
Lalu,
Ah, iya mungkin saja kau sudah menjadi manusia goa seperti kata Plato, manusia goa yang sepanjang hidupnya merasa nyaman di goa, saking nyamannya dia gak mau keluar tanpa menyadari bahwa dunia di luar sana ternyata begitu indah…
Sodara, sudahkah kau memahami bahwa dunia ini begitu luas, dan luasnya dunia ini menawarkan begitu banyak keindahan.
Ah, atau barangkali kau sudah begitu nyaman dengan rutinitasmu, rutinitas yang membuatmu nyaman tapi membuatmu melewatkan kebahagiaan yang sesungguhnya….
Kawan, rutinitas itu kadang berupa masyarakat, masyarakat dengan segenap nilai yang dianut. Nilai dengan stereotipe tertentu tentang “orang baik”. Orang baik yang menurut mereka dicirikan sebagai bla.bla..bla.. dan bla..bla..bla.., yang membuatmu lalu jadi merasa harus mengikutinya, harus menjadi seperti yang mereka nilai tentang kriteria tersebut, dan kau akan merasa nyaman setelah menjadi orang seperti yang mereka inginkan, dan lalu kau pun tak menyadari betapa lalu jauh kau dari potensi awalmu sesungguhnya. Tanpa sadar kau digiring untuk menjadi orang yang bukan dirimu. Halah, orang yang bukan dirimu.., kata yang aneh ya?
Ya sudahlah, aku juga sebenarnya gak begitu paham kok dengan apa yang kutulis ini…