Umat Katolik sedunia mendedikasikan bulan Oktober sebagai bulan Rosario untuk berdevosi kepada Bunda Maria. Ini pula yang dilakukan sekolah tempat saya bekerja, yang kebetulan berada di bawah naungan yayasan Katolik.
Senin (31/10/2025) pagi, selepas doa pagi di kelas, seratusan anak berkumpul bersama guru dan tenaga pendidik untuk duduk lesehan di halaman tengah. Ada beberapa dari mereka membawa rosario yang sudah disiapkan, namun kebanyakan tidak membawa karena berbagai alasan.
Ada yang memang lupa, dan banyak yang memang tidak memilikinya, karena beragama non-Katolik. Saya sangat apresiasi sekali dengan para murid yang khususnya non-Katolik ini, sebab kendati tidak mengikuti ibadahnya, mampu menjaga kekhusyukan dalam berdoa.
Ibadat pagi ini dibawakan oleh Ibu Siska selaku guru Pendidikan Agama Katolik sekolah kami. Hari ini adalah pertemuan kedua dalam rangkaian Bulan Rosario 2025, dengan tema yang diangkat adalah ROSARIO, RANGKAIAN PANJANG YANG MENGHUBUNGKAN SURGA DENGAN BUMI.
Ketika mendengarkan ibadat tersebut, ada satu kalimat yang cukup terngiang di telinga saya. "Anak-anak, ketika berdoa Rosario, kita sedang mendekatkan diri kepada Tuhan. Seperti memegang tali yang kuat, kita tidak akan tersesat karena Bunda Maria menuntun kita kepada Yesus."
Ini adalah personifikasi dari rantai rosario itu sendiri, yang sangat mudah dimengerti oleh anak-anak seusia SD. Mereka terlihat mengangguk memahami, dan kemudian menarik rosarionya keluar dari kotak untuk melanjutkan dengan Doa Rosario secara bergantian.
Santa Theresia dari Lisieux
Dua kalimat yang saya dengar dari Bu Sisca itu, ternyata bukan premis yang tiba-tiba muncul begitu saja. Itu adalah pesan hidup dari Santa Theresia dari Lisieux yang bisa memaknai secara dalam, apa itu Doa Rosario.
Lahir pada 2 Januari 1973, Santa dengan nama kecil Maria Francoise Therese Martin ini sayangnya harus menderita tuberkolosis di usia muda. Meski sakit, ia tetap menulis catatan rohani yang kemudian dihimpun dalam buku Story of a Soul.
Dan satu catatan yang akan menjadi panduan bagi iman Katolik orang banyak, adalah bagaimana Santa Theresia memaknai Doa Rosario. Bagi Theresia, Doa Rosario bukan soal kata-kata yang banyak, melainkan tentang menyerahkan hati kecil kepada Bunda Maria agar dibawa pada Yesus.
Mengibaratkan dengan tali yang tergenggam kuat antara umat dan Bunda Maria, Doa Rosario akan membuat umat tidak tersesat dalam tuntunan menuju Yesus.
Santa Theresia wafat pada 30 September 1897 dalam usia 24 tahun. Ia dikanonisasi oleh Paus Pius XI tahun 1925. Lalu pada 1997, Paus Yohanes Paulus II menganugerahkan gelar Pujangga Gereja kepadanya dan juga berperan sebagai pelindung misi gereja.
Meneladan Sejak Dini
Adapun bagi murid-murid kami, terkhusus yang beragama Katolik, pengetahuan dan makna seputar Doa Rosario ini penting bagi keimanan mereka selain doanya sendiri.
Seorang tokoh yang menjadi teladan, seperti Santa Theresia, bisa menjadi gambaran bagaimana jarak antara manusia dengan Tuhan tidaklah sejauh yang dibayangkan.
Doa Rosario juga akan membiasakan anak-anak untuk dalam keseharian, memulai segala sesuatunya dengan berdoa. Seperti satu poin dari Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat, yakni rajin berdoa.
Masih ada beberapa pekan lagi untuk secara khusus berdevosi kepada Bunda Maria melalui Doa Rosario, dan semoga seluruh hal baik yang dipanjatkan akan didengar dan diamini oleh Tuhan YME.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI