Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Parpol sebagai Muara Aktivisme Gen Z Supaya Tidak Dicap Rebelist dan Nggedabrus

19 September 2025   22:29 Diperbarui: 19 September 2025   22:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diorama pergerakan pemuda sebelum kemerdekaan Indonesia. Sumber : DOK. Museum Sumpah Pemuda via kompas.com

Satu langkah kecil yang berbeda, bisa memecah belah suara yang awalnya bersatu dalam semangat "perubahan."

Memilih Jalan: Beradaptasi atau Mencipta?

Gong pembuka aktivisme Gen Z dengan tuntutan 17+8 telah membangkitkan perhatian publik. Sekarang, mata publik tertuju pada langkah mereka selanjutnya, atau kalau stagnan, hanya akan mendapat cap rebelist dan nggedabrus saja. 

Untuk itu, ada beberapa opsi untuk gerakan berikutnya:

  • Masuk ke dalam partai politik yang sudah ada: Ini adalah cara pragmatis untuk memengaruhi kebijakan dari dalam. Para aktivis bisa membawa ide-ide segar dan semangat baru ke dalam struktur yang sudah mapan, memaksa partai-partai lama untuk beradaptasi.
  • Menciptakan partai politik baru: Opsi ini memang terlihat lebih sulit dan penuh risiko, tetapi juga menjanjikan kemerdekaan penuh. Dengan membangun partai dari nol, Gen Z bisa memastikan bahwa nilai-nilai dan aspirasi mereka terakomodasi sepenuhnya, tanpa harus berkompromi dengan kepentingan politik yang sudah ada.
  • Tetap menjadi aktivis di luar sistem: Pilihan ini adalah jalan yang paling sering diambil. Para aktivis tetap menyuarakan aspirasi mereka melalui gerakan massa, protes, atau kampanye daring, tanpa terikat pada birokrasi partai. Namun, tanpa posisi formal di dalam sistem, suara mereka rentan dianggap sebagai "suara sumbang" atau "nggedabrus" yang tidak memiliki kekuatan nyata untuk mengubah kebijakan.

Perjuangan Gen Z ini adalah warna baru di wajah politik Indonesia. Ini bukan lagi hanya tentang warna hijau, pink, atau warna simbolis lain. Ini adalah tentang spektrum yang lebih luas, di mana banyak warna siap untuk menorehkan eksistensinya. 

Pertanyaannya adalah, apakah mereka akan memilih jalan yang efektif dan strategis, atau hanya akan berputar-putar dalam lingkaran idealisme tanpa hasil? Pilihan itu, ada di tangan mereka.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun