Kompasiana - Mungkin bagi sebagian orang, laga Fluminense vs Al Hilal di perempatfinal Piala Dunia Antarklub FIFA 2025 merupakan partai yang paling tidak menarik dibandingkan tiga laga perempatfinal lainnya.Â
Bukan klub besar Eropa ataupun mengandung rivalitas klasik yang memanas. Namun, jujur saja, dari kaca mata keindahan sepak bola, laga ini menjanjikan sebuah premis yang hebat, sebuah pertarungan filosofi yang patut dinanti.Â
Pasalnya, kedua tim ini sudah menganvaskan lawan-lawan hebat di babak 16 besar. Fluminense, dengan skuad veteran yang sarat pengalaman, secara mengejutkan menumbangkan raksasa Italia Inter Milan 2-0. Sementara Al Hilal, racikan tangan dingin Simone Inzaghi, secara heroik menumbangkan Manchester City 4-3 via perpanjangan waktu.
Dua tim kelas atas Eropa ditumbangkan oleh wakil CONMEBOL dan Asia, tentu kita harus membahas apa yang ditawarkan kedua tim ini untuk lolos ke semifinal. Ini bukan lagi soal nama besar, melainkan tentang taktik, mentalitas, dan bagaimana sebuah tim bisa memaksimalkan potensi yang ada.Â
Laga ini, yang akan kick-off di Camping World Stadium, Orlando, Sabtu (5/7/2025) pukul 02.00 dini hari WIB, adalah ujian sesungguhnya bagi kedua belah pihak. Siapakah yang akan membuktikan diri lebih unggul: pengalaman veteran atau kecerdikan juru taktik handal?
Filosofi Berbeda, Hasil yang Sama: Menumbangkan Raksasa Eropa
Fluminense datang ke perempatfinal ini dengan label "pasukan veteran". Ada satu scene viral yang menggambarkan betapa matangnya mental tim ini: saat Thiago Silva (40 tahun) meminta pelatih Renato Gacho mengganti formasinya menjadi 5-4-1 saat water break karena ada salah satu pemain yang mengalami masalah otot.Â
Ini menunjukkan bagaimana Fluminense mempunyai banyak sosok veteran yang siap untuk bermain dan berpikir untuk kemenangan timnya, bahkan sampai pada level taktik di lapangan.Â
Paling senior, sebagai pemain tertua di kompetisi ini, tentu adalah kiper Fabio yang berusia 44 tahun. Bersamanya dan Thiago Silva, ada juga Samuel Xavier (35 tahun) dan Rene (32 tahun) di sisi sayap, serta striker German Cano (37 tahun) yang sudah mengenyam asam-garam kompetisi sepak bola.Â
Banyak kepala, banyak pengalaman, inilah yang bisa membuat Inter Milan asuhan Christian Chivu tak berkutik di laga sebelumnya. Mereka bermain dengan disiplin, efektif, dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Sementara itu, Al Hilal datang dengan aura yang berbeda: tim yang memegahkan kemampuan Simone Inzaghi dalam meramu tiap laganya.Â