Ini bukan cuma keberuntungan semata. Ini adalah bukti nyata bahwa emas, dalam kondisi-kondisi tertentu, memang benar-benar berfungsi sebagai safe haven.
Mengapa Emas Bisa Menjadi Safe Haven di Era Ketidakpastian?
Kisah Aris ini bukan anomali. Ini adalah cerminan dari prinsip dasar mengapa emas diakui sebagai aset safe haven:
Pelindung Nilai Terhadap Inflasi.
Inflasi adalah "pencuri diam-diam" yang menggerogoti daya beli uang tunai kita. Saat harga barang dan jasa naik, uang kita jadi makin tidak berharga.Â
Emas, sebagai komoditas langka dan universal, cenderung mempertahankan nilainya. Ketika biaya hidup naik, harga emas juga cenderung ikut naik, menjaga daya beli aset kita.Â
Kasus Aris membuktikan ini: nilai emasnya tumbuh lebih cepat daripada inflasi yang menggerogoti nilai uang tunainya jika dia menyimpannya dalam bentuk tunai.
Perang dagang, ketegangan politik, resesi, pandemi -- semua ini bisa menciptakan ketidakpastian yang luar biasa di pasar keuangan.Â
Saham bisa anjlok, mata uang bisa melemah. Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung mencari aset yang dianggap lebih aman dan stabil. Emas adalah salah satunya.Â
Sepanjang sejarah, emas telah digunakan sebagai alat tukar dan penyimpan nilai. Ia tidak terikat pada kebijakan moneter suatu negara atau fluktuasi suku bunga.Â
Ini memberinya karakteristik "mata uang alternatif" yang mandiri, terutama ketika kepercayaan terhadap mata uang menurun.
Selain itu, meski dianggap sebagai investasi jangka panjang, emas sangat likuid.Â
Dalam kasus darurat seperti Aris, emas bisa dengan mudah digadaikan atau dijual di mana saja, kapan saja. Ini penting, karena aset safe haven juga harus bisa diakses saat dibutuhkan.