Mohon tunggu...
Greg Satria
Greg Satria Mohon Tunggu... FOOTBALL ENTHUSIASTS

Just Persistence

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bedah Kekuatan dan Kelemahan Semifinalis UCL 24/25: Arsenal, PSG, Barcelona, dan Inter Milan

17 April 2025   22:50 Diperbarui: 22 April 2025   11:00 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemain Inter Milan merayakan kesuksesan lolos ke semifinal Liga Champions 24/25. Sumber : (AFP/MARCO BERTORELLO via kompas.com

Pentas semifinal Liga Champions 2024/2025 menyajikan pertarungan empat raksasa Eropa dengan ambisi dan kualitas yang tak perlu diragukan lagi: Arsenal versus Paris Saint-Germain, dan Barcelona, dan Inter Milan. 

Keempat tim ini berhasil menyingkirkan lawan-lawan tangguh di babak sebelumnya, menunjukkan bahwa mereka adalah yang terbaik dari yang terbaik musim ini. Ada dua tim yang berpeluang quadruple (empat gelar), yakni PSG dan Barcelona, serta satu tim dengan peluang treble, yakni Inter Milan.

Namun, di balik kilauan trofi yang diincar, setiap tim pasti memiliki kekuatan yang menjadi andalan sekaligus kelemahan yang berpotensi menjadi batu sandungan. Mari kita bedah satu per satu, kekuatan dan kelemahan dari para semifinalis UCL musim ini.

Arsenal: Ledakan Taktik Arteta dan Ketiadaan Pengalaman di Fase Akhir

Meremehkan Arsenal di babak semifinal ini adalah sebuah kesalahan besar. Bagaimana tidak, The Gunners besutan Mikel Arteta baru saja mengirimkan pesan menakutkan kepada seluruh Eropa dengan melumat sang juara bertahan sekaligus penguasa Liga Champions, Real Madrid, dengan agregat telak 5-1. No more Remontada!

Kekuatan terbesar Arsenal terletak pada efek ledakan taktik spesifik dari Mikel Arteta. Musim ini, mereka menjelma menjadi tim yang paling berbahaya dalam memanfaatkan situasi bola mati. 

Lebih dari itu, Arteta juga menunjukkan fleksibilitas dan kecerdasan taktisnya dengan mengubah posisi Mikel Merino menjadi penyerang tengah di tengah badai cedera lini depan. 

Puncaknya, di perempat final kontra Real Madrid, Declan Rice diubah menjadi pemain paling krusial, dengan dua gol tendangan bebas di leg pertama dan tugas khusus mematikan pergerakan Jude Bellingham di kedua laga.

Namun, di balik kejeniusan taktik Arteta, kelemahan Arsenal terletak pada minimnya pengalaman pemain di fase krusial kompetisi. Mayoritas skuad The Gunners masih tergolong hijau di fase akhir panggung Liga Champions. 

Praktis hanya Oleksandr Zinchenko, Jorginho, Kai Havertz, dan Raheem Sterling (yang bahkan tidak selalu menjadi pilihan utama atau tengah berkutat dengan cedera) yang memiliki atribut pengalaman mumpuni di level ini. 

Di semifinal melawan Real Madrid kemarin, serta berikutnya melawan PSG, Arteta dipaksa mengandalkan pemain muda seperti Miles Lewis-Skelly dan Jakub Kiwior untuk menggantikan pemain cedera seperti Riccardo Calafiori dan Gabriel Magalhaes. Keduanya harus mampu naik kelas secara mental dengan cepat untuk menghadapi tekanan di babak empat besar ini.

Paris Saint-Germain: Mental Pemimpin di Setiap Lini, Rentan di Laga Tandang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun