Pengulangan comeback ini tentu bukan sebuah kebetulan semata. Mentalitas yang ditanamkan Xabi pada anak asuhnya, mampu dijaga hingga menit akhir laga. Mentalitas tentu bukan hal asing bagi Xabi yang sudah bergelimang gelar bersama Timnas Spanyol, Liverpool, Real Madrid dan Bayern Munchen.
Semua skuadnya, termasuk yang sedang berada di bench, berhasil ia tularkan mentalitas pemenang ini. Jadi tidak jarang pemain yang dari bench seperti Patrik Schick, Nathan Tella atau Adam Hlozek mampu tampil trengginas dan menjadi kartu truf bagi Leverkusen hingga meraih unbeaten sejauh ini.
Keinginan untuk tidak kalah sangat terlihat dari mata setiap pemain Leverkusen. Mereka akan mengejar gol penyama kedudukan (bila tertinggal), dan disinilah lawan akan langsung khawatir jika gol tersebut tiba.
Lalu bagaimana dengan strategi dan formasi dasar Xabi Alonso bersama Bayer? Kita harus kembali empat tahun lalu, disaat Xabi Alonso menjelaskan pendekatan strateginya di tayangan Youtube The Coaches' Voice.
Xabi kala itu menjelaskan pendekatan strategi para manajer yang pernah menanganinya, yakni Rafael Benitez, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti. Pada masa ketika ia menangani Real Madrid Youth itu, Xabi memiliki pandangan formasi yang sama dengan Benitez, Mou dan Ancelotti, yakni 4-2-3-1.
Namun mengapa ia berubah menggunakan 3-4-2-1 di Bayer? Karena Xabi Alonso sangat adaptif terhadap pemain yang dimilikinya!
Bergabung sejak pertengahan musim lalu (2022/2023), Xabi harus menerima skuad yang ada. Ia mendapati timnya mempunyai surplus pemain belakang yang kuat dan winger-winger cepat.Â
Di lini belakang ada Jonathan Tah, Piero Hincapie, Edmond Tapsopba dan Odilon Kossounou yang punya kualitas 11-12. Lalu di sisi winger ada Callum Hudson-Odoi, Jeremie Frimpong, Mitchel Bakker dan Timothy Fosu-Mensah.
Adaptasi pun ia lakukan dengan "meniru" formasi Antonio Conte saat sukses menukangi Chelsea musim 2016/2017. Winger yang cepat ini tidak terlalu bagus dalam bertahan, jadi harus dibantu dengan tiga bek tengah. Dua gelandang jangkar mumpuni sudah dipunyai dalam sosok Robert Andrich dan Exequiel Palacois.Â
Urusan menyerang? Ada Amine Adli, Karim Bellarabi, Patrick Schick dan anak ajaib Jerman yang baru pulih dari cedera panjang, Florian Wirtz. Artikel lebih detail mengenai Florian Wirtz dapat dibaca disini.Â
Dengan 3-4-2-1, fokus penyerangan ada di setiap area vertikal lapangan. Lini kiri dan kanan mengakomodir para winger untuk berkreasi dengan skill-nya, ini memungkinkan Hudson-Odoi dan Moussa Diaby meraih cukup banyak gol musim lalu. Di musim ini, Alex Grimaldo dan Jeremie Frimpong juga punya angka gol/assist yang bagus pula.