Mimpi terliar fans Bayer Leverkusen satu per satu akan menjadi kenyataan. Senin (15/4/2024) dini hari WIB tadi Die Werkself resmi menjadi kampiun Bundesliga musim 2023/2024 usai benamkan Werder Bremen dengan skor 5-0 di Bay Arena. Gelar perdana yang telah direngkuh ini akan jadi "undangan" bagi dua trofi lainnya!
Berjarak 13 poin dari Bayern Munchen dengan 6 partai tersisa sebelum laga ini, Leverkusen tinggal butuh satu kemenangan lagi untuk mengukuhkan diri sebagai kampiun Bundesliga musim 2023/2024. Â
Menguasai jalannya laga melawan Bremen di kandang sendiri, Leverkusen sudah unggul di babak pertama melalui penalti Victor Boniface menit 25'.Â
Pada babak kedua mereka menambah keunggulan untuk menyalakan pesta juara di kandang sendiri, dengan gol dari Granit Xhaka menit 60' ditambah hattrick dari sang fantasista Florian Wirtz menit 68', 83' dan 90'. Benar-benar malam perayaan yang sempurna. Congratulations! Â
Kemenangan ini juga mengukir sejarah baru lain bagi tim Hitam-Merah tersebut, yakni menjadi 29 pertandingan liga tak terkalahkan! Rekor sebelumnya dipegang oleh Beyern Munchen-nya Pep Guardiola dengan 28 laga unbeaten.Â
Bagus bagi skuad Xabi Alonso karena dapat menyelesaikan urusan Bundesliga-nya minggu ini, sebab tantangan di dua laga minggu depan cukup berat.Â
Bayer harus away ke London (19/4/2024) untuk mempertahankan keunggulan 2-0 di leg pertama Perempatfinal UEFA Europa League (UEL) lalu. Kemudian tiga hari berselang, Florian Wirtz dkk akan menantang tuan rumah Borussia Dortmund di liga.Â
Pada artikel kali ini, saya akan mencoba membahas bagaimana skuad Bayer Leverkusen bisa sebegitu fenomenalnya. Berikut adalah beberapa faktor utamanya : Â
Mentalitas Top Xabi Alonso dan Adaptasi Formasi Antonio Conte
Sudah tak terhitung berapa kali Bayer Leverkusen mampu lakukan comeback gemilang di musim ini. Teraktual adalah 30 Maret lalu, saat menang 2-1 atas Hoffenheim di Bay Arena. Tertinggal satu gol dari babak pertama, Robert Andrich memecah kebuntuan menit ke 88". Lalu Patrik Schick, sang spesialis pencetak gol menit akhir, menuntaskan tiga poin bagi tuan rumah.
Pengulangan comeback ini tentu bukan sebuah kebetulan semata. Mentalitas yang ditanamkan Xabi pada anak asuhnya, mampu dijaga hingga menit akhir laga. Mentalitas tentu bukan hal asing bagi Xabi yang sudah bergelimang gelar bersama Timnas Spanyol, Liverpool, Real Madrid dan Bayern Munchen.
Semua skuadnya, termasuk yang sedang berada di bench, berhasil ia tularkan mentalitas pemenang ini. Jadi tidak jarang pemain yang dari bench seperti Patrik Schick, Nathan Tella atau Adam Hlozek mampu tampil trengginas dan menjadi kartu truf bagi Leverkusen hingga meraih unbeaten sejauh ini.
Keinginan untuk tidak kalah sangat terlihat dari mata setiap pemain Leverkusen. Mereka akan mengejar gol penyama kedudukan (bila tertinggal), dan disinilah lawan akan langsung khawatir jika gol tersebut tiba.
Lalu bagaimana dengan strategi dan formasi dasar Xabi Alonso bersama Bayer? Kita harus kembali empat tahun lalu, disaat Xabi Alonso menjelaskan pendekatan strateginya di tayangan Youtube The Coaches' Voice.
Xabi kala itu menjelaskan pendekatan strategi para manajer yang pernah menanganinya, yakni Rafael Benitez, Jose Mourinho dan Carlo Ancelotti. Pada masa ketika ia menangani Real Madrid Youth itu, Xabi memiliki pandangan formasi yang sama dengan Benitez, Mou dan Ancelotti, yakni 4-2-3-1.
Namun mengapa ia berubah menggunakan 3-4-2-1 di Bayer? Karena Xabi Alonso sangat adaptif terhadap pemain yang dimilikinya!
Bergabung sejak pertengahan musim lalu (2022/2023), Xabi harus menerima skuad yang ada. Ia mendapati timnya mempunyai surplus pemain belakang yang kuat dan winger-winger cepat.Â
Di lini belakang ada Jonathan Tah, Piero Hincapie, Edmond Tapsopba dan Odilon Kossounou yang punya kualitas 11-12. Lalu di sisi winger ada Callum Hudson-Odoi, Jeremie Frimpong, Mitchel Bakker dan Timothy Fosu-Mensah.
Adaptasi pun ia lakukan dengan "meniru" formasi Antonio Conte saat sukses menukangi Chelsea musim 2016/2017. Winger yang cepat ini tidak terlalu bagus dalam bertahan, jadi harus dibantu dengan tiga bek tengah. Dua gelandang jangkar mumpuni sudah dipunyai dalam sosok Robert Andrich dan Exequiel Palacois.Â
Urusan menyerang? Ada Amine Adli, Karim Bellarabi, Patrick Schick dan anak ajaib Jerman yang baru pulih dari cedera panjang, Florian Wirtz. Artikel lebih detail mengenai Florian Wirtz dapat dibaca disini.Â
Dengan 3-4-2-1, fokus penyerangan ada di setiap area vertikal lapangan. Lini kiri dan kanan mengakomodir para winger untuk berkreasi dengan skill-nya, ini memungkinkan Hudson-Odoi dan Moussa Diaby meraih cukup banyak gol musim lalu. Di musim ini, Alex Grimaldo dan Jeremie Frimpong juga punya angka gol/assist yang bagus pula.
Kemudian di rusuk tengah, dimana menjadi lini yang sangat panjang dengan banyak orang, memadatkan dua fokus utama Xabi Alonso dalam bermain. Transisi dan menyerang ruang kosong.
Pada tayangan The Coaches' Voice tadi, Xabi Alonso yang bermain pada posisi gelandang bertahan, menyadari pentingnya transisi di dalam sebuah tim.Â
Transisi menyerang atau positif, dilakukan ketika tim dalam posisi bertahan, kemudian mendapatkan bola dan beralih untuk menyerang lawan. Sebaliknya, transisi bertahan atau negatif dilakukan ketika tim sedang menyerang namun gagal, dan berbalik menjadi diserang lawan.Â
Kecepatan transisi inilah yang diinginkan oleh Xabi Alonso sebagai manajer tim. Ia ingin timnya bersama-sama bergerak, untuk "segera menyerang" dan "segera bertahan" jika melakukan transisi.
Solusi yang ia tawarkan dalam menguasai laga adalah "find a free man". Cari orang yang dalam posisi kosong. Disini tentu dituntut pergerakan seluruh anggota tim, untuk memberikan pilihan bagi rekannya dalam mengalirkan bola. Dengan pilihan memakai dua winger, maka serangan Leverkusen akan sangat tajam di sisi sayap.
Tantangan Bagi Pemain Raih Bundesliga Perdana
Musim lalu berakhir tanpa trofi, namun Leverkusen bisa perbaiki posisi hingga berada di urutan ke-6 klasemen akhir Bundesliga. Memulai kinerja dari awal tahun, tentu Xabi Alonso akan punya tantangan dan keuntungan dalam mendatangkan pemain-pemain andalannya yang diinginkannya.
Formasi 3-4-2-1 yang works di musim lalu tidak ia ubah. Kedalaman skuad lah yang ia perhatikan, dengan mendatangkan pemain tepat guna di setiap pos.Â
Matej Kovar, Granit Xhaka, Nathan Tella, Jonas Hofmann, Victor Boniface dan Alejandro Grimaldo ia datangkan secara permanen. Lalu ada starlet Josip Stanisic yang dipinjam dari Bayern Munchen dan Borja Iglesias yang datang musim dingin lalu dari Real Betis.Â
Luar bisanya seorang Xabi Alonso, nama-nama tersebut bukanlah "hot-list" di bursa transfer. Jadi ia bisa melakukan transfer dengan harga wajar, tetapi sangat bermanfaat bagi tim.
Pemain baru dan pemain lama tersebut mempunyai tantangan yang cukup besar, yakni Bayer Leverkusen belum pernah sekalipun menjadi juara Bundesliga. Mereka harus siap melalui persaingan sengit dengan Munchen, Dortmund, Union Berlin, RB Leipzig dan Monchengladbach pada musim 2023/2024.
Kelolosan ke Europa League juga menambah jadwal bertanding bagi Die Werkself, dimana ini sudah diantisipasi Xabi dengan mendatangkan nama-nama tadi.
Hasilnya? Kita tahu sama-sama, Bayer Leverkusen tinggal satu langkah merengkuh Bundesliga dan DFB Â Pokal, serta satu kaki sudah menginjak semifinal Europa League.
Poin penting lain bagi tim ini, ialah ketetapan hati Xabi Alonso untuk bertahan di musim depan. Dengan rumor dan pendekatan yang menghubungkannya ke Liverpool, ia dengan tegas menampik kepindahan tersebut musim depan. Statement ini menambah kenyamanan dalam tim di fase akhir musim ini.
Drop-nya Para Pesaing Lapangkan Karpet Juara
Faktor eksternal juga turut berpengaruh pada kedigdayaan Bayer Leverkusen musim ini. Para pesaing yang dijagokan akan meramaikan papan atas Bundesliga, punya masalahnya masing-masing.
Union Berlin menjadi tim Bundesliga paling flop musim ini. Mereka sempat menghuni dasar klasemen di pertengahan musim, padahal tahun lalu tampil begitu solidnya sebagai pendatang baru.
Setali tiga uang, Borussia Monchengladbach juga sulit untuk keluar dari papan tengah. Ditinggal Jonas Hofmann menyeberang ke Bayer, tim hitam-hijau tak mampu menyulitkan persaingan papan atas.
Dortmund dan RB Leipzig alami masalah yang sama, yakni inkonsistensi. Kedua tim kerap tampil gemilang di satu pertandingan, namun match setelahnya tiba-tiba harus kalah dengan mudah. Tidak bisa membagi konsentrasi dengan kompetisi Champions League mungkin menjadi salah satu alasan terbesarnya.
Terakhir, sang juara bertahan dalam 11 tahun terakhir, Beyern Munchen, tengah alami goncangan internal. Gelar "kebetulan" mereka tahun lalu karena kalahnya Dortmund di laga penutup, coba diperbaiki dengan mendatangkan superstar Harry Kane.
Namun ternyata masalahnya menggerogoti dari dalam seperti kanker. Thomas Tuchel tak kuasa memegang kendali dan Die Roten pun harus terseok-seok di liga. Mereka kini hanya punya potensi gelar di Champions League saja.
Itulah penjabaran faktor-faktor yang melapangkan kesuksesan Xabi Alonso bersama Bayer Leverkusen musim ini. Saya pribadi yakin, minimal dua trofi akan Bayer dapatkan. Mungkin tantangan terbesar adalah mengalahkan AS Roma atau AC Milan di semifinal, serta Liverpool di Final Europa League jika mereka lolos nanti.
Herzlichen Glückwunsch Bayer, ihr seid großartig. Selamat Bayer, kalian hebat!
Salam olahraga
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H