- Semakin hari kita sering dihadapkan pada fenomena permasalaha krisis air. Air menjadi barang langka yang sangat sulit diperoleh ketika memasuki musim kemarau. Kelangkaan air sungguh berdampak sangat vital untuk kehidupan. Mulai dari  kegiatan sehari-hari memasak, mencuci, minum dan bercocok tanam semua membutuhkan air.
- Kelangkaan air dalam praktik pertanian sering kali disebabkan oleh manajemen air yang kurang baik. Salah satu contoh manajemen air yang kurang baik adalah sistem pertanian sawah. Sistem pertanian sawah menurut FAO (2016) menghabiskan 5000 gallons untuk memproduksi 1 kg beras. Bayangkan saja air sebanyak itu sungguhlah jumlah yang luar biasa. Terbesit di pikiran kita jumlahnya bisa sampai jutaan liter per hektar sawah.
Padahal, kelebihan air pada sistem persawahaan dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Bayangkan saja di Wilayah Timur Indonesia, seperti di Sumba misalnya tidak semua lahan sawah dapat memiliki kelebihan air sepanjang tahun.
Kemudian, di lahan sawah Kalimantan yang kebanyakan airnya bersifat sangat asam sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya belum ada teknologi yang mampu mengubah kondisi airnya menjadi ideal seperti yang dibutuhkan tanaman.- Strategi baru sangat dibutuhkan. Kelangkaan air sangat mungkin diatasi terutama untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bagi tanaman. Beberapa cara misalnya mengembangkan lahan sawah yang efektif dan efisien dalam penggunaan air sehingga tidak terlaku boros. Sistem pengairan yang berdasarkan kebutuhan tanaman sangatlah diwajibkan agar manajemen air dapat efisien.
- Sebelum membangun suatu sistem alangkah lebih baik mempunyai informasi terkait ketersediaan air di wilayah tersebut sehingga dapat menghitung kebutuhan air untuk tanaman budidaya serta mengetahui ketersediaan air pada lokasi dan waktu tertentu.
- Selain itu perlu adanya kajian secara komprehensif untuk memecahkan kasus kelangkaan air. Mengingat air adalah sumber kehidupan bagi bagi manusia dan tanaman. Dengan kata lain, manajemen air perlu melibatkan kajian-kajian atau pendekatan yang terutama dari bidang humaniora, agronomi, perencanaan dan tata ruang, serta bidang ekonomi.
- Sehingga melalui kajian tersebut dapat diperoleh nilai yang terbaik untuk pengembangan sistem pertanian berbasis tanaman budidaya dan lokasi budidaya. Yang akan disesuaikan dengan sistem pengairan yang cocok dengan karakteristik daerah dan budaya setempat.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!