Menteng Raya 64 kembali penuh aktivitas. Suara peluit, sorak penonton, dan musik dari panggung utama terdengar sejak pagi. Seribu lebih panitia dan ratusan peserta sekolah bekerja bersama. Mereka menjaga ritme kegiatan selama dua minggu.
Di balik pertandingan dan hiburan, acara ini menjadi tempat pembentukan karakter. Semua yang terlibat belajar tentang kerja keras, disiplin, dan empati. Tidak ada hasil sempurna. Yang penting adalah proses dan ketulusan dalam bekerja.
Saya menjadi panitia P3K. Tugas kami sederhana, menjaga keselamatan semua peserta. Tapi pengalaman di lapangan selalu memberi pelajaran baru. Tahun ini saya melihat bagaimana anak muda belajar menghadapi tekanan, tanggung jawab, dan rasa peduli melalui kerja nyata.
P3K bukan sekadar meja obat dan perban. Setiap hari, tim kami bersiap sebelum pertandingan dimulai. Kami mengecek kotak P3K, menyusun alat medis, dan memastikan rute evakuasi terbuka.
Saat pertandingan futsal berlangsung, seorang pemain terjatuh dan mengeluh sakit di pergelangan kaki. Kami berlari ke tengah lapangan. Kami angkat dia dengan tandu, lalu memeriksa cedera. Dalam waktu singkat, kaki pemain itu dibalut dengan perban elastis.
Setelah selesai, pemain itu tersenyum dan mengucap terima kasih. Reaksi itu sederhana, tetapi bermakna. Semua rasa lelah langsung terbayar.
Nilai magis tampak di situ. Kamu menjadi lebih baik karena terus belajar. Kamu beradaptasi dalam tekanan dan tetap tenang. Kamu belajar bekerja sama dengan tim. Tidak ada yang sempurna, tetapi setiap tindakan memberi kemajuan.
P3K tidak hanya tentang kemampuan medis. Tugas utama adalah menjaga manusia. Setiap luka ringan dan pingsan akibat panas mengajarkan kesabaran. Kamu belajar menempatkan diri sebagai pelindung, bukan penonton.
Tim P3K bertugas hingga malam. Kami sering makan terlambat dan kurang tidur. Tapi semua tetap berjalan. Kami tahu setiap jam kerja menambah kekuatan mental. Kelelahan berubah menjadi latihan disiplin.