Kondisi ini membuat mereka terjebak pada sistem ijon atau tengkulak yang merugikan dalam jangka panjang.
Di sisi lain, problem regenerasi petani juga menjadi tantangan serius. Generasi muda cenderung enggan menekuni dunia pertanian karena dianggap tidak menjanjikan secara ekonomi.Â
Banyak anak muda desa lebih memilih merantau ke kota ketimbang melanjutkan usaha tani keluarga meskipun memiliki lahan untuk bertani.
Fenomena ini semakin mengkhawatirkan ketika melihat rata-rata usia petani Indonesia yang kini mencapai di atas 50 tahun.Â
Jika tidak ada upaya serius menarik minat generasi muda, maka masa depan ketahanan pangan bisa berada dalam posisi rentan.
Pemerintah memang telah meluncurkan sejumlah program modernisasi pertanian, seperti penggunaan teknologi digital, mekanisasi, hingga akses pasar daring.Â
Namun, implementasinya di lapangan sering tidak merata dan hanya dinikmati sebagian kecil petani.
Masalah lain yang tak kalah mendesak adalah alih fungsi lahan pertanian. Pertumbuhan kota dan pembangunan infrastruktur seringkali menggerus sawah produktif.Â
Padahal, tanpa lahan yang cukup produksi pangan dalam negeri bisa terancam. Swasembada pangan yang digadang-gadang pemerintah tak akan tercapai.
Selain itu, perubahan iklim menambah beban berat bagi petani. Cuaca yang tidak menentu, banjir, hingga kekeringan ekstrem menyebabkan gagal panen semakin sering terjadi.Â