Hal ini memudahkan akar tanaman menyerap nutrisi dan air, terutama pada musim kemarau.
Selain ramah lingkungan, pupuk kompos berbahan lokal ini juga menekan biaya produksi hingga 40 persen.Â
Petani tidak perlu lagi membeli pupuk kimia yang harganya terus melonjak setiap tahun.
Manfaat lain yang dirasakan adalah meningkatnya kesuburan tanah secara jangka panjang.Â
Mikroorganisme dalam kompos menjaga keseimbangan biologi tanah, membuat lahan lebih produktif meski digunakan bertahun-tahun.
Praktik ini juga membuka peluang tambahan. Sebagian petani Bukit Jambi mulai menjual kompos mereka ke petani lain di sekitar Baradatu.Â
Dengan harga yang terjangkau, pupuk organik ini semakin diminati karena terbukti meningkatkan hasil panen.
Kebiasaan sederhana petani Bukit Jambi mengolah kulit kopi, gedebog pisang, dan kotoran hewan menjadi kompos menjadi contoh nyata pertanian berkelanjutan.
Mereka membuktikan bahwa dengan memanfaatkan sumber daya lokal, petani bisa mandiri, ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya