Mohon tunggu...
Gregorius Nafanu
Gregorius Nafanu Mohon Tunggu... Petani - Pegiat ComDev, Petani, Peternak Level Kampung

Dari petani, kembali menjadi petani. Hampir separuh hidupnya, dihabiskan dalam kegiatan Community Development: bertani dan beternak, plus kegiatan peningkatan kapasitas hidup komunitas lainnya. Hidup bersama komunitas akar rumput itu sangat menyenangkan bagiku.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Rorak, Teknik Konservasi Lahan Berbiaya Rendah di Kebun Kita

16 Maret 2023   16:21 Diperbarui: 17 Maret 2023   12:51 2012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membuat jebakan air alias rorak di kebun kopi, sekaligus memperbaiki tanah dengan menimbun sampah organik di dalam lubang (Dokumentasi pribadi)

Rorak, merupakan lubang berupa parit buntu yang sengaja dibuat di sekitar kebun kita. Tujuannya untuk menangkap dan menampung air hujan. Lalu dibiarkan meresap masuk ke dalam tanah. Teknik seperti ini, dikenal sebagai salah satu metode mekanik dalam kegiatan konservasi lahan dan air.

Pakar ilmu-ilmu tanah dari IPB, Prof Sitanala Arsyad menyatakan konservasi bisa dalam dalam arti luas dan arti yang lebih sempit. Secara luas diartikan sebagai penempatan bidang tanah dengan penggunaan yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan tanah. 

Pemanfaatan ini berjalan mengikuti syarat-syarat yang ditentukan sehingga tidak merusak tanah. Dalam arti sempit, konservasi dipahami sebagai usaha untuk mencegah kerusakan dan memperbaiki tanah akibat erosi. 

Dari pengertian ini, kita dapat memahami bahwa prinsip konservasi air di kebun, merupakan upaya untuk menangkap dan mengatur air hujan. Lalu aliran air akan bergerak secara perlahan masuk ke dalam tanah. 

Di sisi lain, jebakan-jebakan air dalam bentuk rorak, juga dapat mengurangi run off atau aliran permukaan ketika turun hujan. Erosi permukaan tanah dapat dikurangi dengan pembuatan rorak di kebun kita.

3 Metode Konservasi Air dan Lahan

Pada dasarnya, terdapat tiga metode konservasi air dan lahan. Uraian tentang metode ini dapat dibaca lebih jauh di berbagai literatur. Salah satunya, bisa mengakses rimbakita.com untuk mendapatkan informasi tentang metode ini. Ketiga metode tersebut adalah metode vegetatif, metode mekanik dan metode kimia. 

Metode Kimia

Metode kimia masih sulit digunakan oleh petani. Sebab utamanya adalah mahal dan memerlukan teknik yang lebih komplit. 

Salah satu cara ini adalah memberi perlakuan soil conditioner untuk memperbaiki struktur tanah. Cara ini masih terbatas penggunaannya, oleh perusahaan besar yang memiliki modal besar juga.

Metode Vegetatif

Teknik vegetatif dilakukan dengan menggunakan tanaman pada permukaan, seperti tanaman cover crop. Tujuannya agar air hujan tidak langsung mengenai tanah. 

Kehadiran tanaman cover crop mengurangi jumlah dan laju air hujan di permukaan tanah. Dengan demikian, pengikisan permukaan tanah menjadi berkurang. 

Contoh budidaya tanaman dengan melakukan metode Alley cropping alias pertanian lorong (Dok foto: bebasbanjir2025.wordpress.com/Sidik H. Tala'ohu)
Contoh budidaya tanaman dengan melakukan metode Alley cropping alias pertanian lorong (Dok foto: bebasbanjir2025.wordpress.com/Sidik H. Tala'ohu)

Contoh teknik vegetatif di antaranya dengan cara pemberian mulsa, metode silvapastura dan alley cropping atau biasa disebut sebagai sistem pertanian lorong. 

Silvapastura menganut prinsip tumpang sari tanaman pakan di bawah tegakan tanaman utama. Misalnya, menanam rumput gajah atau rumput setaria di bawah tegakan tanaman karet yang bisa dimanfaatkan untuk pakan ternak. 

Alley cropping biasa dilakukan pada lahan yang berkontur miring dengan tujuan menahan laju erosi. Pada lahan miring ini, kita dapat menanam perdu leguminose secara rapat, berbaris mengikuti kemiringan tanah seperti tanaman pagar.

Metode Mekanik

Metode mekanik terkait dengan pembuatan galian atau bangunan fisik dengan tujuan mengurangi erosi pada kebun kita. Cukup banyak contoh metode ini yang dapat digunakan sesuai dengan kemampuan biaya dan kemampuan kita menguasai teknik ini.

Beberapa teknik yang bisa dipraktikkan di lahan tanpa mengeluarkan biaya tinggi di antaranya pembuatan rorak dan terasering. Juga bisa menghambat laju air hujan dengan susunan kayu dan membuat drainase di kebun.

Membuat Rorak di Kebun

Konservasi lahan dan air tidak selamanya harus dilakukan dengan menggunakan teknologi canggih dan berbiaya tinggi. Jangankan mengeluarkan biaya untuk itu. Membeli bibit, pupuk, pestisida dan sarana pertanian lain saja sudah berat. 

Namun bukan berarti petani tak berupaya untuk menjaga kelestarian lahannya. Di kebun, kita cukup membuat rorak yaitu menggali tanah di antara tanaman kita. Rorak sering juga disebut sebagai saluran buntu. 

Contoh rorak, saluran buntu di kebun untuk menampung air hujan (Dokumentasi pribadi)
Contoh rorak, saluran buntu di kebun untuk menampung air hujan (Dokumentasi pribadi)

Kita cukup membuat galian dengan panjang sekira satu hingga dua meter dan lebar setengah meter dengan kedalaman setengah hingga satu meter. 

Di dalam lubang jebakan air ini, kita dapat memberi berbagai sarasah atau bahan-bahan organik. Bahan-bahan organik ini dapat melapuk dan berkontribusi untuk memperbaiki lahan pertanian kita.

Ketika hujan, air akan mengalir masuk ke dalam rorak buatan kita. Air akan tertampung di dalam. Perlahan-lahan meresap dan menghilang apabila beberapa saat tak hujan. 

Air hujan tidak serta merta mengalir di permukaan tanah. Erosi menjadi berkurang. Di sisi lain, cara yang nampak sederhana ini juga berkonstribusi terhadap upaya melestarikan air dalam tanah.

Mari membuat rorak di kebun kita. Selain memperbaiki struktur tanah, kita pun telah berperan dalam kegiatan konservasi air. Lahan lestari, air pun lestari. 

Teras sawah Jatiluwih, Tabanan, Bali (dk foto: Pixabay.com)
Teras sawah Jatiluwih, Tabanan, Bali (dk foto: Pixabay.com)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun