Mohon tunggu...
Gramedia Official
Gramedia Official Mohon Tunggu... Lainnya - Tempat kamu mencari buku 📚

📖 Halaman untuk pecinta buku. Dari trivia, review, hingga rekomendasi buku dari #SahabatTanpaBatas-mu. 🤗

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Kebaya sebagai Rumah Adat Betawi yang Kaya akan Filosofi!

10 Desember 2022   13:30 Diperbarui: 10 Desember 2022   13:33 2157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Rumah kebaya adalah rumah adat Betawi yang berasal dari Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pada zaman dahulu, hampir seluruh masyarakat suku Betawi mempunyai rumah dengan bentuk rumah kebaya. Jika dilihat dari samping, atap bangunan ini akan berbentuk seperti pelana yang terlihat seperti sebuah lipatan kebaya.

Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, rumah kebaya yang merupakan rumah adat Betawi ini jarang ditemui karena tergerusnya arus urbanisasi di Jakarta yang tidak terbendung lagi. 

Dengan begitu, kebudayaan suku asli juga semakin tergerus zaman. Maka, berikut ini filosofi yang terdapat pada rumah kebaya.

Keunikan Rumah Kebaya sebagai Rumah Adat Betawi

Rumah adat Betawi ini memang cukup mirip dengan rumah Joglo yang merupakan rumah adat dari suku Jawa. Apabila dilihat secara sekilas, rumah kebaya dengan rumah Joglo memang mirip, tetapi sebetulnya terdapat perbedaan yang besar. Khususnya pada bagian atap rumah. 

Atap rumah pada rumah Joglo tidak menyerupai pelana seperti lipatan, tetapi seperti perahu yang terbalik.

Terdapat karakteristik yang sangat unik pada rumah adat Betawi ini, yaitu sangat khas adalah terasnya yang sangat luas. teras ini biasanya digunakan sebagai tempat untuk bersantai keluarga serta berfungsi untuk tempat menjamu tamu yang datang ke rumah.

Inilah yang menjadi keunikan dari rumah kebaya. Ruang keluarga yang biasanya berada pada bagian dalam rumah, berbeda dengan rumah kebaya. Di mana rumang keluarga justru berada di bagian luar rumah.

Pada bagian teras ini biasanya terdapat perabot khas berupa kursi bale-bale yang biasanya terbuat dari rotan, bambu,ataupun kayu jati. Lantai teras disebut dengan gejogan memberikan sebuah penghormatan besar kepada tamu yang datang.

Gejogan ini begitu sakral karena sangat berhubungan dengan tangga masuk yang disebut dengan balaksuji. Balaksuji sendiri menjadi sebuah penghubung antara rumah dengan area luar rumah.

Pada rumah adat Betawi juga terdapat sumur di bagian depan rumah. Tidak hanya itu, di bagian samping rumah juga biasanya terdapat pemakaman yang merupakan suatu tradisi kuno pada masyarakat Betawi.

Makam ini memiliki tujuan, yaitu untuk mengingatkan kepada keluarga yang masih hidup akan adanya kematian. Pada saat membuka jendela kamar, yang akan dilihat untuk pertama kalinya adalah menempuh perjalanan jarak jauh. Tetapi, tradisi ini juga sekarang sudah banyak ditinggalkan karena tergerusnya zaman.

Filosofi Serta Makna Di Balik Rumah Adat Betawi

Sumber: google.com
Sumber: google.com

Rumah kebaya sebagai rumah adat Betawi memiliki beberapa bagian pada rumah. Setiap bagian rumah ini ternyata terdapat filosofinya tersendiri.

Seperti halnya rumah-rumah pada umumnya, rumah ini juga dikelilingi dengan pagar kayu atau langkan. Langkan sendiri mengandung filosofi di dalamnya, yaitu mereka terbuka kepada semua orang, tetapi tetap memiliki batasannya.

Mereka dapat membedakan mana yang baik dan juga yang buruk, yang akan masuk ke dalam rumah mereka itu. Sedangkan pada lantai rumah adat Betawi disebut dengan gejongan. Gejongan ini menyimbolkan suatu penghormatan kepada para tau yang datang ke rumah untuk berkunjung.

Gejogan adalah sesuatu yang sangat keramat, karena dihubungkan juga dengan balaksuji. Balaksuji sendiri berasal dari kata "balak" yang memiliki arti bencana, dan kata "suji" yang memiliki arti penyejuk. Sehingga, balaksuji diartikan sebagai penyejuk dan mampu menghalangi masuknya segala bencana yang bisa masuk ke dalam rumah.

Teras yang luas pada rumah adat Betawi melambangkan sebuah keterbukaan, kekeluargaan, keramahan, hingga keharmonisan pada suatu hubungan dengan sesama masyarakat. Warga Betawi tidak pernah membeda-bedakan siapa pun tamu mereka yang berkunjung ke rumah, tidak peduli berasal dari suku apapun dan keyakinan mereka. Mereka akan tetap menyambut tamu mereka dengan sangat ramah.

Sedangkan, sumur yang biasanya terdapat di depan rumah mereka, memiliki tujuan untuk meminta kepada siapapun yang akan masuk ke dalam rumah mereka, diharapkan untuk membasuh kaki mereka terlebih dahulu. Pembangunan balaksuji ini sudah banyak ditinggalkan. Kini, balaksuji hanya ada di beberapa masjid di wilayah perkampungan saja.

Nah, itulah filosofi yang terdapat di dalam rumah adat Betawi atau rumah kebaya. Apakah kamu jadi penasaran dan ingin melihat secara langsung rumah adat Betawi ini?

Penulis: Nurul Ismi Humairoh

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun