Mohon tunggu...
GSC
GSC Mohon Tunggu... Administrasi - Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa Kabar Inflasi Tahun Ini?

14 Januari 2023   12:02 Diperbarui: 16 Januari 2023   20:35 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Seperti yang sudah kita ketahui bersama, presiden kita Bapak Joko Widodo telah mencabut aturan PPKM pada 30 Desember 2022 tepat satu hari sebelum memasuki tahun baru 2023. Akhirnya, setelah kurang lebih tiga tahun kita berkutat pada aturan PPKM yang beberapa diantaranya adalah penggunaan masker dan aturan bersosialisasi.

Dengan ditiadakannya aturan PPKM, beberapa ekonom menilai langkah ini akan memiliki efek baik pada masyarakat di tengah gempuran isu resesi yang diprediksi akan terjadi di tahun 2023. Karena dengan tidak adanya aturan PPKM, masyarakat menjadi lebih terpacu untuk mencari peluang usaha yang semakin bisa menggerakkan perekonomian Indonesia khususnya di skala makro.

Pada 2022 lalu tingkat inflasi di Indonesia meningkat hingga sekitar 5%, dan berdasarkan data memang menjadi yang tertinggi sejak 2014 lalu. Sekedar informasi, pada tahun 2014 kita juga mengalami kenaikan inflasi yang sangat signifikan yaitu hingga 8%. Inflasi bisa terjadi karena beberapa alasan: Tingginya permintaan terhadap barang dan jasa, meningkatnya biaya produksi dalam waktu tertentu atau terus menerus, bertambahnya jumlah uang yang beredar, pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol, situasi geopolitik suatu negara yang memburuk, dan utang nasional.

Inflasi yang terjadi pada 2022 sudah jelas disebabkan karena adanya kondisi geopolitik atau perang Rusia Ukraina. Rusia adalah salah satu eksportir gas dan minyak bumi terbesar di dunia, jadi ketika ada perang yang terjadi di negara tersebut maka akan menyebabkan supply dan harga gas dan minyak terganggu. Dengan naiknya harga minyak dunia, harga BBM di Indonesia ikut meningkat, dan hal ini akan berefek terhadap hal lain seperti tarif logistik, biaya operasional, angkutan umum, dan diikuti kenaikan harga lainnya seperti yang kita alami pada tahun lalu.

Indonesia memang diprediksi menjadi negara yang akan cukup kuat menerjang resesi yang kemungkinan akan terjadi pada 2023 dibanding negara-negara lain khususnya di benua Eropa dan Amerika yang bahkan telah lebih dulu mengalami krisis akibat tingginya inflasi.

Memang sejak awal 2022 lalu kita sudah dihantui oleh adanya perang yang dilancarkan oleh Rusia terhadap Ukraina karena konflik tertentu yang efeknya luas hingga mempengaruhi berbagai aspek di negara-negara yang berhubungan langsung dengan kedua negara tersebut. Contohnya negara-negara Eropa dan Amerika yang memiliki hubungan dagang eksport dan import gandum, minyak dan gas bumi, dll dengan Rusia jadi mengalami kendala dan keterlambatan. Dampaknya adalah beberapa negara mengalami kelangkaan stok minyak goreng dan bahan makanan yang berasal dari gandum seperti oat, tepung-tepungan, dan mie. Dampak itu juga berpegaruh ke Indonesia beberapa bulan lalu. Masih ingat, kan, ketika minyak goreng langka dan jikapun ada maka harganya naik hampir 100%? Selain karena adanya permainan politik dari pejabat yang berwenang, kelangkaan dan naiknya harga itu juga diakibatkan karena inflasi yang ikut naik akibat ketidakseimbangan proses ini.

Beberapa ekonom memperkirakan, laju inflasi dunia yang mencapai sekitar 8,8% pada 2022 akan menurun di 2023 dan diharapkan mencapai paling tidak hingga sekitar 6%. Dengan adanya peniadaan aturan PPKM oleh presiden kita, maka ekonom Indonesia optimis bahwa ini akan semakin menggerakkan perekonomian mulai dari tingkat makro atau UMKM hingga skala massif.

Karena isu resesi masih berupa prediksi, tidak ada salahnya kita menyiapkan kantong-kantong dana darurat dan membuka beberapa pintu pemasukan yang bisa menambah puing-puing cuan hingga memenuhi dana darurat.

Hanya ada tiga cara utama untuk melakukannya: pertama, coret kebutuhan yang kurang prioritas. Masing-masing orang memiliki prioritas kebutuhan yang berbeda dari satu dan lainnya, jadi silahkan anda pilih sendiri mana yang merupakan kebutuhan prioritas dan mana yang tidak urgent dilakukan. Anda bisa kembali memenuhi kebutuhan untuk hal-hal yang kurang prioritas setelah dana darurat terkumpul dan kondisi perekonomian terlihat kembali membaik.

Kedua, sisihkan pemasukan. Sisihkan sebagian dari pemasukan anda untuk disimpan di dana darurat. Anda bisa menggunakan dana yang tidak anda gunakan utuk kebutuhan non-prioritas ke kantong dana darurat. Pastikan anda menyisihkan dana setelah memenuhi kebutuhan pokok seperti kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pendidikan jika anda sudah memiliki anak, karena bagaimanapun pendidikan adalah bekal non-tunai yang bisa kita berikan kepada generasi penerus kita agar memiliki taraf hidup yang hidup baik ke depannya.

Ketiga, tambahkan pintu pemasukan. Jika dirasa menyisihkan dana darurat hanya dari pemasukan utama terlalu berat, maka tidak ada salahnya anda membuka peluang lain untuk menambah pundi-pundi uang dalam kantong anda. Anda bisa mencoba membuka bisnis kecil-kecilan seperti berjualan di market place seperti toopedia, shopee, lazada, blibli dan semacamya, atau bisa juga mulai menggunakan skill yang ada misalnya seperti memasak atau menjahit dan memasarkannya di media sosial, atau anda bisa juga mencoba berinvestasi di forex, saham, di broker yang terpercaya atau anda bisa mencoba trading cara baru seperti yang ada di tradepay. Namun sebelum anda merambah ke dunia bisnis seperti yang sudah disebutkan di atas, pastikan anda menggunakan dana dingin atau dana tidak terpakai, dimana kebutuhan sehari-hari anda sudah aman dan terpeuhi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun