Mohon tunggu...
GSC
GSC Mohon Tunggu... Administrasi - Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Seseorang yang senang menambah pengetahuan dan menyebarkannya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Dampak Virus Corona terhadap Perekonomian Dunia

4 April 2020   13:36 Diperbarui: 4 April 2020   13:37 2252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Merebaknya virus Corona yang menyebar ke hampir seluruh dunia tidak hanya mempengaruhi kondisi kesehatan masayarakat, namun juga mempengaruhi seluruh lapisan sistem di dunia termasuk perekonomian. Data yang diambil dari statistic worldmeter menunjukkan sudah ada lebih dari 951.906 kasus posiitif Corona dari hamper seluruh negara, dengan angka kematian mencapai lebih dari 48.320, dan tingkat kepulihan mencapai lebih dari 202.886 per 2 April 2020.

Dengan banyaknya korban berjatuhan karena disebabkan oleh virus ini, menyebabkan banyak sistem di masyrakat menjadi lumpuh. Berbagai negara menerapkan karantina wilayah dan larangan berpergian selama beberapa waktu termasuk Indonesia, Amerika, Italia, dan banyak lagi negara terjangkit yang memberlakukan kebijakan ini.

Sejumlah kantor besar, pabrik, perusahaan ritel, dan berbagai usaha kecil menengah terpaksa menghentikan sementara operasional mereka. Memang sebagian ada yang masih beroperasi namun sebagian besar menerapkan peraturan "work from home" yang berarti karyawan tetap mengerjakan pekerjaan mereka dari rumah, namun tentunya tidak semua pekerjaan sefleksibel itu, ada banyak jenis pekerjaan yang terpaksa harus berhenti total karena pekerjaan mereka adalah di lapangan dan tidak bisa dikerjakan dari rumah. Hal ini tentu besar pengaruhnya terhadap supply chain atau rantai pasokan berbagai perusahaan besar multinasional, mulai dari produsen mobil hingga ponsel.

Pada Februari lalu Bank Sentral China dikabarkan telah memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah dan mengeluarkan beberapa stimulus demi mengurangi dampak dari wabah virus Corona. Pemerintah China juga diberitakan akan memangkas pajak tertarget untuk perusahaan yang terkena dampak dari mewabahnya virus Corona, namun meski begitu perlambatan pertumbuhan ekonomi tak terhindarkan.

Laporan Reuters pada Februari lalu menunjukkan bahwa Moody's merevisi turunnya forecast pertumbuhan GDP di China pada 2020 menjadi 5.2% saja, padahal untuk dapat melimpatgandakan GDP tahun ini China perlu meraih setidaknya 5.7% pertumbuhan.

Karena besarnya pengaruh China terhadap perekonomian global, maka beberapa sector ini juga akan ikut mendapatkan dampaknya:

1. Supply chain untuk produksi otomotif dan elektronika, khususnya terhadap negara Jepang dan Eropa.

2. Pasar komoditi khususnya untuk minyak mentah dan bijih besi.

3. Penerbangan global khususnya dari negara-negara yang paling terkena dampak virus Corona

4. Investasi bisnis, khususnya untuk negera-negara berkembang di Asia Tenggara seperti Indonesia. Selama belum ada berita spesifik tentang keseriusan pemerintah dalam menanggulangi wabah ini maka investor kemungkinan juga bakal terus menurun dan menunda penanaman modal. Padahal untuk negara bekermbang seperti Indonesia, investor asing adalah kontribusi yang bisa dibilang cukup vital dalam pertumbuhan ekonomi.

5. Pariwisata, khususnya negar-negara di Asia yang meraup keuntungan besar dari turis asal mancanegara yang saat ini terkena dampak lebih parah, dan hal tersebut akan menyebabkan perlambatan ekonomi yang signifikan.

Luasnya proyeksi dampak domino karena adanya wabah virus Corona menyebabkan sentiment risk off melejit di pasar keuangan global. Bursa saham penuh angka merah, angka pasar komoditi menurun, dan berbagai mata uang mengalami pergolakan. Citibank bahkan memangkas estimasi harga minyak mentah Brent dari $69 menjadi $54per barrel untuk kuartal I/2020. Dan Citibank juga memperkirakan jika harga minyak mentah dunia bisa jatuh hingga $47 per barrel. Hal ini dikarenakan China adalah importir minyak mentah terbesar di dunia.

Di tengah situasi seperti ini, pelaku pasar cenderung lebih tertarik untuk berinvestasi pada aset-aset berkualitas tinggi atau aset-aset safe haven, seperti gold atau obligasi pemerintah Amerika. Mata uang franc swiss juga dikenakan sebagai salah satu safe haven tradisional namun posisinya saat ini berada di titik yang sangat riskan untuk spekulasi pasar.

Sementara itu, aset-aset seperrti saham, mata uang beberapa negara berkembang khususnya di Asia, Autralian dollar, dan Canadian Dollar adalah termasuk yang beresiko tinggi dan memiliki likuiditas yang terbatas, sehingga sebaiknya dihindari.

Setidaknya menurut survey dari Financial Times, ada 5 negara yang paling rentan terkena dampak perlambatan Ekonomi China, yaitu: Hongkong, Jepang, Korea Selatan, Thailand dan Malaysia. Sedangkan untuk mata uang mayor, Amerika diprediksi akan mengalami dampak paling rendah karena skala domestic Amerika lebih dominan dibandingkan dengan pengaruh eksternal lainnya.

Dengan keadaan perekonomian yang sedang terombang ambing, dan dengan banyaknya masyarakat yang melakukan karantina dan pembatasan fisik dalam lingkup sosial, maka jadinya lebih banyak waktu yang dihabiskan di rumah oleh masyarakat. Bahkan karena adanya beberapa kelompok masyarakat yang kehilangan pekerjaan karena adanya wabah virus ini, menjadikan mereka harus memutar otak bagaimana untuk tetap mendapatkan penghasilan walaupun sebagian besar waktu hanya dihabiskan di rumah.

Beberapa usaha yang banyak dilakukan adalah dengan bekerja online dan mulai mempertimbangkan pentingnya investasi. Melakukan bisnis online di market place saat ini juga merupakan peluang yang bagus, karena banyak masyarakat tidak bisa keluar rumah untuk mendapatkan barang kebutuhan mereka sehingga keberadaan para penjual di market place akan sangat membantu.

Membuka bisnis makanan beku atau frozen food juga berpeluang bagus karena makanan beku bisa disimpan dalam freezer untuk waktu yang lama sehingga masyarakat bisa membeli makanan beku untuk stok makanan selama masa karantina.

Atau jika anda bisa menjual makanan segar dengan pemasaran online, itu juga akan sangat berguna, karena banyak orang yang melakukan karantina sehingga tidak bisa pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan sehingga untuk sehari-harinya kadang mereka bingung akan makan atau masak apa.

Namun, jika anda ingin melakukan investasi, pastikan bahwa dana investasi adalah dana dingin atau dana yang tidak dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari karena mengingat pasar ekonomi sedang tidak stabil saat ini sehingga jika nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, anda bisa ambil tindakan cepat dan tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Anda bisa mempelajari terlebih dahulu seluk beluk investasi, pengaruh pereknomian dunia terhadap investasi, analisa-analisanya, dan segala macam yang berhubungan dengan investasi. Pastikan anda melakukan investasi di aset-aset yang kuat dan berkualitas tinggi seperti emas atau obligasi pemerintah Amerika, sehingga posisi investasi anda akan tetap mendapatkan keuntungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun