SEMARANG - Buah-buahan merupakan hasil pertanian yang umumnya dipanen ketika menunjukkan tanda-tanda kematangan. Beberapa contoh buah  seperti pisang, tomat, alpukat, cempedak, manggis, dan pepaya yang akan dipasarkan jarak jauh umumnya dipanen pada tingkat kematangan 75-80%, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan tingkat kematangan 85-90%.Â
Ketika buah-buahan mengalami pematangan, sejumlah perubahan fisik, kimia, dan organoleptik terjadi. Proses ini sering kali dapat diperlambat atau dihambat oleh kondisi lingkungan dan faktor penyimpanan.
Permintaan konsumen akan buah yang tinggi dan cepat mendorong produsen dan distributor untuk menghasilkan buah yang matang dengan lebih cepat setelah dipanen dari pohon. Untuk memenuhi permintaan tersebut maka produsen perlu melakukan percepatan pematangan buah secara kimiawi.Â
Pematangan buah dengan metode alami dapat menghasilkan tingkat kematangan yang tidak seragam, sehingga akan sulit untuk menyediakan buah pisang dengan tingkat kematangan yang sama dalam jumlah yang besar dan waktu yang singkat, kemudian proses pematangan buah pisang dapat dipacu dengan menggunakan etilen, baik etilen secara alami yang terdapat di dalam buah maupun pemberian etilen dari luar. Selain pemberian etilen, percepatan pematangan buah juga dapat dilakukan dengan memodifikasi kondisi penyimpanan dan kemasan buah.
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai beberapa metode percepatan pematangan buah untuk mengetahui cara kerja dan pengaruhnya terhadap buah-buahan pasca panen. Artikel ini akan menyoroti keunggulan dan tantangan yang terkait dengan setiap metode percepatan pematangan buah, membantu pembaca untuk memahami faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam implementasi. Dengan artikel ini diharapkan dapat memberikan informasi praktis untuk petani dan pelaku industri serta menambah wawasan dan kesadaran publik terkait inovasi di bidang pertanian terutama pengolahan pasca panen.
Proses pematangan buah dapat dipercepat dengan beberapa cara yang dapat disesuaikan dengan jenis buah, biaya, dan ketersediaan bahan. Salah satu cara yang paling umum digunakan adalah dengan menggunakan etilen. Terdapat dua jenis etilen yang dapat ditemukan di pasaran, yaitu etilen gas (karbit) dan etilen cair (ethrel).Â
Etilen merupakan hormon pematangan yang produksinya akan mengalami peningkatan dengan cepat hingga buah mengalami pembusukan. Buah-buahan klimaterik sebenarnya telah memiliki hormon etilen yang mempercepat pematangannya tetapi penambahan etilen dari luar dapat mempercepat proses pematangan dan menghasilkan buah-buahan dengan Tingkat kematangan yang seragam.
Kalsium karbida atau karbit berbentuk batu dan serbuk. Untuk mempercepat pematangan buah, karbit dapat dimasukkan dalam karung bersamaan dengan buah yang akan dimatangkan. Ketersediaan karbit yang mudah diperoleh dan ekonomis menjadi alasan banyak petani yang menggunakannya sebagai zat pematangan buah. Pada buah seperti pisang biasanya memerlukan waktu selama 7-8 hari hingga buah berubah menjadi kekuningan, dengan penambahan karbit hal tersebut dapat dipersingkat menjadi 3-4 hari saja. Pada buah cempedak, karbit dapat mempercepat pematangan buah hingga 3 hari lebih cepat. Banyaknya karbit yang digunakan dapat disesuaikan dengan kecepatan pematangan yang diperlukan.
Umumnya dosis yang digunakan untuk buah pisang adalah 1 g karbit untuk 1 kg buah. Untuk buah cempedak, pemeraman dengan dosis karbit 4 g/kg dinilai paling efektif. Sebaiknya dosis yang digunakan tidak terlalu tinggi karena dosis yang berlebihan dapat menyebabkan kebusukan pada buah. Selain itu dosis yang terlalu tinggi juga dapat menimbulkan rasa yang kurang sedap serta gangguan kesehatan.
Etilen cair atau ethrel adalah etilen yang diencerkan dengan air. Ethrel atau ethepon merupakan larutan yang menghasilkan etilen dengan dosis paling rendah 500-1000 ppm atau 5 ml/l air pada buah pisang kapok. Penggunaan zat ini belum terlalu banyak digunakan dibandingkan karbit. Zat ini tidak menimbulkan bau dan tidak menyebabkan kotor pada kulit buah. Beberapa jenis buah yang dipercepat proses pematangannya sering kali memiliki rasa yang relatif kurang manis, kulit buah tetap hijau sehingga tidak menarik, dan daging buah lunak sehingga menjadi cepat busuk. Penggunaan ethrel kemungkinan dapat mempertahankan kualitas buah dibandingkan penggunaan karbit karena ethrel menghasilkan gas etilen secara perlahan.
Pematangan buah dengan menggunakan bahan-bahan kimia mungkin dihindari oleh beberapa orang karena menghindari konsumsi zat-zat berbahaya. Selain itu penggunaan karbit dan ethrel juga sebaiknya dilakukan oleh profesional atau orang-orang berpengalaman seperti petani dan pelaku pertanian. Terdapat alternatif lain untuk mempercepat pematangan buah dengan lebih aman, salah satunya dengan menggunakan senyawa capsaicin. Senyawa capsaicin terdapat dalam cabai, paprika, merica, juga lada putih. senyawa capsaicin dapat memberikan efek aktif terhadap enzim pematangan yang ada di dalam buah alpukat sehingga dapat membantu mempercepat pematangan buah.
Senyawa capsaicin dapat menimbulkan efek panas dan peningkatan suhu sehingga dapat memicu peningkatan respirasi dan etilen pada buah. Untuk mempercepat pematangan buah alpukat, mula-mula batang pada buah alpukat perlu dicabut. Selanjutnya biji cabai, paprika, atau merica dapat diletakkan pada ujung bekas tangkai buah dan direkatkan dengan selotip. Umumnya buah alpukat memerlukan waktu hingga 7 hari setelah panen untuk matang, tetapi dengan menggunakan senyawa capsaicin dari biji cabai, paprika, atau merica, buah alpukat dapat matang dalam waktu 3-4 hari. Reaksinya bahkan lebih cepat dibandingkan penggunaan senyawa karbit.
Alternatif metode lainnya yaitu menggunakan daun gamal untuk mempercepat pematangan buah. Penggunaan daun tanaman pada pemasakan buah lebih aman dan bebas dari bahan kimia. Daun gamal memiliki banyak kandungan gas etilen yang berguna dalam mempercepat pemasakan buah. Pengaplikasiannya dapat dilakukan dengan cara pemeraman maupun penyemprotan. Pemeraman dengan menggunakan daun gamal efektif dilakukan pada buah pisang ambon. Daun gamal yang digunakan adalah sebesar 30% dari bobot buah pisang yang diperam. Daun gamal digunakan sebagai alas dan penutup buah pisang yang disimpan dalam kardus tertutup. Untuk pengaplikasian dengan penyemprotan digunakan larutan daun gamal dengan konsentrasi 50% untuk 1 kg buah pisang kapok. Pengaplikasian daun gamal pada buah pisang menghasilkan buah yang kuning, dengan rasa yang manis dan tekstur yang lunak.
Pematangan pada buah juga dapat dipercepat dengan menggunakan kemasan yang sesuai. Metode ini lebih mudah dan praktis untuk dilakukan serta dapat dilakukan pada skala produsen maupun konsumen. Kemasan yang umum digunakan untuk menyimpan buah adalah plastik, peti, kardus, dan karung goni. Penyimpanan buah dengan plastik dapat menghambat pematangan buah dan mencegah susut bobot pada buah karena plastik memiliki sifat permeabilitas yang menghambat proses transpirasi dan respirasi.Â
Penyimpanan dengan kemasan karung goni lebih efektif untuk mempercepat pematangan buah dibandingkan kemasan lainnya karena karung goni memungkinkan sirkulasi udara yang lebih baik dibandingkan kemasan lainnya. Pada buah pisang yang disimpan dengan karung goni, waktu pematangan dapat dipercepat menjadi 2 hari penyimpanan serta mempertahankan mutu kandungan vitamin C.
Berbagai metode percepatan pematangan buah perlu dilakukan pada kondisi lingkungan yang sesuai untuk meningkatkan efektivitasnya. Secara umum, penyimpanan buah-buahan pada suhu ruang atau suhu yang lebih tinggi mampu mempercepat pematangan buah dibandingkan penyimpanan pada suhu rendah. Hal ini disebabkan suhu tinggi mampu memicu terjadinya proses respirasi dan transpirasi serta meningkatkan hormon etilen pada buah. Selain itu, buah-buahan juga perlu disimpan pada ruangan yang terang atau terkena sinar matahari. Hal ini dikarenakan cahaya dapat meningkatkan suhu lingkungan di sekitar buah, yang pada akhirnya dapat mempercepat proses pemasakan.
Kesimpulan
Terdapat berbagai cara yang dapat menjadi pilihan untuk mempercepat proses pematangan buah. Penggunaan karbit merupakan metode paling umum dan dapat diterapkan pada semua jenis buah klimaterik. Namun, karbit dapat meninggalkan rasa yang kurang sedap dan berbahaya bagi kesehatan. Dibandingkan penggunaan karbit, penggunaan ethrel lebih mampu mempertahankan kualitas buah karena ethrel menghasilkan gas etilen secara perlahan. Percepatan pematangan buah dengan bahan-bahan alami dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa capsaicin dan daun gamal.Â
Capsaicin dapat menciptakan efek panas yang mampu meningkatkan laju respirasi buah. Daun gamal dapat diaplikasikan dengan cara pemeraman maupun penyemprotan. Metode ini tergolong ekonomis dan dapat dilakukan di rumah. Penyimpanan buah dengan karung goni juga dapat mempercepat pematangan buah karena karung goni memungkinkan sirkulasi udara yang baik bagi buah. Untuk mendukung keefektifan berbagai metode ini, buah-buahan perlu disimpan pada suhu ruang dengan paparan cahaya yang cukup.
Saran
Untuk mempercepat pematangan buah sebaiknya memilih metode yang sesuai dengan buah yang ingin dipercepat pematangannya. Penggunaan bahan-bahan kimia untuk mempercepat pematangan buah harus memperhatikan dosis yang sesuai karena dosis yang terlalu tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI