Mohon tunggu...
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw)
Grace Sihotang SH MH (HSPLaw) Mohon Tunggu... Penulis - Advokat Dan Pengajar/ Tutor pada prodi Hukum Universitas Terbuka

Mengajar mata kuliah Hukum Pidana Ekonomi. Lawyer/ Advokat spesialisasi Hukum Asuransi Dan Tindak Pidana Asuransi. Menulis untuk Keadilan, Bersuara untuk Menentang Ketidakadilan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memintal Benang Pendidikan, Menjahit Kebudayaan

20 Maret 2019   22:30 Diperbarui: 3 April 2019   08:32 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernah anak saya bercerita tentang seorang teman SMA nya yang memprotes guru ketika mendapatkan nilai 98 karena dia takut dimarahi ibunya jika tidak mendapat nilai 100. Ketika protesnya tidak berhasil dan guru sedang ke toilet, nilainya pada buku daftar nilai diubah oleh anak tersebut. Sungguh suatu perbuatan yang tidak terpuji yang merupakan akar dari kriminalitas karena menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan.

Mindset orang tua jaman sekarang, jika ditanyakan tentang harapan dan keinginannya terhadap anaknya, juga cenderung menginginkan anaknya menjadi “anak pintar”. Jarang sekali yang berharap anaknya menjadi “anak baik” atau “orang benar”. Ekspektasi orangtua dan masyarakat akan “anak pintar” dibanding “anak yang baik” atau “orang benar” inilah yang mengakibatkan nilai-nilai yang tertanam pada generasi muda adalah “yang penting pintar” walaupun pintarnya itu “pintar menyontek”, “pintar menipu” dan pintar-pintar yang berkonotasi negatif lainnya. Hal inilah yang melahirkan Adi-Adi baru seperti kasus online fraud diatas.

Mungkin jarang orangtua dan pendidik di Indonesia yang menyadari dewasa ini justru orang baik, orang benar, berintegritas dan berbudi luhur justru “sangat langka” jika dibandingkan dengan orang pintar.Lantas melihat berbagai hal diatas layakkah kita bangsa Indonesia seperti di banyak media massa selalu menyalahkan pengaruh budaya asing sebagai kambing hitam kemerosotan akhlak bangsa? Sebaiknya masyarakat Indonesia harus memiliki cermin besar agar dapat berkaaca pada dirinya sendiri, bahwa masalah sebenarnya terletak pada belum optimalnya pendidikan generasi muda di Indonesia, baik di tingkat keluarga, di tingkat sekolah maupun masyarakat.Marilah kita bersama-sama memintal benang-benang pendidikan dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia agar kita dapat menjahit kebudayaan Indonesia yang adiluhung dan sempurna di masa mendatang.Semoga…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun