Mohon tunggu...
Graceanne Sheridan
Graceanne Sheridan Mohon Tunggu... Mahasiswa - TIM II KKN UNDIP 2020/2021

A long life learner

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa Ajak Warga "Melek Covid-19, Tresna Marang Awake Dhewe, Kulawarga, lan Tangga"

30 Juli 2021   14:00 Diperbarui: 30 Juli 2021   14:26 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gabahan (24/7). Pesatnya perkembangan teknologi digital telah memberikan kemudahan bagi kita dalam mengakses berbagai macam informasi, siapapun kini dapat mencari berita terbaru di mana dan kapan saja. Ironisnya, tidak semua informasi yang beredar di masyarakat berimbas baik bagi pembacanya, seperti hoaks dan disinformasi yang merebak melalui jejaring media sosial dan dapat menyesatkan serta berakibat fatal. Permasalahan ini semakin nyata di tengah pandemi COVID-19 yang berlangsung saat ini karena mampu mempengaruhi serta membentuk, baik pemahaman, sikap, maupun perilaku masyarakat dalam menanggapi krisis pandemi.

Memahami urgensi dan relevansi masyarakat melek covid yang ada, Tim II KKN Undip 2020/2021 tergerak untuk mengulas informasi seputar COVID-19 dari sumber data yang terpercaya dan menggelar mini-webinar bertajuk "Melek COVID-19, TRESNA marang Awake Dhewe, Kulawarga, lan Tangga". Mini-webinar yang diselenggarakan via Zoom pada Sabtu (24/7/2021) dan dihadiri puluhan peserta tersebut, merupakan hasil kolaborasi mahasiswa KKN Undip Graceanne Sheridan dari Fakultas Kedokteran, bersama dosen pembimbing lapangan Bapak Farid Agushybana, S.KM., DEA., Ph.D, Magister Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Diponegoro yang dihadirkan sebagai narasumber utama.

Pada sesi pertama, Graceanne Sheridan memaparkan bahwa virus SARS-CoV2 atau yang lebih dikenal dengan virus corona merupakan penyebab dari COVID-19 yang menular ke manusia dan menyerang sistem pernapasan pada semua kelompok usia, menimbulkan gejala yang bervariasi, atau bahkan tidak sama sekali. Ia menambahkan, meski gejala COVID-19 ini biasanya ringan dan muncul dalam 2-14 hari secara bertahap sebagai tanda imun tubuh sedang bereaksi melawan infeksi virus, lansia dan orang-orang dengan masalah medis seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan kencing manis adalah populasi paling berisiko yang rentan mengalami penyakit serius. "Adapun gejala awalnya dapat menyerupai flu biasa, seperti demam, pilek, batuk kering, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; yang kemudian dapat hilang dan sembuh spontan tanpa perawatan khusus atau malah memberat, menjadi demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, ataupun nyeri dada yang membutuhkan segera pertolongan medis," kata Graceanne, Sabtu (24/7/2021).

Ia mengajak masyarakat, khususnya warga Kelurahan Gabahan RT 08/ RW 02 dan partisipan yang hadir, untuk turut serta menghentikan penyebaran virus corona dan menyukseskan program pemerintah dalam menangani krisis pandemi melalui jargon yang diusung "Melek COVID-19, TRESNA marang Awake Dhewe, Kulawarga, lan Tangga". Jargon tersebut mengandung makna bahwa dengan peka terhadap kondisi sekitar di era pandemi, memahami serba-serbi COVID-19 dan menyikapinya dengan bijak, masyarakat tidak sekadar mencintai dan peduli terhadap diri sendiri, tetapi juga terhadap keluarga dan tetangga masing-masing.

tangkapan layar
tangkapan layar

"TRESNA" sendiri merupakan singkatan dari tetap tenang dan ikuti, regulasi protokol kesehatan, etika batuk dan bersin, suntik vaksin, nutrisi seimbang, dan asih asah asuh. Melalui singkatan ini, masyarakat dihimbau agar lebih selektif dan bijak dalam menyeleksi sumber informasi, waspada terhadap penyebaran varian baru virus corona dan memperketat perlindungan diri saat di luar rumah, terutama titik lengah yang dapat menjadi sumber penularan, tertib menerapkan "5M" (membiasakan diri mengenakan masker dobel: masker medis di bagian dalam dan masker kain di bagian luar, cuci tangan pakai sabun selama 40-60 detik sesuai 6 langkah anjuran WHO, menjaga jarak, membatasi mobilitas, dan mejauhi kerumunan), serta melakukan upaya-upaya perlindungan diri dan kelompok lainnya seperti vaksinasi, disinfeksi berkala, dan menjaga asupan nutrisi seimbang. Lebih lanjut, masyarakat diminta untuk memanfaatkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) darurat yang saat ini tengah berlangsung sebagai momen untuk mendekatkan diri dengan keluarga sekaligus tetangga sekitar, yakni dengan memberikan perhatian dan kasih sayang yang cukup dan menghindari kekerasan dalam rumah tangga dan pendidikan anak, serta bergotong royong menyukseskan program "jaga tangga" di lingkungan RT/RW masing-masing.

Sementara itu, Bapak Farid Agushybana, Magister Kesehatan Masyarakat FKM Universitas Diponegoro, menceritakan kronologis perkembangan epidemiologi COVID-19 hingga sampai di Indonesia. "Kasus pertama COVID-19 ditemukan di Wuhan pada akhir Desember 2019, yang kemudian dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan ditemukannya 2 kasus positif pada 2 Maret 2020. Kemungkinan penyebaran ini dibawa oleh orang yang melakukan perjalanan dan meski belum bergejala, tanpa disadari, dapat menularkan ke orang lain. Virus SARS-CoV2 ini menular melalui percikan droplet ketika seseorang berbicara/ batuk/ bersin dan aerosol, serta memiliki karakteristik dapat bertahan cukup lama (beberapa jam hingga beberapa hari pada permukaan benda-benda) sehingga salah satu langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan masker dan menghindari kerumunan agar tidak menghirup percikan yang telah terkontaminasi virus," ujar Beliau.  

tangkapan layar
tangkapan layar

Tidak ingin masyarakat panik dan termakan hoaks, Bapak Farid Agushybana juga mengulas beberapa hoaks meresahkan seputar COVID-19 yang banyak berkembang di masyarakat, di antaranya adalah bawang putih yang dapat mencegah penularan COVID-19, konsumsi alkohol yang dapat mematikan virus corona penyebab COVID-19, sudah tersedianya obat untuk COVID-19, COVID-19 yang menular via paket dari China, dan COVID-19 sangat mematikan sehingga masyarakat perlu panik. Faktanya, Indonesia sudah memiliki fasilitas untuk memeriksa SARS-CoV2. "Pandemi COVID-19 mungkin mematikan, tetapi berita hoaks yang tersebar di WA atau media sosial lainnya mungkin lebih kejam dari virusnya sendiri. Bila kita sampai terpapar pun, kita tidak boleh panik karena panik justru dapat menyebabkan stres dan penurunan imunitas tubuh, apalagi tingkat kesembuhan penduduk Kota Semarang saat ini dapat mencapai 94% karena 30-40% penduduk sudah divaksinasi dan selama 1,5 tahun ini dan banyak orang telah belajar bagaimana menangani pandemi virus corona ini. Oleh karena itu, yang perlu kita lakukan sekarang adalah tetap waspada dan disiplin mengikuti anjuran, menjalankan protokol kesehatan 5M di mana pun dan kapan pun, serta bila mengakses informasi, pastikan sumbernya dapat dipercaya kebenarannya, misalnya situs resmi Kemenkes, atau siagacorona.semarangkota.go.id untuk Kota Semarang," kata Beliau.

tangkapan layar
tangkapan layar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun