Saya ingin fokus pada skenario rekayasa. Semudah itu, skenario rekayasa menembus pembaca melalui pemberitaan?
Saya teringat perdebatan alot antara Rocky Gerung dengan Rhenald Kasali. Â Saya tidak perlu menjelaskan siapa dua tokoh yang sudah dikenal luas ini.
Perdebatan Rocky - Rhenald terjadi di acara ILC Tv One dengan tema "Tepatkah Hoax Dibasmi UU Antiterorisme"? Selasa 26 Maret 2019.
Soalnya adalah cikal bakal hoaks. Rhenald menyoroti hoaks secara etimologi.
Sejujurnya, saya tertarik dengan ulasan Rocky Gerung, Â yang menyingung nama Alan Sokal atau lengkapnya Alan David Sokal.
Atau, agar nantinya tidak ada yang salah yang  kaprah, melihat saya sebagai pengagum Rocky Gerung, dalam konteks 'skenario rekayasa' menurut saya lebih tepat diletakkan pada keranjang skandal Alan Sokal.
Di tahun 1996, Alan Sokal, seorang profesor fisika di New York University dan University College London, mengirim tulisan ke Social Text, sebuah jurnal akademik. Sokal menggunakan nama samaran.Â
Ini kemudian menjadi Skandal Alan Sokal disebut juga kebohongan Sokal.
Soalnya, tulisan yang dikirim Sokal ke Social Text ternyata, omong kosong, bohong. Sokal sendiri yang mengumumkannya.
Alan disebut punya motif ingin menguji ketelitian tim redaksi Social Text. Entah apapun motifnya, tulisan itu terbit sampai ke mata pembaca.
Skenario kronologi rekayasa kematian Brigadir J? Atau skenario kasus, informasi apapun dengan motif tertentu?