ULANG TAHUN TNI : DARI PEJUANG KEMERDEKAAN, Â MENUJU GARDA TERDEPAN PERTAHANAN GLOBAL
Dr. Goris Lewoleba, M.Si
Alumni LEMHANNAS RI, KSA X Tahun 2002
Hari ini Minggu,  tanggal 5 Oktober 2025, Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan usia ke-80 tahun. Jika disimak dalam perjalanan sepanjang sejarah hidupnya, maka di  hari ulang tahun  ini, telah terbentang sebuah usia yang tidak hanya menandai perjalanan panjang sebuah institusi pertahanan negara, tetapi juga merefleksikan transformasi peran TNI dari masa perjuangan kemerdekaan hingga era globalisasi dan digitalisasi.
Dalam delapan dekade perjalanannya, Tentara Nasional Indonesia telah memperlihatkan sosok militer dengan ekspresi wajah yang berjiwa, dengan kelembutan hati nurani yang turut merasakan penderitaan rakyat di seluruh pelosok Tanah Air.
Dikatakan demikian, karena pada prinsipnya TNI telah mengukir sebuah sejarah sebagai garda terdepan dalam menjaga kedaulatan, keamanan, dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila sebagai ideologi negara.
Menyimak  Akar Sejarah Perjuangan TNI
Sebagaimana diketahui bahwa, TNI lahir dari rahim revolusi Kemerdekaan Republik Indonesia. Pasalnya, pada Tanggal 5 Oktober 1945, Presiden Soekarno menetapkan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR), sebagi cikal bakal dari TNI.
Pada dasarnya, tentara ini awalnya dibentuk dari laskar-laskar rakyat dan pejuang kemerdekaan yang berjuang untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia dari ancaman penjajahan Belanda dan sekutu.
Dengan demikian maka sejak masa itu, TNI bukan hanya sekadar institusi militer, melainkan juga merupakan sebuah simbol perjuangan rakyat. Hal ini disebabkan karena, semua  nilai pengorbanan, keberanian, dan kecintaan kepada tanah air menjadi fondasi moral yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.
Oleh karena itu, sesungguhnya TNI merupakan nafas pertahanan bangsa, seperti sebatang pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang daunnya rimbun dan buahnya lebat, sehingga apa saja yang diperbuatnya akan berhasil. Hal ini disebabkan karena secara sosial dan kultural, Â akarnya menghujam kokoh ke bumi dan daunnya menaungi rakyat yang berlindung di bawahnya.
Meskipun demikian, dalam sepenggal sejarah perjalanan bangsa, terutama ketika pada masa Orde Baru, TNI telah digunakan secara represif sebagai alat kekuasaan dengan pertimbangan untuk menjaga stabilitas nasional.
Bahkan untuk kepentingan sosial politik, maka  TNI pernah berada dalam suatu sistem dan format politik kekuasaan yang dikenal dengan sebuah akronim dalam suatu terminologi yang amat populer saat itu dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI.
Sementara itu, pada sisi yang lain, keberadaan TNI di negeri ini ibarat perisai dan pedang Nusantara, yang  melindungi segenap tumpah darah Indonesia dari segala ancaman dan marabahaya,  sekaligus menjaga kehormatan bangsa di hadapan sorotan mata dunia.
Dengan demikian, maka dapat pula dikatakan bahwa, TNI itu laksana cahaya mercusuar di lautan luas, yang memberi arah, harapan, dan rasa aman bagi kapal besar bernama Negara Indonesia.
Sehingga dengan itu, maka TNI merupakan urat nadi perjuangan, yang detaknya akan  memastikan kehidupan berbangsa tetap tegak berdiri di tengah arus perubahan zaman seperti roda dunia yang berputar tiada henti.
Dan sebagai konsekuensi dari semua situasi itu, maka TNI senantiasa berada pada posisi sebagai ibu pertiwi yang hangat dan kuat merangkul segenap anak bangsa,  dengan ungkapan rasa kasih dalam nada  bahasa tanpa kata, tetapi siap berdiri tegas menghadang siapa pun yang mengganggu Indonesia dan Pancasila sebagai "rumah bersama" seluruh rakyat Indonesia.
TNI di Era Modernisasi dan Transformasi
Kemudian, pada hari ini, genap delapan puluh tahun usianya, TNI menghadapi tantangan yang jauh berbeda dari masa revolusi pada waktu yang silam. Â
Sementara itu, karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dunia telah memasuki era multipolar dengan dinamika geopolitik yang kompleks, dimana terjadi persaingan negara adidaya, ancaman terorisme, perang siber, hingga bencana alam dan krisis kemanusiaan terjadi secara sporadis di berbagai belahan dunia ini.
Menghadapi realitas situasi yang  demikian, maka  TNI terus melakukan modernisasi untuk menghadapi keniscayaan perubahan yang sedang terjadi dan tak mungkin dapat dibendung.
Oleh karena itu, pemerintah melalui program Minimum Essential Force (MEF) dan visi jangka panjang pertahanan nasional, berupaya untuk melengkapi TNI dengan alat utama sistem senjata (alutsista) yang lebih modern.
Hal ini dapat disaksikan mulai dari pesawat tempur generasi baru, kapal selam, hingga teknologi pertahanan berbasis digital dan siber yang relatif canggih untuk menghadapi kenyataan situasi dunia yang sedang berubah.
Kecuali itu, TNI juga semakin memperkuat peran non-militer, seperti operasi kemanusiaan, bantuan bencana alam, Â serta keterlibatan dalam misi perdamaian dunia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Misalnya kehadiran prajurit TNI di Lebanon, Kongo, Sudan, dan berbagai negara lain telah mengharumkan nama Indonesia di mata dunia internasional,  dan kerap kali menjadi media darling dalam liputan dan pemberitaan di Media Sosial maupun Media Mainstream, di kalangan domestik maupun  mancanegara.
Sinergi antara TNI dengan Rakyat
Pada  usianyau ke-80 tahun ini, TNI memang  tetap memegang teguh doktrin "Tentara Rakyat, Tentara Pejuang, Tentara Nasional, dan Tentara Profesional." Sinergi antara TNI dan rakyat menjadi kunci kekuatan yang membedakan Indonesia dari banyak negara lain di dunia ini.
Dikatakan demikian karena, keterlibatan TNI dalam mendukung pembangunan nasional---mulai dari membantu program ketahanan pangan, membangun infrastruktur di daerah terpencil, hingga mendukung pemerintah dalam penanganan pandemi dan bencana alam---menjadi bukti nyata bahwa TNI tidak pernah lepas dari denyut kehidupan rakyat.
Dengan demikian, maka untuk dapat mengahadapi perubahan global, Â maka diperlukan referensi bersama dalam memahami tantangan untuk berjalan menuju ke arah masa depan dalam rangka menyongsong dinamika situasi dunia yang sedang terjadi.
Hal ini menjadi penting karena, meski telah banyak capaian, tetapi tantangan yang sedang menanti TNI ke depan tidaklah ringan. Perlu dipahami bersama bahwa, era digitalisasi telah dan sedang membuka peluang, Â sekaligus ancaman baru.bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Perang siber, propaganda digital, hingga serangan berbasis teknologi canggih menjadi tantangan yang tak bisa dihindari di depan mata.
Oleh karena itu, TNI juga harus mampu menyeimbangkan profesionalisme dengan netralitas dalam kehidupan politik nasional. Kepercayaan publik terhadap TNI sebagai institusi yang disiplin, loyal, dan terpercaya harus terus dijaga agar tidak luntur oleh kepentingan  sesaat.
Lalu, Bagaimana TNI Â Menatap Masa Depan
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada peringatan Hari Ulang Tahun TNI ke-80 ini, bukanlah sekadar perayaan simbolik semata, Â melainkan menjadi semacam momentum untuk melakukan refleksi dan proyeksi.
Refleksi atas sejarah panjang pengabdian tanpa pamrih, sekaligus proyeksi untuk menatap masa depan pertahanan yang semakin kompleks dengan pola pendekatan yang lugas, otentik dan terukur terhadap setiap peristiwa kehidupan berbangsa dan bernegara di negeri ini.
Demikian juga, di tengah dinamika global, TNI dituntut tidak hanya kuat secara militer, tetapi juga adaptif terhadap perubahan zaman. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang bercorak  Smart Defense, pertahanan berbasis teknologi, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia "Prajurit TNI" menjadi pilar penting agar TNI mampu berdiri sejajar dengan kekuatan militer di berbagai belahan dunia lainnya.
Oleh karena itu, perlu disadari dalam penghayatan yang mendalam bahwa, delapan puluh tahun perjalanan TNI adalah bukti nyata keteguhan, keberanian, dan pengabdian yang tulus tanpa pamrih.
Dari pejuang kemerdekaan yang berjuang dengan bambu runcing hingga prajurit modern yang mengoperasikan alutsista canggih, TNI terus menunjukkan komitmen menjaga NKRI.
Di usia yang matang ini, TNI bukan hanya menjadi garda terdepan pertahanan bangsa, tetapi juga merupakan aktor penting dalam mewujudkan perdamaian dan stabilitas global.
 Dengan semangat "Bersama Rakyat, TNI Kuat", perayaan HUT ke-80 ini menjadi tonggak sejarah untuk menatap masa depan yang lebih kokoh secara profesional, dan berwibawa di mata dunia sampai sepanjang segala masa.
Merdeka !!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI