Mohon tunggu...
Gorga Aritonang
Gorga Aritonang Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka olaraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Spiritualitas Masyarakat Jawa

28 April 2024   17:02 Diperbarui: 28 April 2024   17:32 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SPIRITUALITAS MASYARKAT JAWA 

Secara historis jika dilihat dari perkembangannya, sebelum masuknya agama di tanah Jawa, masyarakat Jawa sudah terlebih dahulu diperkenalkan dengan kepercayaan Hindu-Budha. Akan tetapi, inti dari segala kepercayaan Jawa adalah magis-mistik. Pada abad ke-15 M, agama Islam masuk dan diterima oleh masyarakat Jawa. 

Banyak pengamat yang menilai bahwa, Islam yang dianut orang Jawa adalah hasil dari asimilasi antara kepercayaan asli, Hindu-Budha, dan Islam. Asimilasi tersebutlah yang melahirkan dan membesarkan agama kebatian, yaitu kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, hal tersebut juga dikenal masyarkat sebagai Kejawen (Mulyana 5-6, 2006). 

Cara beragama orang Jawa bersifat lentur, tidak fanatik. Masyarakat Jawa tidak berpijak pada satu agama tertentu saja, sehingga menjadi serba heterogen. Orang Jawa beranggapan bahwa ber'agama tidak semata-mata harus melakukan hal-hal yang bersifat dogmatis, bagi mereka menjalani kehidupan sehari-hari sudah menjadi bagian dari beragama. Pergumulan bagi orang Jawa dengan agamanya yang lentur mengakibatkan terjadinya sejumlah tata cara hidup yang semuanya dianggap bermuatan spiritualisme. 

Pada sisi lainya, masyarkat Jawa percaya kepada petungan (hari buruk/baik), dan keyakinan lainnya; yang berbau takhayul dibandingkan dengan hal-hal rasional. Hal-hal tersebut dapat terlihat dari berbagai aktivitas kultural lingkungan hidup seperti, upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian. Ubarampe adalah sesajian yang selalu hadir dan disediakan dalam aktivitas-aktivitas tersebut, yang juga menjadi simbol dari semangat spiritualisme; yang mempercayai bahwa adanya kekuatan lain yang lebih tinggi di atas kekuatan manusia (Mulyana 6-7, 2006).

Pergulatan spiritualisme Jawa hingga saat ini sulit untuk dijelaskan. Para peneliti juga hanya melakukan upaya "pemotretan" gejala yang mereka dengar dan lihat, lebih dari itu tetap menjadi sebuah misteri yang tidak ada ujungnya. Akan tetapi, tidak dapat dimungkiri bahwa terjadinya sebuah pergulatan panjang dalam spiritualisme Jawa. 

Ada tiga kelompok besar masyarakat Jawa dalam memandang agamanya, adapun ke-tiga kelompok tersebut adalah: 1) bergama secara murni, kelompok ini merupakan orang-orang Jawa yang memegang teguh agama yang diyakininya, namum akan terus menjaga agar apa yang diamalkannya tetap sesuai dengan ajaran agamanya; 2) beragama campuran, kelompok ini melaksanakan agamanya secara tercampur dengan keyakinan-keyakinan Jawa atau agama lain; dan 3) beragama Kejawen asli, kelompok ini adalah orang-orang Jawa yang benar-benar meyakini agama Jawa sendiri, dan ini adalah agama Jawa asli yang disebut sebagai agama kebatinan atau Kejawen (Mulyana 10-11, 2006).

ACUAN

Mulyana. Spiritualisme Jawa: Meraba Dimensi dan Pergulatan Religiusitas Orang 

Jawa. Kejawen, Vol 1. No 2 (Agustus 2006): 

https://www.google.co.id/books/edition/Kejawen/k5cn1iEadxgC?hl=id&gbpv=1&dq=kejawen&pg=PA11&printsec=frontcover

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun