Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Natal, Membebaskan Manusia dari Rasa Takut

25 Desember 2015   07:23 Diperbarui: 25 Desember 2015   08:32 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Perayaan Natal di Vatikan 25/12/15. Foto: ANSA"][/caption]Perayaan Natal tahun ini diwarnai dengan ancaman teroris. Bukan saja di Indonesia, di Barat pun ancaman ini menjadi bahan waspadaan. Tak heran jika di kota-kota di Indonesia, aparat keamanan tidak saja mengamankan umat yang merayakan Natal tetapi juga melacak kalau-kalau ada ancaman teroris. Di Barat, hampir sama. Umat selalu waspada dan was-was akan keamanan di malam Natal dan hari Natal 25 Desember. Ada yang bahkan karena kurang yakin dengan keamanan memilih untuk tinggal di rumah dan enggan ke gereja. 

Ancaman teroris atau ancaman dari ISIS semacam ini bukan hal baru—setidaknya untuk Eropa. Sejak peristiwa yang mengenaskan di Prancis pada awal dan menjelang akhir tahun ini, Eropa seperti bangkit dari tidur kenyamanannya. Kalau sebelumnya Eropa larut dalam keamanannya yang akurat, kini Eropa huru-hara karena ketidaknyamanan. Natal tahun ini—bahkan sejak Pembukaan Tahun Yubilium Kerahiman Ilahi di Roma 8 Desember lalu—menjadi hari dengan tingkat was-was yang tingggi bagi rakyat Eropa. Untunglah, Eropa khususnya Italia mampu mengamankan perayaan Pembukaan Tahun Yubilium itu. Tingkat keamanan Italia menjadi semacam bukti nyata dari kata-kata Paus Fransiskus dalam khotbahnya saat itu yakni mengajak umat untuk tidak takut. Pada Malam Natal tahun ini, Paus Fransiskus juga mengajak para hadirin untuk tidak takut. Tetapi, apakah penyelanggaraan Natal di seluruh dunia tahun ini akan sesukses seperti pada Pembukaan Tahun Yubilium itu? 

Pertanyaan ini menjadi bahan renungan. Atau juga menjadi harapan bersama. Paus tentu saja mengajak umat Kristiani untuk tidak takut karena yakin bahwa Yesus yang lahir akan membebaskan umat manusia. Pembebasan itu termasuk pembebasan dari ketakutan. Yesus yang datang—kata Paus dalam khotbah malam Natal tadi malam—menuntun kita pada arti hidup yang sebenarnya. Salah satu arti hidup itu adalah bebas dari rasa takut. Rasa takut kiranya hanya mengurung manusia pada pusaran hidupnya. Tak heran jika ia kaya, rasa takut akan menuntunnya untuk tambah kaya dan melupakan orang miskin. Bahkan kekayaan menhalanginya untuk mengenal dan melihat orang miskin. 

Yesus pada saat lahirnya menghadapi realita ini. Orang tuanya tidak menemukan tempat untuk bersalin. Penduduk Betlehem menutup pintu rumah mereka. Maria dan Yosef—orang tua Yesus—terpaksa memilih untuk tinggal di kandang ternak. Di situlah Yesus lahir. Dia baring di galangan ternak. Betapa dunia tak mampu mengenal-Nya. Dunia memang buta dan tak bisa melihat arti hidup yang sebenarnya. Tetapi, justru melalui peristiwa ini, Yesus datang membuka mata dunia. Seperti disinggung Paus tadi, Yesus datang membebaskan manusia dari kebutaan hatinya untuk melihat sesama. Di saat dunia sedang kaya, dia tidak mampu melihat keadaan yang sebenarnya. Dunia yang kaya menjerumuskan manusia untuk hidup egois dan foya-foya dalam kemewahan. Ini tentu saja bertentangan dengan keadaan Yesus yang lahir di kandang ternak. Kandang bukan lambang kehinaan tetapi lambang kesederhanaan. Yesus datang untuk menunjukkan pada manusia bahwa arti hidup tidak bisa ditemukan pada kekayaan tetapi pada kesederhanaan. 

Dunia tanpa kesederhanaan tidak akan ada artinya. Dunia tanpa kesederhanaan justru menjerumuskan manusia pada pertengkaran. Dan, saat ini dunia sedang menghadapi keadaan ini. Hari-hari ini dunia sedang dalam rasa takut karena perang, pertikaian, ancaman teroris, ketidaknyamanan, kelaparan, imigrasi dan sebagainya. Bahkan di beberapa negara umat Kristiani tidak bisa dan tidak boleh merayakan Natal. Betapa dunia kejam dengan penghuninya. Dunia semacam ini tentunya harus disingkirkan. Sebab, dunia pada dirinya sendiri tidaklah kejam. Dunia yang kejam hanyalah dunia yang diciptakan oleh sekelompok orang yang ingin menguasai sesamanya. Dunia perlu bersatu membuka tali kekuasaan yang kejam ini. 

Tahun ini secara kebetulan umat Kristiani dan Muslim merayakan peringatan kelahiran dua tokoh besar hampir bersamaan. Kelahiran Yesus bagi umat Kristiani dan kelahiran Muhhamad bagi umat Islam. Menarik untuk melihat peristiwa yang muncul bersamaan ini. Tahun ini kiranya menjadi tahun unik. Pemimpin Komite untuk Dialog Antar-agama di kota Roma, Italia Yahya Pallavicini menyebut tahun ini sebagai tahun keajaiban. Keajaiban ini harus dimanfaatkan dengan baik. Dia pun mengajak kaum muda Italia yang beragama Islam untuk memperbarui ikatan persatuan yang erat dengan kaum Kristiani. Yahya kiranya melihat keajaiban ini sebagai tanda kesatuan antara umat dari kedua agama besar ini. Memang Kristiani dan Muslim sejatinya adalah umat yang bersatu, dan bukan bertengkar. 


Kesatuan inilah yang terus diusahakan oleh pemeluk kedua agama ini. Saya yakin dalam hati pemeluk kedua agama ini ada keinginan untuk bersatu. Tidak ada yang ingin membunuh pemeluk lainnya. Hal ini memang benar-benar terjadi di Kenya beberapa hari yang lalu. Sekelompok pemuda bersenjata mengehentikan bus dan menurunkan semua penumpang. Mereka lalu menyuruh yang Muslim untuk naik kembali ke bus. Mereka yang Muslim meminta supaya yang bukan Muslim juga ikut naik supaya perjalanan mereka bisa dilanjutkan. Rupanya kelompok pemuda ini ingin membunuh yang bukan Muslim. Keajaiban pun terjadi. Yang Muslim protes. Kata mereka, jika kalian ingin membunuh teman-teman Kristiani, bunuh juga kami yang lainnya. 

Terharu dan ajaib. Ini pertanda bahwa bukan saja keajaiban yang ada di dunia ini tetapi keinginan untuk bersatu. 

SELAMAT NATAL UNTUK PARA PEMBACA YANG MERAYAKANNYA dan SELAMAT MEMPERINGATI KELAHIRAN NABI MUHHAMAD SAW UNTUK TEMAN-TEMAN MUSLIM. 

PRM, 25/12/2015

Gordi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun