Mohon tunggu...
Gordi SX
Gordi SX Mohon Tunggu... Freelancer - Pellegrinaggio

Alumnus STF Driyarkara Jakarta 2012. The Pilgrim, La vita è bella. Menulis untuk berbagi. Lainnya: http://www.kompasiana.com/15021987

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Kamis Putih dan Cinta Tak Bersyarat

14 April 2017   07:08 Diperbarui: 18 April 2019   20:28 3021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paus sebagai 'kepala' Gereja Katolik melanjutkan tradisi Basuh Kaki, FOTO: avvenire.it

Meski sedikit, para tahanan ini cukup unik. Dari ke-12 orang yang dibasuh kakinya, terdapat 1 orang Muslim yang akan menerima baptisan pada Juni mendatang. Durasi tahanan mereka juga bervariasi. Ada 2 yang ditahan seumur hidup. Betapa panjangnya masa tahanan ini. Ini berarti, dia akan berada di sini untuk selama-lamanya. Yang lainnya bervariasi dari hanya berkisar 2 tahun (sampai 2019) sampai yang lama sekali (2073). Yang terakhir ini juga kiranya amat lama. Dia tentu berharap untuk bebas pada suatu saat bahkan—bila mungkin—sebelum waktu yang ditentukan.

Harapan ini kiranya menjadi harapan semua tahanan. Tanpa harapan, hidup di penjara memang akan membosankan dan menjadi tak berarti. Hidup yang tidak diberi makna—kata Aristoteles, Filsuf Yunani—adalah hidup yang sia-sia. Maka, jika para tahanan ini tidak bisa melihat makna di balik hidup mereka, mereka akan jatuh dalam bahaya hidup tanpa makna.

Hidup itu sendiri—dari sudut pandang Teologi Katolik—adalah sesuatu yang bermakna. Manusia begitu berharganya sampai Tuhan memberinya kehidupan yang baik. Ini adalah landasan mengapa Teologi Katolik memandang kehidupan sebagai sesuatu yang berharga. Sang Pencipta bahkan bukan saja memberi kehidupan kepada manusia, tetapi Dia mencintai manusia.

Paus Fransiskus saat Basuh Kaki pada 2016 yang lalu, FOTO: famigliacristiana.it
Paus Fransiskus saat Basuh Kaki pada 2016 yang lalu, FOTO: famigliacristiana.it
Cinta ini digemakan kembali oleh Paus Fransiskus dalam khotbahnya pada Misa Kamis Putih di hadapan para tahanan. Menurut Paus Fransiskus, “Tuhan mencintai kita sampai akhir zaman, meski kita penuh dosa.” Cinta ini adalah cinta tak bersyarat. Cinta tak bersyarat berarti cinta yang tak terbatas. Itulah sebabnya cinta ini berlaku untuk semua manusia di setiap zaman. Karena begitu tak tak terbatasnya, cinta ini pun mampu mengalahkan dosa manusia. Di hadapan cinta Tuhan, dosa tidak ada artinya lagi.

Karena cinta ini juga, kita manusia mampu mencintai sesama. Hanya saja—seperti kata Paus Fransiskus—kita tidak bisa mencintai seperti Tuhan mencintai kita. Kita mencintai dengan batasan tertentu. Mencintai teman dan sahabat adalah batasan yang paling terlihat. Padahal, Yesus juga pernah menyuruh para muridnya untuk mencintai musuh. Ini amat sulit. Karena sulit, kita mestinya belajar dari Tuhan sendiri. Yesus sudah memberi contoh bagaimana mencintai sesama.

Acara pembasuhan kaki adalah contoh wujud cinta tak bersyarat. Basuh kaki mempunyai makna yang amat mendalam. Ini menjadi tanda dalamnya sebuah pelayanan. Menurut Paus Fransiskus, melayani adalah menanam benih cinta. Maka, melalui acara Pembasuhan Kaki, Yesus mengajak para murid untuk menanam benih cinta. Yesus sebagai ‘kepala’ mau turun dan membungkuk untuk membasuh kaki para murid, maka para murid juga mesti mau turun dan membungkuk untuk membasuh kaki sesamanya.

Paus sebagai ‘kepala’ Gereja Katolik juga sering mengingat hal ini. Bagi Paus Fransiskus, tidak ada kata yang pas untuk seorang pemimpin dalam Gereja Katolik selain kata ‘melayani’. Dalam perayaan tadi, Paus mengingatkan, “Paus sebagai ‘kepala’ mesti seperti Yesus yang adalah ‘kepala’ yakni membasuh kaki para murid.” Paus kiranya ingin mengajak semua pemimpin dalam Gereja Katolik dan umat Katolik semuanya untuk membasuh kaki.


Membasuh kaki dalam tradisinya—kata Paus Fransiskus—dibuat sebelum makan siang dan makan malam. Pada zaman Yesus—lanjut Paus Fransiskus—jalan yang ada penuh dengan debu. Setiap kali lewat, kaki para pengguna jalan pasti ditempel debu. Oleh karena itu, sebelum makan mesti dibersihkan terlebih dahulu. Namun, para pembersih debu pada saat itu adalah para hamba atau budak.

Paus sebagai 'kepala' Gereja Katolik melanjutkan tradisi Basuh Kaki, FOTO: avvenire.it
Paus sebagai 'kepala' Gereja Katolik melanjutkan tradisi Basuh Kaki, FOTO: avvenire.it
Pekerjaan para budak ini boleh dianggap kecil dan terkesan menjijikkan. Namun dalam kekecilan dan kekejian itu tersimpan cinta yang dalam. Para budak adalah guru cinta. Dari mereka, kita mesti belajar, bagaimana menanam benih cinta. Yesus rela seperti para budak—membasuh kaki para murid—hanya karena ingin belajar menanam benih cinta itu.

Seperti Yesus, orang Katolik juga diajak untuk belajar dari para budak, mesti berani menjadi orang kecil dan melampaui rasa jijik. Hanya dengan ini, kesombongan sebagai orang berkuasa, keangkuhan, kejahatan, anggap diri paling kuat, akan disingkirkan. Para budak bukanlah orang yang menganggap diri berkuasa.

Acara tradisi Basuh Kaki yang dibuat oleh Paus Fransiskus di Penjara Paliano ini rupanya bukan saja menyentuh hati para tahanan. Direktur penjara Nadia Cersosimo juga merasa tersentuh. Kepada jurnalis dari Radio Vatikan Davide Dionisi, Nadia mengatakan bahwa kedatangan Paus Fransiskus di penjara ini membawa hadiah istimewa bagi dia dan keluarganya.

“Paus memberi kita hadiah cinta dan pengharapan,” kata Nadia. Perasaan Nadia juga berdebar-debar. Dia merasa banyak sekali kesan yang muncul dalam hatinya, sampai-sampai ia juga tak bisa memastikan apakah dia mampu mengungkapkan semuanya. Hanya satu yang pasti bagi Nadia dari kedatangan Paus ini yakni Nilai Khusus yang dia dapatkan dari Paus Fransiskus. Nadia tida menjelaskan nilai ini seperti apa. Boleh jadi ini adalah bentuk nilai cinta yang tak bersyarat tadi.

Sekadar berbagi yang dilihat, ditonton, didengar, dirasakan, dialami, dibaca, dan direfleksikan.

PRM, 14/4/2017
Gordi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun