Pesta politik daerah-daerah di Indonesia sebentar lagi akan dimulai pada tahun 2018 ini. Berbagai media santer memberitakan  para calon pemimpin daerah,  salah satunya propinsi Jawa timur, propinsi Jawa tengah, dan Jawa barat.
Ketiga propinsi tersebut menjadi trending topik di  media-media dalam pemberitaan percalonan gubernur dan calon wakil gubernur. sampai salah satu acara stasiun televisi mata Najwa mengundang para kandidat calon gubernur dan wakil gubernur ketiga propinsi tersebut untuk diwawancarai terkiat pencalonan di ajang pesta politik lima tahun sekali.
Refleksi sedikit dalam pertarungan di pilkada DKI Jakarta, aroma politik agama dan uang sangat berasa seperti bau masakan yang sedang dimasak di sudut ruangan media.
Di Jawa timur  salah satu pertarungan Paslon menarik, dimana ada dua pasangan calon Gus Ipul dan Kofifah. akankah  Dalil  itu muncul kembali ditengah-tengah masyarakat yang digunakan untuk menjatuhkan pemimpin perempuan yang argumentasinya bahwa pemimpin itu harus dari seorang laki-laki.
Jawa Barat dengan tiga kandidat Paslon, salah satu calon kandidat diusung oleh partai PKS dan Gerindra, apakah mereka mengunakan dalil agama seperti yang pernah dilakukan dipilkada DKI Jakarta yang mengerahkan pasukan untuk turun ke jalan, dimana pasukan 212 masih ada sampai saat ini yang sakit hati karena usulannya ditolak mentah-mentah oleh Gerindra.
Propinsi Jawa timur masih banyak rakyat dibawah garis kemiskinan. Dikutip dari kompas dari tahun 2014-2015 naik ke 64.9 persen di perdesaan dan diperkotaan naik 3.93 persen. Apakah suara mereka akan dijual dengan pundi-pundi uang dan satu kilo beras serta mie instan kepada para kandidat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur.
Di Jawa tengah angka kemiskinan 13.01 ditahun 2017(dikutip dari kompas.com), apakah pasangan Paslon mengunakan dalil uang mereka untuk membeli suara hati mereka untuk kebaikan masa depan mereka.