Malam ini akan jadi malam yang panjang. -Pengakuanku yang pertama pada Prasetyo.
Kopinya pekat, setrumnya lunas terbayar, senyap malam dan hati yang tak jua penuh, -amunisi dua buah mata menuju pagi.Â
Merenung, memburu makna,Â
menyidik misteri, lalu mengabadikannya di papan ketik.
Sejenak bumi terlelap, nalar keluku terbakar api paling pengecut semedan perang,Â
hening terbisu ku nikmati hangat - hangat
Aku yang cinta hening, ternyata kadang juga merusaknya,
dengan teriakan dan tangisan kecewa,
marah, dan sekali kali tawa yang menyelinap di tengah pilu.
tawa yang adakala menggantikan air mata yang terlanjur kering di lumbungnya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!