Mohon tunggu...
Goenoeng Moelyo
Goenoeng Moelyo Mohon Tunggu... wiraswasta -

Bapak dua anak, suami seorang istri dan warga negara Indonesia yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mudik Mubarak

27 Juli 2014   19:18 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:02 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Selamat mudik bagi yang menunaikan, semoga selamat sampai tujuan dengan keceriaan dan ketulusan hati yang tiada tara bersama keluarga tercinta.

Juga selamat menunaikan pamer kesuksesan di kampung masing-masing, sambil tak lupa pamer mobil baru cash atau kreditan, motor baru cash atau kreditan, jam tangan KW super, KW 1 atau asli, smartphone baru canggih atau refurbish yang cash atau nyicil, lembaran duit kertas baru yang masih wangi,  suami atau istri baru, dan juga pamer semua-mua yang serba baru sebagai symbol keberhasilan di perantauan.

Tidak ada yang salah dengan itu semua, yang salah adalah yang tidak benar, karena kita adalah manusia. Adalah manusiawi manusia ingin menunjukkan kesuksesan pun keberhasilannya. Bila tak seperti itu, tentunya dia adalah salah satu insan manusia yang luar biasa ciptaan Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa.

Adalah manusiawi manusia ingin pamer kepada manusia lain bagaimana kerja kerasnya di perantauan selama ini menuai hasil yang luar biasa.

Adalah manusiawi manusia ingin menunjukkan kesuksesannya hasil kerja pontang-pantingnya ataupun hasil dari korupsinya. Ya, tidak ada yang tahu apakah pameran keberhasilan yang sering kali berupa show off yng berwujud material itu adalah hasil kerja benar, remang-remang ataupun tak benar.

Bisa jadi seorang pegawai rendahan di suatu instansi tanpa kerja sampingan lain dan notabene bukan anak dari orang tua yang kaya raya, pada saat pulang kampung mengendarai mobil mahal keluaran terbaru yang dibelinya sendiri. Tapi, mungkin kita tak boleh berprasangka buruk dahulu. Mungkin saja dia bersama keluarga tak pernah makan, kemudian gajinya ditabung semua dan dibelikan rumah gede atau mobil itu. Mungkin.

Jadi, adalah manusiawi bahkan merekapun ingin menunjukkan kesuksesannya pada saat mudik ke kampung halaman, kemudian melihat orang tua mereka terlihat bangga dengan keberhasilan anak mereka. Kemudian sanak saudara mereka terbelalak ikut bangga dan juga sebagian iri dengan keberhasilan mereka. Kemudian tetangga mereka di kampung juga ada yang terbelalak kagum atau iri dengan kesuksesan mereka, sambil berharap siapa tahu dapat sedikit cipratan kesuksesan itu.

Adalah manusiawi hal semacam itu. Bagaimanapun caranya, mudik selalu membawa harapan untuk bisa memperlihatkan kesuksesan di perantauan.

Namun, adalah manusiawi bila manusia ingin sejenak meninggalkan rutinitasnya sehari-hari, kemudian melakukan perjalanan yang tidak dekat dan tidak gampang karena banyak macet dan kendala untuk menuju kampung halamannya, di mana terdapat oase yang hilang selama setahun.

Adalah manusiawi, bila sebagian manusia masih percaya, bahwa mudik adalah tetirah, untuk menyembuhkan hati, batin dan jiwanya karena kehidupan yang semakin keras saat dia berusaha memenuhi kebutuhannya beserta keluarga. Untuk mangademkan otaknya, perasaannya yang semakin hari semakin berasap.

Adalah manusiawi, sebagian manusia masih memiliki keyakinan itu. Bahwa mudik, adalah tempat mereka memulai kembali proses yang nantinya akan dijalani kembali. Sebagai tempat mem-format ulang segala kesumpekan yang berjejal selama setahun di batinnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun