Mohon tunggu...
Ervan Yuhenda
Ervan Yuhenda Mohon Tunggu... Lainnya - Independen

Indonesia, Pembaca Buku, Penonton Film, Pendengar Musik, Pemain Games, Penikmat Kopi, Senang Tertawa, Suka Berimajinasi, Kadang Merenung, Mengolah Pikir, Kerap Hanyut Dalam Khayalan, Mengutamakan Logika, Kadang Emosi Juga, Mudah Menyesuaikan Diri Dengan Lingkungan, Kadang Bimbang, Kadang Ragu, Kadang Pikiran Sehat, Kadang Realistis, Kadang Ngawur, Kondisi Ekonomi Biasa-Biasa Saja, Senang Berkorban, Kadang Juga Sering Merepotkan, Sering Ngobrol Politik, Senang Dengan Gagasan-Gagasan, Mudah Bergaul Dengan Siapa Saja, Namun Juga Sering Curiga Dengan Siapa Saja, Ingin Selalu Bebas, Merdeka Dari Campur Tangan Orang Lain. Kontak : 08992611956

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Pergulatan Hati di Tepi Pantai

15 Mei 2024   20:11 Diperbarui: 15 Mei 2024   20:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Dokumentasi Pribadi)

Angin sepoi-sepoi laut berbisik lembut di telinga Kira saat dia berjalan di sepanjang tepi pantai yang dipenuhi pasir putih yang halus. Langit senja memancarkan warna-warni indah yang menyapu samudera yang tenang. Kira membiarkan kakinya merasakan sentuhan hangat pasir yang menyelinap di antara jari-jarinya, membuatnya merasa hidup dan terhubung dengan alam.

Dia tiba di tempat favoritnya, sebuah batu besar yang menonjol ke laut. Dia duduk di atas batu itu, membiarkan kakinya terendam oleh ombak yang datang dan pergi dengan lembut. Di tangannya, dia memegang selembar kertas yang sudah mulai kusut karena dia terus membolak-baliknya tanpa tujuan yang jelas.

Kira adalah seorang penulis muda yang sedang berjuang menemukan inspirasi untuk novel keduanya. Dia merasa terjebak dalam kebuntuan kreatif dan kekosongan emosional yang sulit dijelaskan. Meskipun dia berada di tempat yang paling dia cintai, dia merasa seperti ada sesuatu yang hilang dalam dirinya.

Kira menatap ke arah cakrawala yang terbentang luas di depannya. Dia merenung tentang kehidupan dan cinta, dua hal yang selalu menjadi tema utama dalam tulisannya. Namun, kali ini, dia merasa seperti dia tidak lagi mengerti kedua hal tersebut.

"Mengapa aku merasa seperti aku terputus dari segalanya?" gumamnya pelan, suaranya hampir hilang di dalam desiran angin.


Dia mengingat kembali saat-saat bahagia yang pernah dia miliki. Saat dia pertama kali jatuh cinta, saat dia menemukan kedamaian dalam kata-kata yang dia tulis, saat dia merasa hidup dengan sepenuh hati. Namun, semua itu tampak begitu jauh dan tidak nyata sekarang.

Kira menutup matanya, mencoba merasakan getaran kehidupan di sekitarnya. Dia mendengar suara ombak yang terus-menerus berbisik, mengajaknya untuk merenung dan mengalir bersama kehidupan. Dia merasa sedikit tenang, namun kekosongan di dalam hatinya tetap ada.

"Mungkin aku butuh perubahan," pikir Kira. Dia membuka matanya dan melihat langit yang mulai berubah warna menjadi gelap. Dia tahu bahwa dia harus segera pulang sebelum gelap benar-benar turun.

Kira bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kembali ke arah rumahnya. Di perjalanan pulang, dia merasa seperti ada yang mengawasinya. Dia berhenti sejenak dan melihat ke arah samudera yang gelap. Namun, tidak ada yang tampak kecuali gelapnya malam yang mulai turun.

Sesampainya di rumah, Kira melemparkan dirinya ke sofa dengan letih. Dia merasa lelah secara fisik dan emosional. Dia mengambil selembar kertas dan pensil, mencoba untuk menulis sesuatu, apa pun itu, hanya untuk menghilangkan rasa hampa di dalam dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun