Pada suatu siang saya menerima WA dari seorang teman, isinya link TikTok tentang Lembah Purba. Dia lalu menuliskan pesan, "Yuk ke sana," yang saya jawab dengan "Siapa takut".Â
Percakapan berlanjut sampai akhirnya diputuskan untuk pergi dua hari kemudian. Sebenarnya perjalanan ini sudah kami lakukan pertengahan 2024 lalu, tapi mood menulis baru muncul setelah satu tahun kemudian.
Sekitar jam 6 pagi saya sudah dijemput oleh teman saya. Kami pun segera meluncur ke arah Sukabumi (tepatnya Situgunung), melalui tol Jagorawi dilanjutkan dengan Tol Bocimi. Namun sayang, karena saat itu kami harus turun di Cigombong karena ada perbaikan jalan akibat longsor. Akhirnya kami harus melalui jalan biasa menuju Cisaat.Â
Tentu saja perjalanan menjadi lebih lama karena banyak angkot dan juga harus melewati banyak perempatan, pertigaan dan juga pasar. Setelah hampir tiga jam kami pun tiba di Situgunung. Sebenarnya tidak terlalu lama sih perjalanannya karena masih pagi dan jalanan masih dapat dibilang relatif sepi.
Setiba di Situgunung kami langsung menuju ke tempat penjualan tiket. Kami diminta untuk memilih tiket yang mana. Awalnya kami memilih tiket untuk perjalanan selama dua jam. Oh iya makan siang dan snack sudah termasuk di dalam tiket ini ya.Â
Kami kemudian menunggu jemputan untuk menuju jembatan gantung. Sambil menunggu kami dipersilakan mencicipi makanan dan minuman yang sudah disediakan. Tidak lama menunggu, jemputan kami tiba dan kami naik motor (ojek mungkin ya) menuju jembatan gantung yang katanya terpanjang se-Asia.Â
Hari itu pengunjung cukup banyak jadi kami harus mengantre sebelum menyeberangi jembatan gantung. Ketika tiba giliran kami segeralah kami berjalan menyeberangi jembatan tersebut sambil tentu saja berhenti di sana sini untuk mengambil foto.Â
Setelah menyeberangi jembatan kami menuju sebuah pondok dan di situ terdapat jejeran bangku, ada beberapa orang sedang duduk di situ sambil makan nasi ayam berserta lalapannya. Pemandu yang memandu kami mengatakan kami akan mendapat makan siang di situ.Â
Ketika sedang melihat-lihat ada apa di sekitar, kami menemukan peta lembah purba. Nah kami baru sadar kalau sebenarnya tempat itu yang ingin kami kunjungi. Setelah bertanya kepada pemandu kami apakah mungkin menukar tiket kami supaya bisa mengujungi Lembah Purba juga. Setelah menunggu agak lama akhirnya kami diperbolehkan mengubah tiket kami dengan tambahan biaya tentunya.
Ketika tanda 'OK' sudah diberikan, segera kami menuju Lembah Purba. Menurut pemandu kami, untuk menuju Lembah Purba kami harus meniti beberapa jembatan dengan berbagai ukuran dan nanti di destinasi terakhir akan ada air terjun. Dari air terjun kami akan kembali lagi ke pondok tadi dengan jalan memutar.Â
Tentu saja kami merasa tertantang. Sebelumnya kami harus menggunakan harness terlebih dahulu untuk keamanan dan ini adalah salah satu protokol yang harus dilakukan. Tidak jauh dari pondok tadi kami menemukan jembatan gantung pertama. Jembatan ini cukup panjang dan lebarnya sekitar 60 cm mungkin.Â
Nah ketika menapakkan kaki di jembatan dan mulai berjalan baru deh terasa goyangannya. Lumayan menakutkan karena goyangannya cukup kencang dan ketika kita melihat ke bawah, lumayan juga kalau jatuh karena dalam sekali.
Berhasil melewati jembatan pertama kami berjalan lagi menyusuri sungai. Nah di sini ada jembatan lagi, tapi tidak menakutkan karena tidak tinggi. Namun, pengunjung tetap diminta untuk mengaitkan carabiner pada tali jembatan demi keselamatan.Â
Dari situ kami masih harus berjalan lagi dan harus menyeberangi jembatan selanjutnya. Nah jembatan ini panjang dan lebarnya OMG hanya sekitar 30 cm atau lebih kecil mungkin. Begitu menapakinya jantung ini mulai berdegup kencang, tentu saja karena selain sempit goyangannya kencang sekali. Kita benar-benar harus berhati-hati dan memiliki keseimbangan yang prima agar bisa melewatinya. Selain itu kita tidak boleh panik dan harus tenang. Setelah melewati jembatan tersebut kami berjalan lagi menembus hutan.Â
Udaranya segar sekali karena bersih dan jauh dari polusi. Betah saya berlama-lama di sana. Tidak lama berjalan kami melihat ada Curug Kembar di kejauhan. Langkah kami percepat untuk segera dapat sampai ke curug itu. Sebelum sampai ke curug kami beristirahat sejenak untuk menikmati makanan kecil yang kami bawa sambil mengagumi pemandangan indah yang ada di hadapan kami.Â
Tidak lama setelah tenaga kami pulih, kami pun segera menuju air terjun. Di sini kami juga harus menapaki jembatan atau mungkin tepatnya jalan setapak yang basah karena cipratan air dari air terjun.Â
Tentu saja tidak lupa kami mengambil beberapa foto untuk mengabadikan pemandangan ini. Rambut dan baju kami sampai basah walaupun berada agak jauh dari air terjun. Setelah puas menikmati keindahan air terjun ini kami melanjutkan perjalan untuk kembali ke pondok tempat kami mulai perjalanan tadi.Â
Satu lagi jembatan harus kami lalui, tapi yang ini tidak begitu menakutkan karena cukup lebar tapi jalannya menanjak jadi cukup ngos-ngosan untuk sampai ke ujung jembatan. Setelah menyeberangi jembatan, perjalanan kami lanjutkan lagi menembus hutan.Â
Jembatan terakhir yang harus kami lalui adalah jembatan yang sama yang ada di dekat pondok. Saat itu saya minta izin kepada pemandu kami apakah boleh tidak mengenakan harness, ketika dia mengatakan boleh saya pun segera mulai menyeberangi jembatan tersebut.Â
Awalnya sih biasa saja walaupun kita harus awas dan berhati-hati, tetapi begitu semakin ke tengah goyangannya semakin kencang dan saya benar-benar harus berpegangan kuat-kuat pada tali jembatan. Baru rasa penyesalan mengapa tidak memakai 'harness' muncul. Tapi saya yakin bisa dan akhirnya dengan perlahan dan hati-hati sampai juga di ujung jembatan.Â
Pelajaran yang saya dapat, tetap ikuti protokol dan jangan sok berani karena pemakaian 'harness' itu tentu saja ada tujuannya! Kecelakaan terjadi karena hal-hal seperti ini dan saya telah melakukan sesuatu yang 'sembrono'.
Setiba di pondok kami langsung memesan makan siang (kami boleh memilih mau apa kalau tidak salah). Setelah makan dan beristirahat sejenak kami lalu melanjutkan perjalanan menuju jurug Sawer.Â
Di tengah perjalanan kami sempat mampir ke camping ground yang ada di dekat situ. Kami hanya penasaran saja sebenarnya. Dari sana kami teruskan perjalanan ke Curug Sawer.Â
Saya sudah beberapa kali ke Curug Sawer dan sekarang sudah sangat berbeda dan tidak asli lagi karena sudah dipasangi jembatan, tapi tetap menarik kok. Tapi kalau dibanding Curug Kembar tentu saja sangat jauh berbeda.Â
Tidak lama kami di sana, kami lalu menuju ke keranjang Sultan. Ini sebenarnya lebih cocok untuk anak-anak, tapi tidak ada salahnya mencoba juga. Nah dari sini untuk mencapai tempat parkir mobil kami harus melewati jembatan lagi. Lumayan panjang.Â
Ketika kami tiba di area parkir hari sudah cukup sore. Saya kemudian ke bagian ticketing dulu untuk melunasi biaya yang kurang tadi. Setelah semua lunas dan beristirahat sejenak, kami langsung kembali menuju Jakarta.
Perjalanan menuju Jakarta lama sekali karena kami sudah kesorean sekitar jam 4 sore saat meninggalkan Situgunung. Kami terjebak kemacetan karena banyak pertigaan dan tentu saja pengendara yang sangat tidak patuh lalu lintas. Kami baru tiba di Jakarta sekitar jam 10 malam. Lelah memang tapi saya merasa puas dengan perjalanan ini.
gmt/20/08/25
foto: sumber pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI