Jiufen adalah sebuah daerah di Taiwan yang menjadi tujuan wisata dan terkenal dengan Jiufen Old Street-nya. Setiap akhir pekan tempat ini selalu ramai dengan wisatawan. Daerah ini terletak di kawasan pegunungan yang menawarkan pemandangan laut yang indah, baik saat pagi maupun malam hari. Awalnya sebelum berangkat ke Taiwan, kami hanya akan tinggal di Juifen semalam saja lalu pergi ke Taroko untuk mengunjungi Taman Nasional Taroko. Namun, ternyata taman Nasional ini belum sepenuhnya dibuka sejak terjadi gempa bumi pada tahun 2024 yang mengakibatkan kerusakan parah di Taman Nasional tersebut. Akhirnya kami putuskan untuk menginap dua malam di Juifen dan dari situ kami akan cari-cari lagi tempat yang menarik untuk dikunjungi.
Hari kedua di Jiufen kami bangun dengan perasaan segar karena kami sudah cukup beristirahat di hotel setelah perjalanan menuju Jiufen yang melelahkan di hari sebelumnya (karena kami harus berjalan lebih dari satu kilometer dengan menjinjing kopor menapaki anak tangga yang seolah-olah tak berujung selama hampir satu jam). Selesai mandi kami pun bersiap-siap untuk sarapan yang sudah termasuk dalam harga hotel. Saat masuk ke ruang makan kami disambut dengan sangat ramah oleh pemilik hotel. Kami memilih duduk di balkon/teras yang menghadap laut. Pemandangan pagi yang indah. Kami disuguhi makanan yang sederhana tapi rasanya enak. Kombinasi yang sangat pas ... makanan yang lezat dengan pemandangan indah. Kami juga sempat bercakap-cakap dengan pemilik hotel. Ketika dia menanyakan tujuan kami hari itu, kami masih belum bisa menjawab karena belum kami tentukan hendak ke mana pagi itu. Selesai sarapan kami kembali ke kamar untuk mengambil barang-barang yang kami perlukan.Â
Setelah semua siap kami pun mulai berjalan menapaki tangga menuju Old Town Street untuk mencari bus menuju Ruifang. Perjalanan dari Jiufen ke Ruifang sekitar 15 menit dan selama perjalanan kami mulai menentukan tujuan. Ok ... let's go to Yehliu geopark lalu ke Shifen waterfall. Dua tempat ini saling berlawanan arah, tapi karena Yehliu letaknya lebih jauh, maka kami akan pergi ke Yehliu lebih dulu kemudian baru ke Shifen setelah kembali dari Yehliu. Untuk ke Yehliu kita bisa naik kereta atau bus. Awalnya kami akan naik kereta tapi mengingat kami harus berganti moda transportasi beberapa kali akhirnya kami putuskan untuk naik bus saja. Ketika tiba di Stasiun Ruifeng kami pun turun dan mulai mencari bus menuju Keelung ... dan kami baru sadar kalau bus yang tadi kami naiki ternyata menuju Keelung. Namun kami sudah terlanjur turun, jadi ya harus menunggu bus berikutnya. Tidak sampai 10 menit bus menuju Keelung tiba dan kami langsung naik bus tersebut. Sementara saya menikmati pemandangan yang kami lalui, teman saya sibuk dengan google map dan  menemukan tempat baru yang menarik untuk dikunjungi. Untungnya dia kembali fokus ke rencana awal kami.
Sesampai di Keelung kami harus turun dan berganti bus yang menuju Yehliu. Pemberhentian bus ini semacam terminal bus tapi tidak ada bus yang 'ngetem'. Pokoknya bus berangkat sesuai waktu yang ditentukan. Perjalanan dari Keelung bus station ke Yehliu Geopark memakan waktu sekitar 25 menit. Ketika bus sudah tiba di tempat pemberhentian bus terdekat dengan Yehliu, sopir mengatakan sesuatu dalam bahasa Mandarin, tetapi kami tidak mengerti apa yang dikatakannya jadi kami diam saja. Kami baru sadar ketika melihat bebatuan di laut ... waduh cepat-cepat kami berdiri dan memencet bel supaya bus berhenti di pemberhentian berikutnya. Rupanya ada tiga orang Filipina yang juga seperti kami. Tadinya kami mau berjalan kembali ke tempat pemberhentian bus sebelumnya, tapi ternyata cukup jauh dan hari itu sangat panas. Ketika saya melihat seseorang naik motor dan menuju ke arah gedung yang berada di belakang kami, saya segera menyetopnya dan bertanya kepadanya bagaimana kami bisa kembali ke Yehliu. Melalui translation app kami bisa berkomunikasi. Dia mengatakan sebaiknya kami naik bus karena panas dan cukup jauh jika berjalan ke pemberhentian bus di dekat Yehliu. Setelah mengucapkan terima kasih kami menyeberang jalan dan menunggu bus di tempat yang tadi ditunjukkan oleh perempuan tadi. Berdua dengan teman, kami berteduh di bawah pohon yang tidak jauh dari pemberhentian bus, sementara ketiga orang Filipina yang turun bersama kami menunggu di tempat pemberhentian bus yang puanas. Kami menunggu cukup lama tetapi bus yang harus kami naiki belum juga lewat. Ketika sedang menunggu, orang yang tadi membantu kami tiba-tiba mendekati kami dan dia menelepon seseorang yang bisa berbahasa Inggris. Dia menyarankan kami menunggu saja, nanti bus yang menuju sana pasti akan lewat. Ketika teman saya mengatakan apakah tidak lebih baik berjalan saja, dia malah tertawa dan mengatakan jangan ... panas sekali, jangan jalan, naik bus saja. Setelah mengucapkan terima kasih, orang tersebut mematikan hp nya lalu pergi. Jadi ... jangan takut jika tersesat karena masih ada banyak orang baik yang mau membantu kita. 😀
Tak lama kemudian bus yang harus kami naiki tiba ... kami langsung naik. Hanya satu pemberhentian kami langsung turun. Dari situ kami masih harus berjalan lagi di bawah terik matahari. Topi tak mempan menahan teriknya panas matahari, harus ditambah dengan payung. Ketika kami tiba di pintu masuk Yehliu, tempat itu sudah ramai dengan pengunjung. Kami harus mengantre untuk membeli tiket. Akhirnya tiket kami dapatkan. Kami masih harus berjalan menuju pantai, untungnya boardwalk menuju pantai cukup teduh, jadi bisa menyaring sinar matahari yang menyengat.Â
Ketika tiba di pantai kita bisa melihat bebatuan dengan bentuk beraneka ragam. Menarik sekali. Bebatuan ini merupakan batu sedimen yang terbentuk selama beribu-ribu tahun. Unik bentuknya. Banyak wisatawan yang berkunjung dan di situ ada beberapa batu yang terkenal dan menjadi spot foto favorit, seperti Queens Head. Banyak orang mengantre untuk mengambil foto di situ. Ketika mereka berfoto ... lama sekali karena mereka berpose dengan berbagai gaya. 😩 Awalnya kami ikut mengantre, tapi setelah dipikir-pikir dan kami perhatikan ada bebatuan yang lebih menarik, segera kami meninggalkan antrean dan mencari bebatuan lain yang lebih 'keren' dan tempatnya pun lebih sepi. Setelah puas berkeliling, kami memutuskan untuk kembali ke Keelung dan meneruskan petualangan kami.Â
Saat kami baru naik bus menuju Keelung, kami masih berpikir untuk menuju Shifen Waterfall, namun tak lama berada di bus teman saya mulai menawarkan tempat lain yang jaraknya lebih dekat dengan Keelung. Terus terang kami merasa lelah karena sepanjang pagi hingga siang berada di bawah terik matahari. Saya pun setuju dengan usulannya. Ketika tiba di Keelung Station kami langsung mencari nomor bus yang harus kami naiki. Awalnya kami mau langsung menuju Zhengbin Fishing Harbor yang hanya 16 menit naik bus dari bus station, tetapi rupanya perut sudah memanggil-manggil ... jadilah kami mencari makan seadanya untuk sekedar mengisi perut. Kami membeli makanan di Family Mart di stasiun kereta yang letaknya di seberang bus station. Kami makan di ruang terbuka di depan stasiun kereta di bawah pohon sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi. Walaupun kami berada di bawah pohon, kami masih tetap merasakan panas matahari yang memantul di lantai. Setelah makan saat kami hendak kembali ke bus station kami melihat ada toko Indonesia (kalau tidak salah itu nama tokonya). Kami penasaran dan segera menuju toko itu. Kami ingin melihat apa saja yang dijual di sana. Di situ dijual mie instan, biskuit yang banyak dijual di Indonesia, kerupuk, sambal dan banyak lagi. Ketika teman saya bertanya dalam bahasa Indonesia, pelayan yang orang Indonesia menjawab pertanyaannya dengan judes. Tidak ada ramah-ramahnya sama sekali. Wah ... segera saja ajak teman saya untuk keluar karena malas menghadapi orang 'sok' seperti itu. Kami lalu kembali berjalan menuju bus station, tetapi saat akan menuju tempat pemberhentian bus ke Zhengbin, teman saya mengusulkan kembali ke Ruifang dan mencari makan di sana. Mengingat hari sudah sore dan saya juga sudah merasa lemas karena kepanasan, saya pun menyetujui usulannya. Ketika itu kami mau naik bus dan sudah menyeberang jalan, tetapi ketika sudah sampai di seberang tiba-tiba teman saya mengajak saya naik kereta. Jadilah kami menyeberang kembali ke stasiun kereta dan pergi ke Ruifang.Â
Nampaknya kami terlalu muluk-muluk saat menentukan hendak ke mana saja. Rupanya fisik kami tidak tahan dengan panas yang menyengat seperti itu dan semangat yang menggebu-gebu di pagi hari pun mulai memudar. Jangankan mendaki Keelung Mountain ... mengunjungi Zhengbin yang dekat saja kami sudah tak sanggup. Namun saya yakin, jika udaranya lebih sejuk ... kami pasti sudah mengunjungi tempat-tempat tersebut.Â
Tiba di Ruifang kami segera mencari minuman dingin karena kami merasa masih haus dan air di botol minum yang kami bawa sudah habis . Kami membeli minuman di salah satu kedai teh di sana. Jujur saya tidak begitu suka teh kecuali teh yang encer sekali, jadi saya memesan passion fruit. Saya pikir itu murni passion fruit, ternyata ada campuran tehnya dan rasanya lebih dominan pahit dari rasa tehnya. Ah menyesal saya tidak membaca dengan hati-hati ... tapi ya sudah terlanjur dibeli dan saya harus konsekuen untuk menghabiskannya. Kami lalu menuju Ruifang food court yang terkenal di Ruifang. Di situ kami mencari makanan yang kira-kira menarik untuk kami. Ada yang menarik tapi penuh dan tidak ada kursi kosong. Akhirnya kami mencari di luar food court dan menemukan satu kedai makan yang juga ramai dan masih ada tempat duduk yang kosong. Kami memesan noodle soup karena melihat kebanyakan pengunjung memesan itu. Ketika pesanan datang kami segera melahapnya. Kombinasi antara lelah dan lapar membuat kami segera menghabiskan makanan itu. Selesai makan kami segera berjalan ke bus station. Saat berjalan menuju bus station tiba-tiba hujan turun. Kami harus berlari-lari menuju bus station. Pada bulan Juni  di Taiwan sering turun hujan ... kadang sepanjang hari, kadang hanya sekejap saja dan menurut informasi pada bulan tersebut di Taiwan memang sering terjadi typhoon. Beruntung tidak ada typhoon saat kami  sedang di sana, tapi memang angin yang berhembus cukup kencang ketika itu.
Ketika tiba di Old Town Street hujan sudah berhenti. Sebenarnya kami ingin mengunjungi A-Mei Tea house di Jiufen yang terkenal itu, tapi melihat tangga yang harus kami naiki saat nanti kembali ke hotel membuat kami enggan melakukannya. Menuruninya kami masih sanggup tapi menaikinya  ... kami angkat tangan. Sudah cukup banyak anak tangga yang harus kami lalui di hari sebelumnya. Kami hanya berjalan-jalan di sekitar hotel saja sambil menikmati pemandangan malam di Jiufen. Ketika kami sudah merasa sangat lelah, kami pun segera kembali ke hotel untuk membersihkan diri dan beristirahat. Perjalanan ke Yehliu cukup menguras tenaga kami karena panas matahari yang tidak manusiawi. Besok kami harus kembali ke Taipei dan akan menghabiskan dua malam di sana sebelum kembali ke Jakarta. Sampai jumpa di Taipei. 😊
gmt31072025
foto: milik pribadi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI