Pemiliknya adalah seorang lelaki tua berumur sekitar 60 tahunan, dia sangat ramah dan membantu membawakan koper kami. Rupanya kamar kami ada di bangunan lain dan ... kami harus naik tangga lagi. Aduh ...!!!Â
Untungnya hanya beberapa anak tangga saja dan tidak tinggi. Kami sempat bercerita tentang pengalaman kami kepada pemilik hotel dan dia mengatakan seharusnya kami berhenti di Old Town Street sehingga tidak perlu melalui tangga yang beratus-ratus itu.Â
Tetap harus naik tangga tapi tidak sebanyak itu. Ketika dia mengatakan hal itu saya baru ingat kalau sebelumnya dia pernah mengirim pesan dan memberi informasi di mana kami harus turun dan ke mana kami harus pergi.Â
Saya benar-benar lupa dengan pesan itu. Tapi ya untuk apa disesali, sudah terjadi kok ... tapi pengalaman itu justru menjadi kenangan dan cerita lucu bagi kami berdua.
Bangunan tempat kami menginap berlantai dua. Di atas ada dua kamar dan kamar kami terletak di lantai bawah dan cukup luas. Di lantai bawah terdapat dua kamar dan satu ruang makan dan juga pantry. Kami bisa membuat kopi atau teh di situ, galon air dan lemari es juga terletak di situ.Â
Setelah membayar biaya hotel (harus cash), kami diberi kunci dan diberitahu bagaimana cara mengunci dan membuka pintu. Dia kemudian meninggalkan kami untuk beristirahat. Sore itu baru kami yang tiba di rumah itu, jadi kami merasa seolah-olah sebagai pemilik rumah. Rasanya seperti rumah sendiri. Kami kemudian mengeluarkan ricebox yang tadi kami beli di Taipei dan memakannya.Â
Kami makan dengan lahap karena rasanya enak selain itu berjalan menaiki beratus-ratus anak tangga juga membuat kami menjadi sangat lapar.
Kami beristirahat sejenak untuk meluruskan kaki, setelah itu kami memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat jejeran pertokoan dan restoran yang ada di sepanjang jalan. Â Mereka menjajakan souvenir khas Taiwan terutama Juifen, makanan khas mereka, dan tentu saja teh Taiwan.Â
Kami sempat juga melihat matahari terbenam dari sana. Kami menyusuri jalan sempit dengan deretan toko dan restoran dan berhenti di sebuah restoran dan mencoba noodle soup yang kelihatannya enak karena ramai pengunjung, padahal belum lama kami makan donburi. Nampaknya energi kami memang benar-benar terkuras habis setelah berjalan menaiki ratusan anak tangga tadi, jadi harus di-charge lagi.Â
Rasa mie tersebut tidak spektakuler, tapi lumayan untuk mengganti energi yang hilang. Setelah makan kami teruskan perjalanan ke luar dari jejeran pertokoan tersebut dan ternyata kami tiba di Old Town.Â