Mohon tunggu...
Glmax_Soul
Glmax_Soul Mohon Tunggu... Insinyur - Peminat Riset Operasi

Suka Kho Ping Ho dan juga Kamu

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjelang Sore Para Emak

1 November 2015   13:04 Diperbarui: 3 November 2015   14:55 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam segini adalah jamnya para emak juara untuk mengelus cucian, apakah sudah kering atau masih lembab. Aksi mereka ini, seringnya diiringi pula dengan aksi mengendus bak seorang detektif, apakah sudah wangi, atau malah tiada aroma sama sekali. Akan sangat mencurigakan memang bila mendapati hasil akhir yang tidak diharapkan; soalnya pagi hari tadi, segalon pengharum sudah diguyurkan kedalam bilasan terakhir. Itu baru untuk wangi, satunya lagi adalah masalah bersih, sempurna tiada noda yang bersisa, atau malah sebaliknya.
.
Kurang manis tambah gula, kurang asin tambah garam.
.
Sepertinya untuk pernyataan diatas tampak cukup jelas, dimana kekurangan yang terjadi ini "dibaca" oleh lidah kita sebagai alat peraba. Saat menyeduh kopi atau memasak sayur asem, tak beda seperti Mas Juna bertattoo, komparasi sekaligus adjustment dapat dilakukan seketika itu juga. Tapi bagaimana dengan aktivitas basah lainnya, mencuci pakaian?
.
Apakah kita tahu berapa kebutuhan detergent dari 2 keranjang cucian kotor yang sudah antri dari kemarin sore? Berapa kebutuhan pengharumnya? dan yang terutama adalah berapa kebutuhan air untuk sekedar melakukan aktivitas berbasah ria ini. Satu liter? Satu galon? Atau satu torn air kapasitas 1000 liter pun terkadang masih juga minta untuk ditambah.
.
Boleh jadi, apa yang sudah ditulis diatas adalah gak penting, tapi akan menjadi sedikit penting bila dicoba untuk dikonversikan kedalam rupiah, terlebih lagi label konsumtif yang secara membabi buta sering disematkan pada kita yang sebenarnya senantiasa berusaha untuk berhemat.
.
Seandainya saja kita tahu, berapa sebetulnya yang dibutuhkan, mungkin kita dapat sedikit antusias saat menjalaninya.
.
Mari kita mencari tahu akan informasi berbasah ria ini, tapi kemana?
.
Dari yang saya temukan di tong sampah tetangga, pada kemasan detergen merk X dengan netto 50gram, terdapat aturan pakai seperti ini: "Larutkan 1/2 sachet kedalam kurang lebih 10 liter air" yang bila diartikan lebih jauh adalah detergent ini dirancang untuk bekerja pada konsentrasi larutan 2,5 gram per liter, pada setiap satu liter air akan terdapat 2,5 gram detergent.
.
Mari kita berpikir secara buruk sangka, jika kita memakai detergent lebih banyak, yang untung siapa? produsennya dong. Berarti konsentrasinya masih bisa kita acak-acak lagi seperti: 2,5gram per 2liter, atau lebih cair lagi, 2,5gram per 5 liter. Dari sini saja kita sudah berhemat 50%, dari yang tadinya 25 gram per 10 liter air terpangkas menjadi cuma 12,5gram detergent saja.
.
Tapi masalahnya, larutannya masih dapat bekerja secara efektif atau malah jadi turun drastis?
.
Disinilah dibutuhkan moral ala Mas Juna bertattoo, dimana kita harus mau melakukan percobaan kecil demi ukuran yang presisi sesuai dengan yang dibutuhkan.
.
Sebelum dilanjut mari kita melirik aktivitas basah lainnya. Mengapa saat kita mengepel lantai, air dalam ember akan menjadi semakin keruh? Yaaa itu karena kotoran dilantai yang terbasuh dan kemudian menempel di kain pel lalu berpindah kedalam ember. Tapi kok bisa? Yaa bisa lah, karena sebelum kita mengepel lantai, kainnya dibasahi dulu dalam ember. Celup beberapa kali, kemudian diperas, baru kemudian dipakai ngepel.
.
Point diatas terpatok pada aktivitas "rendam-peras", sebuah aksi mekanika/fisika yang memiliki pengaruh/indikasi pada tingkat kekeruhan air dalam ember. Dalam mencuci, aktivitas ini pun sering terjadi, malah lebih ekstrim lagi, disikat atau malah dipukul-pukul ke papan cuci. Apa tujuannya? Untuk melepaskan kotoran dari kain/benda yang kita cuci.
.
Kembali pada air dalam ember saat kita ngepel, kira-kira, berapa kemampuan air didalam ember untuk membawa debu dan kotoran yang semula ada diatas permukaan lantai? Kalau hanya kemampuan airnya saja, itu tak beda seperti saat kita membuat adonan air dan tepung hinggak berbentuk kenyal-kenyal empuk, atau contoh lainnya adalah lumpur pada fase cair atau sudah seperti adonan tepung. Selama air dalam ember masih dirasa tidak meninggalkan jejak kotor di lantai, tentunya air dalam ember terus akan digunakan.
.
Apakah bentuk perlakuan diatas dapat dilakukan pada saat kita mencuci pakaian? Air rendaman tidak akan diganti sampai tingkat kekeruhan tertentu. Bila Anda sudah menemukan formulasi baku pada titik ini, sepertinya efisiensi penggunaan air sudah dapat dilakukan.
.
Kenapa kondisi diatas harus dicari? Adalah karena fungsi detergent itu sendiri. Dimana dia akan "menjebak" kotoran pada kain sehingga kain terbebas dari kotoran. Dalam detergent terdapat zat yang bernama surfaktan, dimana dia akan menurunkan tegangan permukaan kain(+kotoran).
.
Tegangan permukaan ini, mudahnya adalah seperti mencabut kacangnya deh... dari permukaan air atau dari permukaan adonan tepung, dan tentunya yang lebih mudah adalah yang dari permukaan air. Dalam hal ini adonan tepung memiliki tegangan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air.
.
Setelah kotorannya tercabut, dia akan dipeluk oleh detergent(surfaktan), dan tidak kembali menempel pada kain, sehingga air detergennya akan semakin keruh. Idealnya adalah seperti begitu. Indikasinya hampir sama dengan peristiwa air dalam ember saat kita mengepel lantai, hanya saja kali ini proses yang berlangsung adalah secara kimiawi. Bayangkan jika mulai dikolaborasikan dengan proses fisikanya, seperti rendam-peras (dikucek) atau yang lebih ekstrim adalah dengan melibatkan sikat cuci. Bagaimana nasib semua kotoran yang menempel dipermukaan kain.
.
Ada satu kondisi lagi yang nampaknya dapat dilakukan, yaitu pada larutan detergentnya. Apakah terlarut sempurna atau tidak. Semakin terlarut sempurna, detergentnya hampir tidak ada yang mengendap didasar ember. Untuk mengusahkan kondisi ini, Anda dapat mengaduknya sampai benar-benar larut. Dengan cara yang lainnya adalah dengan menaikan suhu larutan, dimana detergent dilarutkan dulu pada segayung air hangat (bukan panas), baru kemudian dicampurkan dengan air sesuai dengan yang dibutuhkan. (*tidak harus menggunakan detergent cair).
.
Dan yang terakhir adalah mengenai pengharum.
Saya pikir, yang menjadi masalah disini adalah bukan pada larutan pengharum (yang lebih pas adalah pelembut + pengharum), lalu pada apa dong?
.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun