Mohon tunggu...
glen baptiste
glen baptiste Mohon Tunggu... -

A trickster.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rasionalitas Itu Kontekstual

3 Agustus 2018   21:05 Diperbarui: 3 Agustus 2018   21:30 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat terkadang individu bersikap egois karena mementingkan kepentingan diri sendiri daripada kepentingan orang lain. Adam Smith berpendapat bahwa egois memang sifat alami manusia. Dia berpendapat ketika Individu membantu individu lain nya itu disebabkan oleh adanya kebutuhan akan diri nya sendiri yang dapat terpenuhi dengan cara membantu orang lain. 

Tapi Auguste Comte dan Emile Durkheim tidak sependapat dengan Adam Smith. Mereka berpendapat bahwa manusia adalah binatang sosial yang artinya manusia akan berkerja sama dan berkorban karena itu merupakan sifat alamiah manusia dan bukan karena manusia itu egois atau itung-itungan. 

Manusia kadang berpikir bahwa mereka unik karena mereka sendirilah yang menentukan pilihan yang akan diambil, namun ketika mereka melebur kedalam suatu grup tertentu mereka bersedia untuk berkorban untuk grup tersebut. 

Menurut Emile Durkheim perilaku tersebut terjadi karena ada nya tekanan sosial yang memaksa seseorang berkorban untuk in-group  yang dia naungi. Namun Max Weber berpendapat bahwa nilai moral yang dimiliki oleh seseorang lebih memiliki dampak besar terhadap tindakan individu daripada tekanan sosial yang diterima oleh seseorang.

Manusia merupakan mahluk yang susah untuk membuat keputusan walaupun pilihan yang dihadapi relatif tidak rumit. Seperti contoh ketika kita melempar koin keatas dan menebak apakah kepala atau ekor yang akan tampak ketika jatuh terkadang kita selalu percaya bahwa kepala akan muncul berurut-urut selama beberapa kali atau sebaliknya, padahal kita tahu bahwa kemungkinan munculnya kepala dan ekor sama-sama memiliki kemungkinan sebesar 50%. Rasionalitas manusia dalam membuat keputusan pun sangat dipengaruhi oleh konstruksi sosial di lingkungan tempat dia tinggal dan tumbuh. 

Seperti contoh seseorang yang tinggal di kota tidak akan melakukan sistem barter karena konstruksi sosial di perkotaan memaksa seseorang untuk memakai uang yang telah disahkan oleh negara sebagai media untuk mendapatkan komoditi barang maupun komoditi jasa. 


Sedangkan seseorang yang tinggal di pedalaman atau di sistem politik perpuakan yang belum terpenetrasi oleh kapitalisme masih melakukan sistem barter sebagai sistem pertukaran mereka karena penduduk yang tinggal disana menginginkan atau membutuhkan sesuatu sesuai dengan kebutuhan komunal penduduk nya. 

Dari kedua contoh tersebut kita tidak dapat mengatakan bahwa penduduk kota lah yang rasional dan penduduk pedalaman tidak rasional atau sebaliknya, karena kedua penduduk tersebut bertindak berdasarkan hal yang sesuai dengan aturan yang berlaku pada masyarakat tempat dia tinggal. 

Rasionalitas ini bukan hanya dalam hal ekonomi saja tapi meliputi hal-hal lainnya yang ada dalam aspek kehidupan manusia seperti makanan, perkawinan, ritus peraliham, dll. 

Jadi ketika kemarin-kemarin ini banyak orang yang sibuk mengisi petisi untuk melarang ritual makan anjing di Cina bagi saya itu tidak masuk akal karena budaya di Cina yang mungkin sudah ratusan tahun melakukan ritual tersebut tentu memiliki rasionalitas mereka sendiri mengapa melakukan hal tersebut, lagipula pertarungan-pertarungan identitas seperti itu saat ini semakin memburamkan eksploitasi dan pertarungan antar kelas yang sedang terjadi antara kaum Kapitalis dan kaum Proletariat. Dan perlu diingat bahwa apa yang rasional belum tentu objektif, begitu pula sebaliknya. Tentang hal tersebut akan saya bahas pada kesempatan lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun