Mohon tunggu...
Gladys Velonia
Gladys Velonia Mohon Tunggu... Penulis - Copygirl

Pecinta makanan manis yang hobi jadi turis dan hidup dari menulis. Contact: gladys.velonia@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Itu Bernama Sumanto

25 November 2020   21:50 Diperbarui: 26 November 2020   02:55 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selayaknya anak SD, kami bertingkah makal. H dan aku memutuskan untuk melompati tali rafia dan keluar dari area perkemahan, menuju WC yang letaknya tak begitu jauh. Saat itu WC dalam keadaan kosong, gelap, dan sepertinya tidak dirawat dengan baik.

Seorang teman kami memanggil kami dari dalam area kemah, mengisyaratkan bahwa sudah saatnya kami kembali. Kami pun beranjak pergi dan ZRESSS! Tiba-tiba air wastafel WC mengalir. Kami berdua kaget dan saling bertatapan, karena kami sangat yakin tidak ada orang di WC itu dan hari masih terang.

Teman kami tak lagi memanggil, kini setengah berteriak, membuat kami berhenti dari saling menatap dan segera lari untuk kembali memasuki area perkemahan. H telah berhasil masuk, namun aku tidak. Rasanya seperti ada yang menahan dan menarik kaki kiriku agar tidak bisa melewati tali rafia.

Karena saat itu acara Persami akan segera dimulai dan aku mulai agak takut, kupaksakan kaki kiriku agar segera masuk melewati tali rafia. Tenagaku begitu besar, membuatku terjatuh dengan posisi duduk, kaki kanan lurus ke depan, dan kaki kiri menekuk seperti bersila. Aku mengernyitkan dahi karena merasakan sakit. Teriakku pecah ketika aku sadar mata kaki dan telapak kaki kiriku jatuh tepat di atas sebuah batu sebesar kepalan tangan orang dewasa.

***

Aku terbangun dengan kondisi terbaring di dalam tenda. Yang kuingat, beberapa teman, termasuk H, menolongku agar aku bisa berjalan ke dalam tenda. Teman-teman tendaku panik berteriak membuat guru-guru mendatangi tenda kami. Terlalu banyak orang, terlalu sakit kaki kiriku, sehingga aku tak tau lagi kejadiannya.

Yang kuingat, rombongan lelaki datang di siang menuju sore hari. Adikku menghampiriku dan menengok keadaanku. Dia tak membantu banyak. Tak lama, Pak Sumanto, wali kelasku, datang dan wajahnya jauh lebih pucat dari adikku. Gurat-gurat khawatir terlihat jelas di wajahnya.

"Dys kamu gak apa-apa? Udah makan? Kalo butuh apa-apa, panggil bapak ya" kata beliau.

Tak lama, Pak Sumanto seperti menarik perkataannya, karena beliau sadar, bagaimana caranya aku memanggilnya saat membutuhkannya, jika ia berada jauh dari tendaku menjalankan tugasnya sebagai pembimbing pramuka di acara itu. Akhirnya beliau berpesan kepada teman-teman tendaku untuk menjagaku saat beliau bertugas.

***

Mungkin sekitar maghrib, tendaku lumayan sepi. Saat itu mungkin acaranya makan malam bersama. Pak Sumanto datang dan masuk ke tenda membawa makanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun