Mohon tunggu...
Gita Blantic
Gita Blantic Mohon Tunggu... Mahasiswa - Communication Science Students

Haii semuaa, terima kasih telah berkunjung. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tiga Serangkai bagi Anak Muda: Kopi, Indie, dan Senja

22 Maret 2021   21:58 Diperbarui: 22 Maret 2021   22:03 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Facebook.com

Senja kini tidak lagi hanya dikaitkan sebagai fenomena alam atau transisi siang menuju malam tetapi sekarang menjelma menjadi budaya popular membentuk tiga serangkai bersama musik indie dan teman sejatinya yaitu kopi.

Hegemoni tiga serangkai ini kian merebak khususnya di kalangan anak muda. Maka sangat pantaslah bahwa "mereka" dapat dikatakan sebagai budaya popular. Menelisik dari pengertian budaya popular menurut Mukerji (1991) dalam Aslamiyah (2013)  budaya popular mengacu pada kepercayaan, praktek-praktek, dan objek yang masyarakat satukan dalam spektrum yang luas. Hal ini senada dengan menanjaknya popularitas mereka. Siapa yang membuat mereka menjadi produk budaya popular? Mengapa diklaim sebagai tiga serangkai anak muda zaman sekarang? Mari kita lihat lebih dekat.

Perkembangan ide dari budaya popular terjadi karena tiga hal (Kurniawan, 2014) yaitu adanya interaksi makna dan interpretasi yang merupakan bentuk kontrol sosial, pengaruh komersialisasi dan industrialisasi, serta munculnya peran orang-orang terkenal yang turut serta membuat trend. Dalam proses interaksi makna dan interpretasi, tiga serangkai ini telah berhasil memikat anak muda dari berbagai genre mulai dari genre anak muda yang tengah mengalami quarter life crisis, anak muda yang berjibaku dengan titel budak korporat, atau anak muda yang mencintai alam dan segala isinya. Lalu, mengenai komersialisasi dan industrialisasi, tentu kita sekarang sudah tidak asing melihat begitu maraknya kedai kopi kekinian yang bertebaran dengan berbagai konsep yang ditawarkan. Apalagi dengan kecanggihan teknologi sekarang, cukup keluarkan gawai dan membuka aplikasi order online, maka kita akan dengan mudah memilih kopi yang diinginkan. Mulai dari kopi yang dengan penuh kata-kata pembangkit jiwa, kopi manis hasil rindu dan sendu, atau mungkin kopi yang bisa mengingatkan kita kepada mantan. Mungkin ini terdengar sedikit klise dan cringe tapi justru, tema seperti inilah yang disenangi oleh kaum muda zaman sekarang.

            Berbicara mengenai kecanggihan teknologi, mari kita berbicara mengenai seberapa cepatnya musik indie meroket saat ini. Tetapi sebelumnya kita luruskan dahulu bahwa musik indie bukanlah jenis aliran musik seperti pop, jazz, RnB, atau dangdut tetapi indie itu berasal dari kata independen yang artinya mereka membuat, merekam, dan mendistribusikan lagu mereka secara mandiri. Menelisik sejarah musik indie di Indonesia dimulai geliatnya di tahun 90-an. Saat itu Pas Band menjual sendiri albumnya sebanyak 5000 keping. Akibat keberhasilan itu, banyak band lainnya seperti Pure Saturday dan Mocca yang ikut serta dan berdampak pada musisi indie lainnya. Namun balik lagi ke era sekarang dengan segala kemudahan yang ada, kita bisa mengunggah lagu ciptaan kita ke berbagai platform seperti youtube, soundcloud, instagram, tiktok, twitter, dan masih banyak lagi. Hal ini ikut membantu musik indie mencapai masa gemilangnya sekarang dengan raihan viewers dan adSense melalui konten yang mereka sajikan. Sementara untuk senja, dia tidak kemana-mana, dia tetap ada setelah berakhirnya siang menuju malam, dengan gemercik sandikala memberikan efek menenangkan jika diiringi oleh musik indie sambil menikmati kopi.

Mungkin banyak yang berpikir kalimat terakhir pada paragraf di atas seperti nampak tidak asing polanya. Ya, kalimat di atas bisa disebut kalimat kekinian yang sedang nge-trend di kalangan anak muda khususnya anak muda penikmat senja. Jika sudah berbicara senja maka tentu saja sudah menjadi tri dharma anak muda bersama kopi dan musik indie. Hal ini menjadi hal yang saling terkait,  karena turut sertanya para influencers dan musisi indie yang membuat viral hubungan antara kopi, indie, dan senja. Sesuai dengan penjelasan mengenai ide budaya popular yang salah satunya karena orang-orang terkenal yang membuat ini menjadi trend. Anak muda yang memiliki masing-masing role model tentu akan terbawa arus trend yang dibawa oleh idolanya. Maka, kopi, indie, dan senja menjelma menjadi tiga serangkai bagi anak muda. Tak terpisahkan.

Daftar Pustaka :

Aslamiyah, M. (2013). Kajian Teori : Budaya Populer. Diakses pada tanggal 22 Maret 2021 dari etheses.uin-malang.ac.id 

Deni. 2019. Landasan Teori Budaya Pop.  Diakses pada tanggal 22 Maret 2021 dari library.binus.ac.id 

Kurniawan, R. (2014). Imitasi Budaya Pada Tayangan Televisi Di Indonesia. Jurnal Dimensi Seni Rupa Dan Desain. 11(2), 213. 

Nurdiansyah, Doni. (2016). Sejarah dan Perkembangan Musik Indie. Diakses pada tanggal 22 Maret 2o21 dari https://www.serupedia.com/2016/05/sejarah-dan-perkembangan-musik-indie.html#:~:text=Secara%20historis%2C%20musik%20indie%20atau,an%20dan%20awal%2090%2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun