Mohon tunggu...
Gita Aprilia
Gita Aprilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang

Hiduplah untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya dalam kebaikkan~ Saya Gita Aprilia Mahasiswa Jurusan Matematika Universitas Negeri Malang, berusaha untuk menjadi manusia yang bisa berbagi dalam hal kebaikan melalui sebuah tulisan. Untuk teman-teman yang sudah berkenan singgah di sini, selamat datang dan selamat menikmati secuil tulisan saya😊

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pandemi Tak Menyurutkan Semangat dalam Berbagi

2 Juni 2021   20:35 Diperbarui: 2 Juni 2021   20:40 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membantu mendampingi belajar-dokpri

Masa pandemi Covid-19 tak terasa sudah berlangusng satu tahun lebih di Indonesia yang maknanya kegiatan belajar dan mengajar daring juga sudah berlangsung hampir satu tahun lebih dilaksanakan di rumah. 

Dari hal ini tak sedikit menimbulkan reaksi dan curhatan para orang tua yang semakin hari kian dibuat pusing menghadapi tugas sekolah anaknya. Belum lagi yang baru masuk taman kanak-kanak (TK) sudah harus dimulai dari rumah masing-masing pembelajarannya. 

Permasalahan yang serupa juga dialami oleh para pelajar dari segala jenjang, baik dari jenjang sekolah dasar, menengah pertama, dan juga menengah atas, bahkan para mahasiswapun merasa demikian.
Melihat kondisi yang demikian sulitnya, tak ayal mendorong saya untuk membuka sebuah tempat belajar bagi anak-anak di sekitar rumah saya, dimulai dari jenjang taman kanak-kanak hingga jenjang SMA. 

Awalnya dari sekadar menempel kertas bertuliskan menerima bimbingan belajar di rumah, hingga akhirnya terkumpul ada sekitar 7 murid yang saya mempercayai saya sebagai pendamping belajar mereka. 7 murid tersebut tersebar dari segala jenjang, yaitu taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan sekolah menengah atas.

Semua berawal ketika memasuki liburan semester ganjil, saya bingung mencari kegiatan untuk mengisi waktu kosong saya. Mengingat saya masih maba (mahasiswa baru) jadi saya belum mengikuti organisasi yang ada di kampus saya belajar. Semakin hari semakin terdengar jelas bahwa banyak sekali orang tua yang mengeluh karena keadaan daring ini. 

Banyak dari mereka yang keteteran dalam membantu anaknya menyelesaikan pekerjaan rumah. Belum lagi para orang tua yang mayoritas bekerja berasa memiliki peran ganda di rumah. 

Oleh karena itu, saya berinisiatif membantu meringankan beban para orang tua dengan mendampingi anak-anak mereka layaknya belajar di sekolah. 

Mengingat jumlah anak yang belajar di tempat saya cukup banyak untuk saya dampingi sendiri, maka saya membaginya menjadi dua kloter. Kloter pagi untuk anak jenjang TK dan SD kelas 1 lalu kloter sore untuk siswa SD kelas 4 dan 6.

Pendampingan belajar bersama-dokpri
Pendampingan belajar bersama-dokpri
Untuk jenjang TK kendala yang dialami oleh orang tuanya adalah sang anak yang cukup aktif dalam bermain tapi masih sulit dalam membaca satu hingga dua kata. 

Namun, anak ini memiliki minat yang tinggi dalam bidang matematik. Di mana ketika saya beri pertanyaan seputar penjumlahan 1--20 dia bisa mudah dan cepat dalam mengerjakannya. Dari kendala tersebut saya sedikit memikirkan cara bagaimana mengatasi rasa kesulitannya dalam membaca satu hingga dua kata. 

Saya mulai dari pengenalan huruf vokal, huruf konsonan, lalu perlahan mengajarinya bagaimana cara mengeja kata. Hampir satu bulan saya menerapkan metode tersebut (dengan terus berlatih di rumah) alhamdulillah Ajun, nama siswa tersebut sudah bisa membaca dan mengeja dengan baik. Yang awalnya kesulitan membedakan huruf 'b' dengan 'd' kini sudah peka dan mampu membedakannya.

Pendampingan Belajar-dokpri
Pendampingan Belajar-dokpri
Lain halnya dengan siswa di jenjang SD kelas 1, kelas 4, dan kelas 6. Walaupun berada di jenjang yang sama hanya beda tingkatan, ternyata cukup nyata perbedaan diantara mereka. 

Aira dan Naya merupakan siswa kelas 1 SD yang nampak terlihat jelas semangatnya sangat tinggi. Di saat gurunya memberikan tugas tematik mereka dengan giat dalam mengerjakannya dan tidak malu bertanya jika mengalami kesulitan. 

Namun, di balik rasa semangatnya yang tinggi luar biasa ada satu hal yang menjadi persoalan, yaitu ketertarikan mereka dalam dunia literasi masih harus ditingkatkan. 

Dari sini saya bisa menarik kesimpulan dimana anak seusianya mereka lebih memiliki semangat yang tinggi dalam mengerjakan sesuatu tapi masih rendah minat literasinya. Hal ini membuat saya harus terus mengajak mereka untuk senang membaca. 

Satu hal yang saya terapkan ketika mendampingi mereka belajar adalah untuk membiasakan mereka membaca materi atau bahan bacaan mereka dengan baik sebelum mulai mengerjakan materi. Alhamdulillahnya mereka mau mengikuti dan mulai bisa terbiasa dengan hal itu.

Jika siswa kelas 1 SD memiliki semangat dalam mengerjakan sesuatu yang tinggi, lain halnya dengan yang kelas 4 SD. Salah satu anak yang saya dampingi ini sangat tertarik dengan dunia editing dimana hasil edit video, foto, bahkan hasil gambarannya terlihat sangat baik dan luar biasa untuk anak seusianya. Mungkin dapat dikatakan sebagian besar waktunya terlebih di masa pandemi seperti ini dia habiskan untuk mengeksplor bakatnya itu. 

Alhasil, saya sebagai pendamping berusaha untuk membantunya dalam memberikan sharing motivasi agar dia dapat menyeimbangkan antara waktu belajar dan juga memperdalam bakatnya. 

Dari sana Nafila, siswa kelas 4 itu mulai memahami mengenai tugas yang harus dia prioritaskan dan hiburan yang dia pilih. Setiap waktu pendampingan dia dengan baik menyelesaikan semua tugas yang diberikan dari sekolah dan mengerjakan beberapa minitest dari saya. Dari sini saya cukup senang dengan perubahan yang dia lakukan karena terlihat ada kemajuan dari dirinya.

Motivasi ringan-dokpri
Motivasi ringan-dokpri
Aktivitas belajar dan mengajar di masa pandemi ini cukup berdampak bagi kemampuan siswa untuk menerima pembelajaran dan informasi baru. Rangkuman materi dan latihan soal yang diberikan dari sekolah ternyata kurang mampu untuk membantu siswa dalam persiapan ujian sekolah. 

Seperti yang dialami oleh Lili, anak kelas 6 SD yang harus mempersiapkan diri dalam ujian sekolah sebagai syarat kelulusannya. Dia merupakan anak yang memiliki semangat yang tinggi, terlihat dari semangatnya mengikuti bimbingan belajar di rumah gurunya dan juga mempercayai saya sebagai salah satu pendampingnya. Selalu membaca terlebih dahulu sebelum mengerjakan tugasnya dan tak sungkan bertanya apabila masih ada yang dibingungkan. 

Dari sini saya mengerti bahwa sesungguhnya semangat para generasi penerus bangsa ini sangat tinggi dan mereka berusaha tidak menyia--nyiakan kesempatan yang ada. Menurut mereka, dengan ada pendampingan ini mampu membuat mereka untuk sedikit merasakan suasana belajar di dalam kelas, adanya interaksi antara pendidik dengan anak didiknya, merasa terbantu dalam menyelesaikan persoalan tugas mereka, dan mereka senang dengan hal itu.

 Mendengar pernyataan mereka membuat saya sedikit bangga dan bersyukur karena salah satu prinsip hidup untuk menjadi manusia yang bermanfaat dari manusia lain dalam hal kebaikan perlahan terwujud. 

Melihat rasa bahagia mereka untuk paham dengan materi yang ada sungguh hal yang luar biasa indahnya terlebih di masa pandemi seperti ini. Di mana masih banyak anak--anak yang kesulitan dalam mencari pendamping untuk belajar dan menyelesaikan persoalan tugas mereka. 

Semoga dengan adanya artikel ini dapat terus mengembangkan pendamping--pendamping yang luar biasa demi kemajuan bangsa dan keterjaminan pendidikan para generasi penerus bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun