Mohon tunggu...
Gita Anastasia Soraya
Gita Anastasia Soraya Mohon Tunggu... Lainnya - -Tasya

Jika dapat berlari jangan coba untuk berjalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Fenomena Komorbid (Penyakit Bawaan) Hipertensi Pada Lansia Terhadap Covid-19

20 Januari 2022   15:19 Diperbarui: 20 Januari 2022   15:23 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek Komorbid Dan Kegagalan Vaksin 

Gita Anastasia Soraya

Jurusan Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga,Jalan Pengasinan Rawa Semut Margahayu Bekasi Timur

Penyakit bawaan atau komorbid menjadi fenomena sejak adanya wabah Corona virus disease 2019 (COVID-19) dari daerah Wuhan Cina yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2)(Ren et al., 2020). World Health Organization (WHO) menetapkan  Covid-19 sebagai pandemic karena penularan virus sangat cepat di seluruh dunia Kasus Covid-19 pertama kali diidentifikasi di Indonesia sejak 12 maret 2020 hingga 24 november 2021 dengan total 4.254.443 kasus, 4.102.700 (96.4%) dinyatakan sembuh, 143.766 (3.4%) meninggal 7.977 (0.2%) kasus aktif (Kemenkes RI, 2021).

Lansia yang merupakan seseorang dengan usia lebih dari 60 tahun (WHO, 2015), umumnya akan mengalami penurunan fungsi organ tubuh baik biologis dan fisiologis (Deviaroh dkk., 2019), dan hal ini membuat lansia sebagai kelompok rentan terhadap kondisi akut terhadap gangguan kesehatan dan cenderung memiliki komorbid atau penyakit penyerta (Larasati, 2021; Susilo et al., 2020). Komorbid merupakan penyakit penyerta yang diderita selain penyakit utama yang berkaitan dengan penyakit kronis. seperti Hipertensi, Diabetes Mellitus, penyakit jantung yang menjadi perhatian sejak wabah Covid-19 (Sanyaolu et al., 2020; Susilo et al., 2020).

Berdasarkan data Covid-19 10 januari 2021 sebanyak 828.026 kasus, kematian tertinggi terjadi pada kelompok usia 60 (45.88%) dan lebih dari 95% kematian menurut WHO terjadi pada usia   60 tahun, dan sebanyak 8 dari 10 kematian terjadi pada individu dengan setidaknya memiliki satu komorbiditas dengan penyakit Kardiovaskuler, Hipertensi dan Diabetes Melitus (DM) (Kemenkes RI, 2020). Berdasarkan Bajgain et al., (2021), Hipertensi manjadi komorbid tertinggi diberbagai Negara seperti Amerika serikat, Cina dan Italia. Keadaan ini selaras dengan Indonesia, hipertensi menjadi komorbid tertinggi sebesar 50.1% dan berisiko memperburuk kondisi klinis Covid-19 (Kemenko PMK, 2021). Artikel Yang et al., (2020) juga mengatakan komorbid hipertensi menyumbang sebanyak 52.1% kasus Covid-19 di Indonesia.

Komorbid (Hipertensi) dan lansia menjadi dua hubungan yang saling terkait, proses penuaan lansia menyebabkan penurunan sel-sel tubuh yang berpengaruh terhadap penurunan fungsi tubuh dan imunitas dan meningkatkan faktor resiko terhadap penyakit (Saputra et al., 2021). Salah satunya adanya penurunan elastisitas (kaku) dan penebalan pembuluh darah serta resistensi pembuluh darah perifer yang meningkatkan tekanan darah (Hipertensi) (Setiyorini & Wulandari, 2018). Hasil penelitian menurut Mansoben & Dirgantari Pademme, (2020) usia (60-74 tahun) menjadi salah satu factor terjadinya hipertensi.

Lansia dan komorbid (hipertensi) tidak sedikit memberikan efek negatif khususnya di era pandemi Covid-19 seperti, memiliki kerentanan pada infeksi SARS-Cov-2 terutama pada pengobatan, dan diakhiri dengan perburukan dan keparahan infeksi pada penderita hingga berisiko kematian (Kario et al., 2020; Rahayu et al., 2021). Hal lainnya seperti  kasus terbanyak dengan kondisi yang serius dan berada di unit perawatan intensif, ketergantungan terhadap alat bantu nafas dan memiliki resiko kematian lebih tinggi (Alfhad et al., 2020; Vaduganathan et al., 2020). Penelitian Tobing & Wulandari, (2021) menjelaskan lansia dengan komorbid hipertensi memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi (interpretasi berat sekali), dibandingkan komorbid lainnya (DM dan jantung) hal ini berdampak pada penurunan daya tahan tubuh, peningkatan depresi, dan insomnia. Adapun salah satu upaya pemerintah dalam pencegahan dan pengendalian Covid-19 dengan pemberian vaksin Covid-19 (Kemenkes RI Dirjen P2P, 2020), lagi -- lagi hipertensi pada lansia memberikan dampak atau kerugian dalam proses vaksin dijelaskan sering adanya kegagalan vaksin dari kelompok lansia dengan hipertensi (agatha, 2021). Menurut penelitian Charissa, (2021); Gunawan et al., (2011) mayoritas mengalami kegagalan proses vaksin juga terjadi karena proses skrining sering kali tekanan darah diatas nomal (120/80 mmHg) melebihi 180/110 mmHg sehingga terjadi penundaan vaksin dan hal itu meningkatkan lansia terhadap Covid-19.

Hipertensi dan proses penuaan memiliki keterkaitan yang tidak dapat dicegah pada lansia namun dapat dikendalikan atau dikontrol seperti kepatuhan pengobatan dapat membantu dalam mencegah keparahan kodisi pada lansia, dan dijelaskan juga dukungan keluarga juga berpengaruh tinggi terhdapa kepatuhan minum obat (Oktaviani et al., 2021). Menurut Larasati, (2021) latihan aerobic selama 30- 60 menit dengan intensites sedang dapat mengotrol tekanan darah dan meningkatkan imunitas selama pandemic Covid-19 dan jika sesorang memiliki factor risiko hipertensi dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan deteksi dini dengan melakukan skrining tekanan darah minimal 6 -- 12 bulan.

REFERENSI

agatha, D. (2021, August 19). Menkes Sebut Hipertensi Jadi Penyebab Tersering Gagal Divaksin COVID-19 - Health Liputan6.com. Liputan6.Com. https://www.liputan6.com/health/read/4635689/menkes-sebut-hipertensi-jadi-penyebab-tersering-gagal-divaksin-covid-19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun