Mohon tunggu...
Giska Septiyani
Giska Septiyani Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

cintailah dirimu terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Waspada Kebiasaan Buruk Impulsive Buying!

20 Januari 2021   18:10 Diperbarui: 20 Januari 2021   18:14 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah Impulsive Buying atau yang biasa dikenal dengan Pembelian Impulsif merupakan keputusan untuk membeli barang dan jasa yang dilakukan secara spontan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu. Menurut Kacen & Lee, 2002 : 164, beberapa penelitian menunjukkan bahwa wanita lebih mudah terpengaruh untuk melakukan pembelian secara impulsif karena alasan emosionalnya, sementara pria lebih dipengaruhi oleh alasan fungsi dan instrumen. Namun hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa pria juga dapat melakukan pembelian impulsif.

Menurut Verplanken dan Sato 2011, pembelian impulsif juga dapat dikaitkan dengan harga diri atau self esteem yang rendah dari diri seseorang. Tak hanya itu saja, pembuatan keputusan dalam pembelian impulsif juga dipengaruhi oleh banyak faktor. Mulai dari faktor lingkungan belanja contohnya tampilan produk, selain itu juga karena dipengaruhi faktor kepribadian contohnya dengan seseorang melakukan impulsive buying dapat melepaskan emosi negatif seperti mood yang kurang baik. Namun dapat juga dipengaruhi oleh faktor perbedaan geografis dan aspek budaya.

Secara sadar maupun tidak sadar, masing-masing dari kita pasti pernah melakukan pembelian impulsif. Di tengah kemajuan teknologi penggunaan media sosial dan maraknya jasa endorse influencer yang bekerja sama dengan online shop atau suatu brand untuk mempromosikan sebuah barang, menjadi salah satu penyebab kita melakukan pembelian impulsif. Terlebih di masa pandemi seperti sekarang, banyak orang melakukan segala sesuatunya dirumah, melalui telfon genggam dan adanya e-commerce yang semakin mempermudah kita dalam membeli kebutuhan sehari-hari, menyebabkan semakin besar juga peluang kita untuk melakukan pembelian impulsif.

Fenomena Impulsive Buying menjadi sangat menarik untuk di bahas karena banyak orang tidak menyadari bahwa terdapat dampak buruk yang akan terjadi apabila kita tidak dapat mengontrol kebiasaan melakukan pembelian impulsif.

Menurut Tinarbuko, 2006 beberapa dampak buruk yang terjadi yaitu pembengkakan pengeluaran, rasa penyesalan yang dikaitkan dengan masalah keuangan, hasrat berbelanja memanjakan rencana (non-keuangan) dan rasa kecewa dengan membeli produk berlebihan. Bahkan dalam hasil penelitian Larasati dan Budiani 2014, diketahui bahwa 56% konsumen mengalami masalah finansial sebagai dampak dari perilaku impulsive buying yang dilakukan.

Menurut IDN Times untuk mencegah terjadi pembelian impulsif, ada 5 cara yang dapat diikuti, antara lain:
1. Sebelum membeli barang, pastikan sudah mempertimbangkannya minimal 2 x 24 jam.
2. Minta pendapat teman, keluarga atau pasangan.
3. Lihat kamarmu, apakah ada barang yang memiliki kegunaan yang sama.
4. Hitung pengeluaran tak terduga yang sudah dikeluarkan dalam sebulan terakhir.
5. Intip saldo tabungan, apakah masih memiliki dana untuk kebutuhan darurat?

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Yuk, kontrol diri sebaik mungkin dan bijaklah dalam mengurus keuangan. Jangan sampai terjerumus ke dalam hal yang dapat merugikan diri kita dan keluarga kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun