Masalah yang ada bukan pada kemampuan menghitung, melainkan pada disiplin dan pengendalian diri.
Keuangan pribadi lebih dari sekadar angka; ini melibatkan kebiasaan, prioritas, dan pola pikir. Mahasiswa akuntansi mungkin paham akan teori menyimpan 10% dari penghasilan, tetapi tanpa kebiasaan untuk mencatat pengeluaran atau menahan hasrat untuk berbelanja impulsif, pengetahuan tersebut menjadi tidak ada artinya. Dalam konteks ini, literasi keuangan harus dipahami bukan hanya sebagai teori, tetapi juga sebagai tindakan nyata dalam pengelolaan uang.
Dari Kampus ke Dompet: Saatnya Ilmu Diterapkan
Solusinya bukan dengan menambah teori baru, tetapi dengan memanfaatkan teori yang sudah ada dalam kehidupan nyata.
Kampus dapat mulai dengan hal-hal sederhana, seperti memberikan tugas penyusunan laporan keuangan pribadi atau proyek "simulasi aliran kas untuk mahasiswa". Mahasiswa sendiri juga bisa mulai dengan langkah-langkah kecil, seperti mencatat pengeluaran harian, membuat anggaran mingguan, atau menunda pembelian yang impulsif.
Karena pada akhirnya, ilmu akuntansi bukan hanya tentang menghitung uang orang lain, tetapi juga tentang mengelola keuangan pribadi dengan bijaksana. Menjadi mahasiswa akuntansi bukan hanya tentang memahami konsep debit dan kredit, tetapi juga bagaimana menerapkan pengetahuan tersebut untuk hidup dengan lebih bijak. Semoga kita bukan menjadi generasi yang rumit dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan besar, namun gagal dalam mengelola pengeluaran pribadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI